Thursday, April 30, 2009

Obstetri Operatif

1. Tindakan umum di kebidanan (-)
a. Dilatasi adalah tindakan pengosongan isi cavum uteri, biasanya untuk kasus gagal janin atau mengeluarkan sisa dari operasi.
b. Curret adalah pengerokan yang bertujuan untuk membuang benda-benda yang berada di cavum uteri yang tidak berguna dan berkemungkinan dapat membahayakan ibu dan janin.
Tindakan ini beresiko akan:
• Perforasi
• Perdarahan dan diikuti infeksi
• Perlekatan pada cavum uteri akibat infeksi
Tindakan diatas dilakukan demi keselamatan ibu dimana janin tersebut telah dinyatakan mati dan membahayakan keselamatan sang ibu.
2. Tindakan umum di bagian kebidanan
a. Ekstraksi dengan cunnam / forceps
Ini merupakan tindakan mengosongkan janin dengan menggunakan cunnam. Tindakan ini dilakukan dengan menggunakan forcep untuk mengeluarkan byi dari kandungan.
Rintangan-rintangan yang muncul:
 Permukaan jalan lahir mengalami infeksi dan perdarahan
 Kondisi bayi yang masih berupa tulang rawan
Forceps/cunnam : tang penjepit pada kepala bayi dengan tujuan menarik bayi keluar dari kandungan.

b. Ekstraksi dengan ekstraktor vakum
Di katakan demikian karena janin dikeluarkan menggunakan vakum.
Rintangan yang muncul seperti luka yang mengkibatkan matinya sel jaringan lunak di ekstra cranial seperti infeksi.

c. Pembedahan dengan lapartomi
1. Section Caesaria (operasi ceasar)
Dalam tindakan ini akan membuka lapisan-lapisan dinding perut dan dinding uterus.
Ini dilakukan pada:
- Wanita yang melakukan curret
- Posisi janin mengalami kelainan
- Gawat janin
- Masa nifas
Teknik yang biasa digunakan:
a. Section Caesaria Transperitonealis Profunda
Adalah dengan incise disegmen dawah rahim
b. Section Caesaria Corporal
Adalah dengan incise pada corpus uteri
c. Section Caesaria Ekstra Peritonral
Menurut Journal Watch Woman Health yang di terbitkan The new England Journal of Medicine pada bulan Januari 2006 vol.11 no.1. Ini diterjemahkan secara lepas.
Forceps lebih baik daripada vacuum untuk bayi.
Menggunakan vakum pada saat persalinan menimbulkan resiko pada janin dan ibunya terlebih rasa sakit yang dialami oleh sang ibu. Namun dengan forceps keluhan seperti tadi belum ditemukan.
 Ciri-ciri yang muncul jika jaringan indung telur mengalami masalah:
- Kegemukan
- Indung telur yng rapuh
- Pertumbuhan yang tidak wajar
- Tumbuh jerawat

 Resiko yang akan dialami:
- Mudah terkena diabetes
- Diabetes memicu kanker dan gagaljantung

2. Histerektomi (pengangkatan uterus crahim)
Tindakan ini akan di ambil jika:
- Terjadi infeksi pada bagian rahim
- Pendarahan yang sulit dihentikan
- Rusaknya saluran kencing
- Adanya myoma
Maka aksi yang dilakukan antara lain:
- Hysterectomia supra vaginalis (cervix uteri tidak dingkat)
- Hysterectomia totalis (cervik uteri ikut diangkat)

3. Operasi sterilisasi
Tindakan yang lazim diambil adalah sterilasi tuba. Tindakan yang diambil adalah pemotongan tuba agar tidak terjadi proses pembuahan.
Teknik umum yang digunakan:
a. Laparotomi
Adalah membuka dinding perut.
b. Kalpatomi
Adalah dengan membuat irisan pada dinding belakang vagina untuk mencapai tuba.
c. Lapastomi
Adalah dengan alat laparoskop yang dimasukkan ke cavum abdominalis melalui sayatan di umbilis untuk melihat dan mencapainya
d. Pomeroy
e. Elektro kogulasi
READ MORE - Obstetri Operatif

PUERPERIUM

A. Pengertian Puerperium
• Dimulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kurang lebih 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
• Puerperium berasal dari kata puer = seorang anak dan parere = selanjutnya membawa.
• Masa genitalia interna dan externa : Pada masa ini organa genitalia interna dan externa akan berangsur –angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil yang disebut involusi.
• Beberapa Perubahan Lain Pada Masa Nifas :
a. After pain : rasa mules sesudah partus akibat kontraksi uterus.
b. Suhu badan : sesudah partus dapat naik ±0,5° C dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi 38° C.
c. Nadi : berkisar antara 60 – 80 denyutan per menit.
d. Dapat di temukan hipertensi post partum yang dapat menghilang dengan sendirinya dalam waktu ± 2 bulan.
e. Lochia : sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
- Pada hari ke 1 – 2 : lochia rubra atau lochia cruenta,terdiri atas darah segar bercampur dengan sisa-sisa selaput ketuban,sel-sel decidua, sisa-sisa vernix caseosa, lanugo dan meconium.
- Hari berikutnya : Lonchia sanguinolenta, berupa darah bercampur lendir.
- Setelah 1 minggu : lochia serosa, berupa lochia cair, tidak berdarah lagi, warna agak kuning.
- Setelah 2 minggu : lochia alba, hanya berupa cairan putih.
B. Perawatan Masa Nifas
Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil yang telah selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetelia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.Perawatan masa nifas dimulai sebenarnya sejak kala uri dengan menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada perlukaan jalan lahir atau luka bekas episiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka dengan sebaik-baiknya. Penolong persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam sesudah melahirkan, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan post partum.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan masa nifas:
1. Mobilisasi
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, lebih-lebih bila persalinan berlangsung lama, karena si ibu harus cukup beristirahat, dimana ia harus tidur terlentang selama 8 jama post partum untuk memcegah perdarahan post partum. Kemudian ia boleh miring ke kiri dan ke kanan untuk memcegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari kedua telah dapat duduk,hari ketiga telah dapat jalan-jalan dan hari keempat atau kelima bolehpulang. Mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada adanya komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka.
2. Diet / Makanan
Makanan yang diberikan harus bermutu tinggi dan cukup kalori, yang mengandung cukup protein, banyak cairan, serta banyak buah-buahan dan sayuran karena si ibu ini mengalami hemokosentrasi.
3. Buang Air Kecil
Buang air kecil harus secepatnya dilakukan sendiri. Kadang-kadang wanita sulit kencing karena pada persalinan m.sphicter vesica et urethare mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musc. sphincter ani. Juga oleh karena adanya oedem kandungan kemih yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dengan wanita sulit kencing sebaiknya lakukan kateterisasi, sebab hal ini dapat mengundang terjadinya infeksi. Bila infeksi telah terjadi (urethritis, cystitis, pyelitis), maka pemberian antibiotika sudah pada tempatnya.
4. Buang Air Besar
Buang air besar harus sudah ada dalam 3-4 hari post partum. Bila adaobstipasi dan timbul berak yang keras, dapat kita lakukan pemberian obat pencahar (laxantia) peroral atau parenterala, atau dilakukan klisma bilamasih belum berakhir. Karena jika tidak, feses dapat tertimbun di rektum, dan menimbulkan demam.
5. Demam
Sesudah bersalin, suhu badan ibu naik ± 0,5 C dari keadaan normal, tapi tidak melebihi 38 C. Dan sesudah 12 jam pertama suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 38 C/ mungkin telah ada infeksi.
6. Mules-mules
Hal ini timbul akibat kontraksi uterus dan biasanya lebih terasa sedang menyusui. Hal ini dialami selama 2-3 hari sesudah bersalin. Perasaan sakit ini juga timbul bila masih ada sisa selaput ketuban, plasenta atau gumpalan dari di cavum uteri. Bila si ibu sangat mengeluh, dapat diberikan analgetik atau sedativa supaya ia dapat beristirahat tidur.
7. Laktasi
8. Jam sesudah persalinan si ibu disuruh mencoba menyusui bayinya untukmerangsang timbulnya laktasi, kecuali ada kontraindikasi untuk menyusui bayinya, misalnya: menderita thypus abdominalis, tuberkulosis aktif, thyrotoxicosis,DM berat, psikosi atau puting susu tertarik ke dalam, leprae.Atau kelainan pada bayinya sendiri misalnya pada bayi sumbing (labiognato palatoschizis) sehingga ia tidak dapat menyusu oleh karena tidak dapat menghisap, minuman harus diberikan melalui sonde.

C. Pemeriksaan Pasca Persalinan
Pada wanita yang bersalin secara normal, sebaiknya dianjurkan untuk kembali 6 minggu sesudah melahirkan. Namun bagi wanita dengan persalinan luar biasa harus kembali untuk kontrol seminggu kemudian. Pemeriksaan pasca persalinan meliputi :
a. Pemeriksaan keadaan umum: tensi, nadi, suhu badan, selera makan, keluhan, dll
b. Keadaan payudara dan puting susu.
c. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rektrum.
d. Sekret yang keluar (lochia, flour albus).
e. Keadaan alat-alat kandungan (cervix, uterus, adnexa).
Pemeriksaan sesudah 40 hari ini tidak merupakan pemeriksaan terakhir,lebih-lebih bila ditemukan kelainan meskipun sifatnya ringan. Alangkah baiknya bila cara ini dipakai sebagai kebiasaan untuk mengetahui apakah wanita sesudah bersalinmenderika kelainan biarpun ringan. Hal ini banyak manfaatnya agar wanita jangan sampai menderita penyakit yang makin lama makin berat hingga tidak dapat ataususah diobati.
Nasihat untuk ibu post natal:
a. Fisioterapi pastnatal adalah baik diberikan
b. Susukanlah bayi anda
c. Kerjakan senam hamil
d. Ber-KB untuk menjarangkan anak dan untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarganya.
e. Bawalah bayi untuk imunisasi.


PATOLOGI KEHAMILAN

PRE EKLAMPSIA
A. Definisi
Preeclampsia (pre-e-klam-si-a) atau toxemia , adalah suatu gangguan yang muncul pada masa kehamilan, umumnya terjadi pada usia kehamilan di atas 20 minggu (trimester ketiga). Gejala-gejala yang umum adalah tingginya tekanan darah, pembengkakan yang tak kunjung sembuh dan tingginya jumlah protein di urin.Preeklamsia yang berat bisa menimbulkan eklampsia. Preeklampsia dan eklamsia merupakan penyabab kematian ibu dan parinetal yang tinggi terutama dinegra berkembang. Kematian karana eklampsia meningkat dengan tajam dibandingkan dengan tingkat preeklamsia berat. Oleh karena itu menegaskan diagnosa dini preekalamsia dan menjegah agar jangan melanjut menjadi eklampsia merupakan tujuan pengobatan. Perkataan “eklampsia” berasalo dari yunani yang berarti “halilintar” karena gejala eklampsia dating dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam kebidanan. Dikemukakan beberapa teori yang dapat menerangkan kejadian preeklamsia dan eklamsia sehingga dapat menetapkan upaya promotif, dan prevantif.
Teori iskemia implantasi plasenta dapat menetapkan berbagai gejala prekamsia dan eklampsia.
 Kenaikan tekanan darah .
 Pengurangan protein dalam urin.
 Edema kaki tangan sampai muka.
 Terjadi gejala subjektif, yaitu : Kenaikan tekatan darah, penglihatan kabur, nyeri pad aepigastrium, sesak napas, berkurangnya urin.
 Menurunnya kesadaran wanita hamil sampi koma.
 Terjada kejang.
Pada periksaan darah kehamilan normal terdapat penigkatan angiotensis, rennin,dan aldosteron, sebagai kopensasi sehingga peredaran darah dalam metabolismedapat berlangsung.Pada preeklamsia daneklampsia terjadi penurunan angiotensis, renin, dan aldosteron, tetapi dijumpai edema, hipertensi, dn proteunera. Bagaimana teori iskemia imlpantasi plasenta dapat menarangkan gejala klinik tersebut? Berdasarkan teori eskemia implantasi plasenta, bahan trofoblas akan diserap kedalam riskulasi, yang dapat meningkatkan sintivitas terhadap angiotensin II, rennin, dan aldosteron, sperme pembuluh darah arterior dan tertahannya garam dan air.

B. Etimologi
Preeclampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan pada wanita yang memiliki sejarah preeclampsia di keluarganya. Resiko lebih tinggi terjadi pada wanita yang memiliki banyak anak, ibu hamil usia remaja, dan wanita hamil di atas usia 40 tahun. Selain itu, wanita dengan tekanan darah tinggi atau memiliki gangguan ginjal sebelum hamil juga beresiko tinggi mengalami preeclampsia . Penyebab sesungguhnya masih belum diketahui.dapat disimpulkan:
 Jumlah primigravida, terutama primigravida muda.
 Distensi rahim berlebihan: hidramnion, hamil ganda, mola hidatidosa
 Penyakit yang menyertai hamil: diabetes mellitus, kegemukan.
 Jumlah umur ibu diatas 35 tahun.
 Pre-eklamspia berkisar antara 3% sampai dengan 5% dari kehamilan yang dirawat.

C. Perubahan Patologi
Terjadinya spesme pembuluh darah arteriol menuju organ penting dalm tubuh dapat menimbulkan:
a. Gangguan metabolisme jaringan.
• Terjadi metabolisme anaerobic lemak dan protein.
• Pembakaran yang tidk sempurna menyebabkan pembentukan badan keton dan asidosis.
b. Gangguan peredaran darah dapat menimbulkan: Nekrosis, perdarahan, edema jaringan
c. Mengecilnya aliran darah menuju retroplasenter siskulasi menimbulkan gangguan pertukaran nutrisi. CO2 dan O2 yang menyebabkan asfiksia sampai kematia janin dalam rahim.
Perubahan patologis organ-organ penting dijelaskan sebgai berikut:
1. Perubahan hati.
 Perdarahan yang tidk teratur.
 Terjadi nekrosis, trombosis pada lobus hati.
 Rasa nyeri di epigastrium karena perdarahan subkapsuler.
2. Retina
 Spesme arteriol,edema sekitar diskus optikus
 Ablosio retina (lepasnya retina)
 Menyebabkan penglihatan kabur.
3. Otak
 Spesme pembuluh darah srteriol otak menyebabkan anemia jaringan otak, perdarahan dan nekrosis
 Menimbulkan nyeri kepala yang berat.
4. Paru – paru
 Berbagai tingkat edema.
 Bronkupneumonia sampai abses.
 Menyebabkan sesak napas sampai sianosis.
5. Jantung
 Perubahan degenerasi lemak dan edema.
 Perdarahan sub-endokardial
 Menimbulkan dekompensasio kardis sampai terhentinya fungsi jantung.
6. Aliran darah ke plasenta.
 Spesme arteriol yang mendadak menyebabkan asfiksia berat sampai kematian janin.Spesme yang berlangsung lama, mengganggu pertumbuhan janin.
7. Perubahn ginjal.
 Spesme arteriol menyebabkan aliran darah keginjal menurun sehingga filterasi glomelurus berkurang.
 Penyerapan air dan garam tubulus tetap, terjadi retensi air dan garam.
 Edema pad tungakai dan tangan, paru dan organ lain.
8. Perubahan pembuluh darah.
 Permeabeliltas terhadap protein makin tinggi sehingga terjdi vasasi protein ke jaringan .
 Protein ektravaskuler menarik air dan garam menimbulkan edema.
 Hemokondentrasi darah yang menyebbkan gangguan fungsi metabolisme tubuh dan trombosis.]

D. Dasar Diagnosis Pre-Eklampsia
Kejadian pre-ekslamspia dan ekslamspia sulit dicegah, tetapi diagnosis dini sangat menentukan prognosa janin. Pengawasan hamil sangat penting karena pre-ekslamspia berat dan ekslamspia merupakan penyebab kematian yang cukup tinggi, terutama di Negara berkembang. Diagnosis ditetapkan dengan dua dari trias pre-ekslamspia yaitu kenaikan berat badan-edema, kenaikan tekanan darah, dan terdapat protein dalam urine (proteinuria).

E. Klasifikasi Pre-Eklampsia
Preeklampsia digolongkan preeklampsia ringan dan preeklamsia ringan dan gejala dan tanda sebagai berikut:

Preeklampsia ringan
1. Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mm Hg ddengan interval pemeriksaan 6 jam.
2. Tekanan darah diastole 90 atau kenaikan 15 mm Hg dengan interval periksaan jam.
3. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam satu minggu.
4. Proteinuera 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitas plus 1 sampi 2 urin kateter atau urin aliran pertengahan.
Preeklampsia Berat
Bila tanda salah satu diantara gejal ditemukan dalam ibu hamilsudah dapat di golongkan preeklampsia berat;
1. Tekanan darah 160/110 mm Hg.
2. Oligouria, urin kurang dari 400 cc/ 24 jam.
3. Proteinuria lebih dari tiga gr/liter
4. Keluhan subjektif:
• Nyeri epigastrium
• Gangguan penglihatan
• Nyeri kepala
• Edema paru dan sianosis
• Gangguan kesadaran
5. Pemeriksaan:
• Kadar enzim meningkat disertai ikterus
• Perdarahan pada retina
• Trombosit kurang dari 100.000/mm
Peningkatan gejala dan tanda preeklampsia berat memberikan petunjuk akan terjadi eklampsia, yang amempunyai prognosa buruk dengan angka kematia maternal ddan janin tinggi.


F. Cara Mengatasi Pre-Eklampsia
Apabila Anda mengalami preeclampsia , melahirkan adalah cara yang paling tepat untuk melindungi Anda dan bayi Anda. Tapi hal ini tidak selalu harus dilakukan, karena bisa jadi bayi Anda terlalu dini untuk dilahirkan. Apabila kelahiran tidak memungkinkan karena usia kandungan yang terlalu dini, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengatasi preeclampsia sampai bayi dinyatakan cukup umur untuk bisa dilahirkan. Langkah-langkah tersebut meliputi penurunan tekanan darah dengan cara istirahat total (bed-rest ) atau dengan obat-obatan, dan perhatian khusus dari dokter. Pada beberapa kasus, bisa jadi diperlukan opname di rumah sakit. Salah satu cara mengendalikan tekanan darah ketika Anda tidak sedang hamil adalah dengan membatasi jumlah garam pada makanan Anda. Namun hal ini bukanlah ide bagus apabila Anda mengalami hipertensi pada saat hamil. Tubuh Anda membutuhkan garam untuk menjaga aliran cairan tubuh, jadi Anda tetap membutuhkan asupan garam dalam jumlah normal. Dokter Anda akan menginformasikan berapa banyak jumlah garam yang Anda butuhkan perhari dan berapa banyak jumlah air yang harus anda minum tiap harinya. Dokter anda mungkin akan memberikan aspirin atau tambahan kalsium untuk mencegah preeclampsia . Dokter mungkin juga akan menyarankan Anda untuk berbaring pada sisi kiri anda saat anda beristirahat. Hal ini akan meningkatkan aliran darah dan mengurangi beban pembuluh darah besar Anda. Banyak dokter memberikan magnesium sulfat selama proses melahirkan dan beberapa hari setelah melahirkan untuk mencegah eclampsia .
READ MORE - PUERPERIUM

CEDERA OTOT HAMSTRING

A. Insidens
Cedera hamstring paling sering terjadi dalam olah raga seperti lari, sepakbola, basket, dll. Berikut adalah beberapa bukti insidens cedera hamstring dalam olahraga :
Berharap gelar treble, Steven Gerrard kini malah dikepung trouble. Cedera hamstring-nya—salah satu tendon di belakang lutut—membuat dia harus absen dalam beberapa pertandingan. Padahal, dalam waktu bersamaan, di Liga Inggris, penampilan klubnya terus menurun. Pekan lalu, Liverpool mulai disalip Chelsea. Bersamaan dengan itu, dia harus berurusan dengan hukum. Harapan meraih treble—memenangi tiga kejuaraan sepak bola—bagi Liverpool pun di ujung tanduk ( majalah.tempointeraktif.com )
Nasib naas harus dialami oleh Arsenal. Pasalnya, The Gunners bukan hanya menderita kekalahan dari Sevilla, tapi mereka juga terancam kehilangan Cesc Fabregas yang mengalami cedera saat laga Liga Champions tersebut
Pasalnya, pada pertandingan itu bintang mereka, Fabregas mengalami cedera hamstring dan terancam absen minimal selama 10 hari.
"Saya merasakan sakit di hamstring di babak pertama. Saya tetap terus bermain, namun merasakan sakit kembali di babak kedua,” ungkap mantan pemain Barcelona itu seperti dilansir Eurosport.( /www.bluefame.com )

B. Anatomi
Otot Hamstring merupakan otot yang terletak di bagian belakang paha tepatnya disepanjang bagian belakang kaki dan akhirnya terselip pada bagian atas tulang atas kaki, yaitu tibia dan fibula. Karena otot hamstring ini melewati atau menyilang pada dua persendian yaitu persendian pinggul dan lutut maka fungsi otot hamstring bervariasi. Misalnya, pada saat terjadi kontraksi otot hamstring, pinggul akan menegang, menyebabkan posisi paha menjadi membengkok ke arah depan tubuh kita, sejajar dengan torso. Selain itu, pada saat berjalan normal, hamstring akan menekuk lutut.

Hamstring merupakan kelompok otot yang terdiri dari 3 otot, yaitu :
a.) M. Semimembranosus

terletak paling medial diantara ketiga otot hamstring
origo : tuberositas ishii
insertion : bagian posterior pada condylus medialis tibia
fungsi : ekstensi hip ; fleksi knee ; internal rotasi hip pada saat fleksi knee

b). M. Semitendinosus

terletak diantara semimembranosus dan biceps femoris
origo : tuberositas ishii
insertion : permukaan atas bagian medial pada tibia
fungsi : ekstensi hip ; fleksi knee ; internal rotasi hip pada saat fleksi knee

c). M. biceps femuris

merupakan salah satu dari ketiga otot hamstrings, terletak paling lateral
origo : tuberositas ishii ; ½ distal linea aspera tulang femur ; bagian lateral
supra condylus
insertion : condylus lateral tibia ; colum femur
fungsi : ekstensi hip ; fleksi knee ; lateral rotasi hip pada saat fleksi knee
C. Mekanisme cedera
Otot-otot hamstring merupakan struktur yang sering kali mengalami cedera. Gangguan tersebut dapat berupa robekan atau regangan otot. Cedera hamstring paling sering terjadi dalam olah raga seperti lari, sepakbola, basket, dll. Cedera dapat ringan sampai berat. Pada cedera yang ringan, biasanya kita hanya mengalami robekan kecil pada hamstring sehingga hanya mengalami perasaan seperti tertekan pada paha bagian belakang. Pada cedera yang berat, terjadi apabila otot hamstring terputus dan bahkan terpisah dari bagian-bagiannya sehingga akan menimbulkan nyeri yang hebat hingga tidak dapat berjalan.
D. Tanda – tanda umum :
1. Nyeri pada daerah cedera ( hamstring ), nyeri bertambah apabila digerakkan
2. Bengkak pada daerah cedera ( hamstring )
3. kemerah – merahan di daerah cedera ( hamstring )
Grade pada cedera otot hamstring
Grade 1:
• Mungkin memiliki keketatan di belakang paha.
• Mungkin dapat berjalan dengan normal namun akan terasa sedikit nyeri
• Bengkak minimal
• Fleksi knee melawan tahanan tidak menimbulkan nyeri
Grade 2:
• Mungkin akan mempengaruhi pola jalan (picang)
• Mungkin terkait dengan twinges yang kadang-kadang mendadak sakit selama kegiatan.
• Terlihat pembengkakan
• Tekanan akan meningkatkan rasa sakit.
• Flexi knee melawan tahanan menyebabkan sakit.
• Mungkin tidak dapat sepenuhnya meluruskan knee.
Grade 3:
• Sangat mempengaruhi pola berjalan, mungkin harus berjalan menggunakan kruk
• Sakit parah-terutama selama aktivitas seperti lengkungan lutut.
• Pembengkakan segera terlihat nyata.
E. Diagnosis
● Pemeriksaan fisik
 dengan isometrik melawan tahanan untuk fleksi knee
jika pasien merasa nyeri pada bagian medial berarti terdapat cedera pada otot semimembranosus atau otot semitendinosus
jika pasien merasa nyeri pada bagian lateral berarati terdapat cedera pada otot biceps femuris.
Jika pasien merasa nyeri pada bagian insertio berarti terdapat cedera pada tendonnya.
● Foto sinaComputerized Tomography scan
Ini juga disebut CT atau CAT scan. An x-ray machine menggunakan komputer untuk mengambil gambar Anda hips, thighs, dan kaki. Hal ini dapat digunakan untuk mencari cedera tulang atau otot.
● Magnetis resonansi imaging
Ini disebut juga MRI. Selama MRI, gambar hips dan kaki akan diambil. .
● Ultrasound
Gelombang suara yang dapat digunakan untuk menampilkan gambar pada otot dan jaringan yang tampak seperti layer televisi
● X-ray
Dengan X-ray kita dapat mengetahui gambar dari tulang dan jaringan di pangkal paha, paha, atau kaki.
F. Terapi.
Pada masa akut dilakukan RICE :
 Rest, daerah yang cedera diistirahatkan.
 Ice, memberikan kompres es pada daerah yang sakit
 Compression, Menekan daerah yang sakit dengan perban elastis
 Elevasi, memposisikan tungkai yang sakit lebih tinggi dari tubuh
Setelah bengkak mulai berkurang diberikan terapi fisik dengan cara :
 Menekan daerah yang sakit dengan perban elastis
 Memakai tongkat jika timbul rasa nyeri saat berjalan
 Meregangkan dengan perlahan paha dan pinggul
Dilakukan Operasi, jika otot mengalami robekan yang parah atau sudah benar – benar lepas dari tulang. Setelah dilakukan operasi maka atlet harus mengikuti program rehabilitasi yang diberikan oleh fisioterapi.
 Untuk penanganan nyeri diberikan TENS atu bisa juga dengan sport massage dengan tujuan untuk mendapatkan rileksasi otot.
 Menjaga kebugaran tubuh yang meliputi :
o Daya tahan / endurance
o Kekuatan otot
o Keseimbangan
o Koordinasi
o Kelentukan
o Kecepatan reaksi
o Daya ledak otot




 Penguatan secara bertahap dengan plyometrics lower extremity dengan tujuan untuk mendapatkan komponen kecepatan dan kekuatan melalui suatu kontraksi otot yang maksimal.




intensitas latihan
Movement Type Example Intensity
Standing jumps on the spot Squat Jumps Low
Standing jumps Standing long jump Low-Medium
Standing multiple jumps 5 bounds Medium
Running multiple jumps 2 x 10 bounds off 7 stride run up High
Depth Jumping 2 x 6 jumps down/up off 40-100cm boxes High
Eccentric drop and hold 5 x Hop and hold High
Uphill Bounding uphill Very High


Contoh-contoh leg plyometrics
 Bounds (high intensity)

dosis : 1-3sets sejauh 30-40 meter
yang paling penting adalah kualitas dari bounds itu sendiri bukan kuantitasnya.

 Hurdle Hopping (medium intensity)

dosis : 1-3 sets dengan 6-8 hurdles



 Single Leg Hopping (medium intensity)

dosis : 1-3sets sejauh 30-40 meter
 Box Jumps (high intensity)

dosis : 1-3 sets dengan 6-8 box
 Depth Jumps (high intensity)

dosis : 1-3 sets dengan 6-8 box
 Tuck Jumps (low intensity)

dosis : 1-3 sets dengan 5-10x pengulangan
 Two legged Hops or Bunny Hops (medium intensity)

dosis : 1-3 sets dengan 5-10x pengulangan

G. Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya cedera otot hamstring, maka otot harus kuat dan lentur. Untuk itu, perlu latihan peregangan dan penguatan otot yang baik. Selain itu, sebelum melakukan olah raga, hendaknya selalu melakukan pemanasan dan melakukan pendinginan sesudahnya. Seperti kata pepatah, lebih baik mencegah daripada mengobati.
Adapun latihan peregangan yang dianjurkan untuk otot hamstring adalah peregangan gaya hudler. Duduk dengan posisi kaki mengangkang ( posisi hudler ), salah satu kaki diluruskan, kaki yang lain dibengkokkan dan telapak kaki menempel pada kaki yang lurus. Diusahakan meraih pergelangan kaki yang lurus, sambil menekan tubuh ke depan dan mencoba menyentuhkan dahi pada lutut kaki yang lurus ditahan pada posisi meregang selama 15 sampai 20 detik. Dilakukan pada kaki lainnya secara berlawanan. Gerakan diulang masing- masing 10 kali. .( gambar 1.2 ) Gerakan tersebut bisa dilakukan dengan berdiri, dimana kaki yang diangkat diposisikan setinggi pinggang dengan diberi sangga. Dilakukan secara bergantian, ditahan selama 15 sampai 20 detik






DAFTAR PUSTAKA


majalah.tempointeraktif.com
/www.bluefame.com
www.sportsinjuryclinic.net/cybertherapist/back/hamstrings/hamstringstrain.htm - 55k
orthopedics.about.com/cs/sprainsstrains/a/hamstring.htm - 25k –
www.medicinenet.com/hamstring_injury/article.htm - 49k -http://www.brianmac.co.uk/legplymo.htm
READ MORE - CEDERA OTOT HAMSTRING

PENGUKURAN KERJA FISIOLOGIS

1.1 Tujuan
Tujuan dari praktikum pengukuran fisiologis adalah sebagai berikut :
a. Memahami perbedaan beban kerja/cara kerja dapat berpengaruh terhadap aspek fisiologi manusia
b. Mampu melakukan pengukuran kerja dengan menggunakan metode fisiologi
c. Menentukan besar beban kerja, berdasarkan kriteria fisiologi
d. Merancang sistem kerja dengan memanfaatkan hasil pengukuran kerja dengan metode fisiologi
1.2 Landasan Teori
Lehmann (1995) mendefinisikan kerja sebagai semua aktivitas yang secara sengaja dan berguna dilakukan manusia untuk menjamin kelangsungan hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai umat manusia secara keseluruhan.
Secara umum jenis kerja dibedakan menjadi dua bagian yaitu kerja fisik (otot) dan kerja mental. Pada kerja mental pengeluaran energi relatif kecil dibandingkan dengan kerja fisik dimana pada kerja fisik ini manusia akan menghasilkan perubahan dalam konsumsi oksigen, heart rate, temperatur tubuh dan perubahan senyawa kimia dalam tubuh. Kerja fisik ini dikelompokkan oleh Davis dan Miller menjadi tiga kelompok besar, sebagai beerikut :
1. Kerja total seluruh tubuh, yang mempergunakan sebagian besar otot biasanya melibatkan dua pertiga atau tiga perempat otot tubuh.
2. Kerja sebagian otot, yang membutuhkan lebih sedikit energy expenditure karena otot yang digunakan lebih sedikit.
3. Kerja otot statis, otot yang digunakan untuk menghasilkan gaya konstrasi otot.
Sampai saat ini, metode pengukuran kerja fisik dilakukan dengan menggunakan standar sebagai berikut:
1. Konsep Horse Power (foot-pounds of work per minute) oleh Taylor, tapi tidak memuaskan
2. Tingkat konsumsi energi untuk mengukur pengeluaran energi
3. Perubahan tingkat kerja jantung dan konsumsi oksigen (metode baru)

Pengukuran konsumsi energi
Kerja fisik mengakibatkan pengeluaran energi yang berhubungan erat dengan konsumsi energi. Konsumsi energi pada waktu kerja biasanya ditentukan dengan cara tidak langsung, yaitu dengan pengukuran tekanan darah, aliran darah, komposisi kimia dalam darah, temperatur tubuh, tingkat penguapan dan jumlah udara yang dikeluarkan oleh paru-paru. Dalam penentuan konsumsi energi biasa digunakan parameter indeks kenaikan bilangan kecepatan denyut jantung. Indeks ini merupakan perbedaan antara kecepatan denyut jantung pada waktu kerja tertentu dengan kecepatan denyut jantung pada saat istirahat.
Untuk merumuskan hubungan antara energy expenditure dengan kecepatan heart rate (denyut jantung), dilakukan pendekatan kuantitatif hubungan antara energy expediture dengan kecepatan denyut jantung dengan menggunakan analisa regresi. Bentuk regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung secara umum adalah regresi kuadratis dengan persamaan sebagai berikut :

Dimana:
Y : Energi (kilokalori per menit)
X : Kecepatan denyut jantung (denyut per menit)

Setelah besaran kecepatan denyut jantung disetarakan dalam bentuk energi, maka konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu bisa dituliskan dalam bentuk matematis sebagai berikut :


KE = Et – Ei


Dimana :
KE : Konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu (kilokalori/menit)
Et : Pengeluaran energi pada saat waktu kerja tertentu (kilokalori/menit)
Ei : Pengeluaran energi pada saat istirahat (kilokalori/menit)

Terdapat tiga tingkat energi fisiologi yang umum : Istirahat, limit kerja aerobik, dan kerja anaerobik. Pada tahap istirahat pengeluaran energi diperlukan untuk mempertahankan kehidupan tubuh yang disebut tingkat metabolisis basah. Hal tersebut mengukur perbandingan oksigen yang masuk dalam paru-paru dengan karbondioksida yang keluar. Berat tubuh dan luas permukaan adalah faktor penentu yang dinyatakan dalam kilokalori/area permukaan/jam. Rata-rata manusia mempuanyai berat 65 kg dan mempunyai area permukaan 1,77 meter persegi memerlukan energi sebesar 1 kilokalori/menit.
Kerja disebut aerobik bila suply oksigen pada otot sempurna, sistem akan kekurangan oksigen dan kerja menjadi anaerobik. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas fisiologi yang dapat ditingkatkan melalui latihan. Aktivitas dan tingkat energi dan Klasifikasi beban kerja dan reaksi fisiologis terlihat pada tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Aktivitas Dan Tingkat Energi
ENERGI
(Kkal/menit) 1 2.5 5 7.5 10
DETAK JANTUNG
(per menit) 60 75 100 125 150
OKSIGEN
(liter/menit) 0.2 0.5 1 1.5 2
Metabolis
me basah Kerja ringan Jalan (6.5kph) Kerja berat Naik Pohon
Istirahat Duduk Angkat roda 100 kg Membuat tungku
Tidur Mengendarai Mobil Bekerja ditambang Jalan di Bulan

Tabel 2. Klasifikasi Beban Kerja Dan Reaksi Fisiologis
Tingkat Pekerjaan Energy Expenditure Detak Jantung Konsumsi Energi
Kkal / menit Kkal / 8jam Detak / menit Liter / menit
Undully Heavy >12.5 >6000 >175 >2.5
Very Heavy 10.0 – 12.5 4800 – 6000 150 – 175 2.0 – 2.5
Heavy 7.5 – 10.0 3600 – 4800 125 – 150 1.5 –2.0
Moderate 5.0 – 7.5 2400 – 3600 100 – 125 1.0 – 1.5
Light 2.5 – 5.0 1200 – 2400 60 – 100 0.5 – 1.0
Very Light < 2.5 < 1200 < 60 < 0.5

Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur
Konsumsi energi dapat diukur secara tidak langsung dengan mengukur konsumsi oksigen. Jika satu liter oksigen dikonsumsi oleh tubuh, maka tubuh akan mendapatkan 4,8 kcal energi.
T(B – S)

Dimana :
R : Istirahat yang dibutuhkan dalam menit (Recoveery)
T : Total waktu kerja dalam menit
B : Kapasitas oksigen pada saat kerja (liter/menit)
S : Kapasitas oksigen pada saat diam (liter/menit)


Konsumsi energi berdasarkan denyut jantung (heart rate)
Jika denyut nadi dipantau selama istirahat, kerja dan pemulihan, maka recovery (waktu pemulihan) untuk beristirahat meningkat sejalan dengan beban kerja. Dalam keadaan yang ekstrim, pekerja tidak mempunyai waktu istirahat yang cukup sehingga mengalami kelelahan yang kronis. Murrel membuat metode untuk menentukan waktu istirahat sebagai kompensasi dari pekerjaan fisik :




Dimana :
R : Istirahat yang dibutuhkan dalam menit (Recoveery)
T : Total waktu kerja dalam menit
W : Konsumsi energi rata-rata untuk bekerja dalam kkal/menit
S : Pengeluaran energi rata-rata yang direkomendasikan dalam kkal/menit
(biasanya 4 atau 5 Kkal/menit)


Menentukan Waktu Standar Dengan Metode Fisiologis
Pengukuran fisiologi dapat dipergunakan untuk membandingkan cost energy pada suatu pekerjaan yang memenuhi waktu standar, dengan pekerjaan serupa yang tidak standard, tetapi perbandingan harus dibuat untuk orang yang sama. hasilnya mungkin beberapa orang yang memiliki performansi 150% hingga 160% menggunakan energi expenditure sama dengan orang yang performansinya hanya 110% sampai 115%. Waktu standar ditentukan untuk tugas, pekerjaan yang spesifik dan jelas definisinya. Dr. Lucien Brouha telah membuat tabel klasifikasi beban kerja dalam reaksi fisiologi, untuk menentukan berat ringannya suatu pekerjaan, seperti terlihat pada tabel 3..
Tabel 3. Jenis Pekerjaan Dengan Konsumsi Oksigen
WORK LOAD OXYGEN CONSUMPTION (Liter/Minute) ENERGY EXPENDITURE
(Calories/minute) HEART RATE DURING WORK (Beats per minute)
Light 0.5 – 1.0 2.5 – 5.0 60 – 100
Moderate 1.0 – 1.5 5.0 – 7.5 100 – 125
Heavy 1.5 – 2.0 7.5 – 10.0 125 – 150
Very Heavy 2.0 – 2.5 10.0 – 12.5 150 - 175


Fatique
Fatique adalah suatu kelelahan yang terjadi pada syaraf dan otot-otot manusia sehingga tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Kelelahan dipandang dari sudut industri adalah pengaruh dari kerja pada pikiran dan tubuh manusia yang cenderung untuk mengurangi kecepatan kerja mereka atau menurunkan kualitas produksi, atau kedua-duanya dari performansi optimum seorang operator. Cakupan dari kelelahan, yaitu :
1. Penurunan dalam performansi kerja
Pengurangan dalam kecepatan dan kualitas output yang terjadi bila melewati suatu periode tertentu, disebut industry fatique.
2. Pengurangan dalam kapasitas kerja
perusakan otot atau ketidakseimbangan susunan saraf untuk memberikan stimulus, disebut Psikologis fatique
3. Laporan-laporan subyektif dari pekerja
Berhubungan dengan perasaan gelisah dan bosan, disebut fungsional fatique.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi fatique adalah besarnya tenaga yang dikeluarkan, kecepatan, cara dan sikap melakukan aktivitas, jenis kelamin dan umur. Fatique dapat diukur dengan :
a. Mengukur kecepatan denyut jantung dan pernapasan
b. Mengukur tekanan darah, peredaran udara dalam paru-paru, jumlah oksigen yang dipakai, jumlah CO2 yang dihasilkan, temperatur badan, komposisis kimia dalam urin dan darah
c. Menggunakan alat uji kelelahan Riken Fatique.
Untuk lebih jelas mengenai fatique dapat dibaca pada buku Motion & Time Study: Design & measurement of Work, Barnes Ralph, 1980

1.3 Tugas Pendahuluan
1. Apa yang dimaksud dengan pengukuran kerja dengan metode fisiologis?
2. Jelaskan kriteria-kriteria yang dapat digunakan untuk mengetahui pekerjaan terhadap manusia dalam suatu sistem!
3. Apa yang dimaksud dengan kondisi kerja yang optimum! Jelaskan!
4. Jelaskan secara lengkap beserta contoh dari grafik expenditure!
5. Seorang operator material handling pada saat istirahat denyut nadinya 70 per menit. Sedangkan pada saat bekerja denyut nadinya 90 per menit. Hitunglah konsumsi energi yang dikeluarkan oleh operator tersebut dalam kilokalori per menit ! Berapa konsumsi oksigen yang diperlukan untuk pekerjaan tersebut (dalam liter per menit)
6. Apa penyebab terjadinya kelelahan pada manusia? Terangkan proses terjadinya kelelahan tersebut dan bagaimana cara menguranginya serta sebutkan beberapa metode pengukuran kelelahan yang ada

1.4 Peralatan yang Digunakan
Dalam praktikum pengukuran kerja fisiologis alat-alat dan bahan yang digunakan adalah:
 Running Belt
 Lori
 Beban lori
 Sepeda Statis
 Beban Statis /Dumbler (1,2,3,dan 4 Kg)
 Pulse Meter
 Stopwatch
 Termometer tubuh
 Lembar pengamatan

1.5 Prosedur Praktikum
• Percobaan 1
Pada percobaan 1, kegiatan praktikum yang dilakukan adalah mengukur kegiatan kerja fisiologis dalam aktivitas dengan menggunakan running belt yang dilakukan di laboratorium APK, dengan peralatan dan bahan yang telah ditetapkan. Percobaan ini terdiri dari dua variabel, yaitu kecepatan beraktivitas dan lamanya beraktivitas.
Langkah-langkah percobaan 1 ini sebagai berikut:
1. Siapakan satu orang operator, satu orang pengamat dan satu orang pencatat waktu. Operator bertindak sebagai OP (orang percobaan), pengamat bertugas mencatat suhu tubuh dan kecepatan denyut jantung OP, sedangkan pencatat waktu bertugas untuk memberi aba-aba kepada operator untuk memulai dan mengakhiri aktivitas dan memberikan aba-aba pada pengamat dan mencatat kecepatan denyut jantung pada waktu yang ditentukan.
2. Operator bediri di atas running belt. Pasangkanlah pulse-meter pada jari telunjuk operator.
3. Ukur dan catat denyut jantung awal (D0) dan ukur pula suhu tubuh operator (T0).
4. Operator beralri di atas running belt selama 2 menit dengan kecepatan konstan 2 Km/jam.
5. Pada saat operator berlari, pengamat mencatat kecepatan denyut jantung OP setiap 30 detik (Dn, dimana n = 30 detik ke 1, 2, 3, dst).
6. Setelah aktivitas berakhir ukur kembali suhu tubuh OP (T1) dan kecepatan denyut jantung OP setiap 30 detik sampai Dn = D0.
7. Setelah Dn = D0 berarti OP sudah recovery. Ulangi lagi percobaan ini mulai langkah ke-4 sampai dengan langkah ke-6 dengan variasi waktu lari 4 menit dan 6 menit, serta kecepatan berlari konstan 4, 6 dan 8 Km/jam.
8. Kita akan mendapatkan 12 jenis data percobaan, yang diakumulasikan melalui form isian. Isilah form isian tersebut.

•Percobaan 2
Percobaan 2 adalah mengukur kerja fisiologis pada aktivitas Mendorong lori. Pelaksanaannya dilakukan di luar areal Laboratorium APK&E namun masih berada dalam kawasan Kampus E Universitas Gunadarma, sedangkan variabel dalam percobaan ini adalah beban dan jarak.
Langkah-langkah percobaan 2 ini sebagai berikut :
1. Siapkan satu orang operator, satu orang pengamat dan satu orang pencatat waktu. Operator bertindak sebagai OP (orang percobaan), pengamat bertugas mencatat suhu tubuh dan kecepatan denyut jantung OP, sedangkan pencatat waktu bertugas untuk membaca kecepatan jantung yang tertera pada display pulse meter yang dibawa operator.
2. Isi lori dengan beban 20 Kg dan persiapkan jalan/track untuk lori sepanjang 200 meter (akan lebih baik jika track tersebut berbentuk lingkaran dengan keliling lingkaran 25 meter).
3. Operator bersiap untuk mendorong lori. Pasangkanlah pulse meter pada jari telunjuk operator.
4. Ukur dan catat denyut jantung awal (D0) dan ukur suhu tubuh operator (T0).
5. Operator mulai mendorong lori dengan kecepatan wajar dan konstan. Pada saat operator mendorong lori pengamat mencatat kecepatan denyut jantung OP setiap 25 meter. (Dn, dimana n = 30 detik ke 1, 2, 3, dst).
6. Setelah aktivitas berakhir (200 meter) ukur kembali suhu tubuh OP (T1) dan kecepatan denyut jantung OP setiap 30 detik (Dn’), samapai Dn’ = D0.
7. Setelah Dn’ = D0 berarti OP sudah recovery. Ulangi lagi penelitian ini mulai langkah ke-2 samapai dengan langkah ke-6 dengan variasi beban lori sebesar 40 Kg, 60 Kg dengan jarak variasi antara 300 meter samapai 400 meter.
8. Kita kan mendapatkan 9 jenis data percobaan, yang diakumulasikan melalui form isian. Isilah form isian tersebut.

•Percobaan 3
Pada percobaan 3, kegiatan praktikum yang dilakukan adalah mengukur kegiatan kerja fisiologis dalam aktivitas dengan menggunakan Sepeda Statis yang dilakukan di laboratorium APK&E. Percobaan 3 ini terdiri dari tiga variabel, yaitu kecepatan beraktivitas , lamanya beraktivitas dan beban aktivitas.
Langkah-langkah percobaan 3 ini sebagai berikut:
1. Siapkan satu orang operator, satu orang pengamat dan satu orang pencatat waktu. Operator bertindak sebagai OP (orang percobaan), pengamat bertugas mencatat suhu tubuh dan denyut jantung OP, sedangkan pencatat waktu bertugas untuk memberikan aba-aba kepada operator untuk memulai dan mengakhiri aktivitas dan memberikan aba-aba kepada pengamat untuk mencatat kecepatan denyut jantung pada waktu yang ditentukan.
2. Operator duduk di sepeda statis. Pasangkan pulsa meter pada jari telunjuk operator.
3. Ukur dan catat denyut jantung awal (D0) dan ukur pula suhu tubuh operator (T0).
4. Operator mengayuh sepeda selama 5 menit dengan kecepatan konstan 20 km/jam tanpa pembebanan.
5. Pada saat operator mengayuh, pengamatan mencatat kecepatan denyut jantung OP setiap 30 detik (Dn, dengan n = 30 detik ke 1, 2, 3, …, dst)
6. Setelah aktivitas berakhir, ukur kembali suhu tubug OP (T1) dan kecepatan denyut jantung OP setiap 30 detik sampai Dn = D0.
7. Setelah Dn = D0 berarti OP sudah recovery. Ulangi lagi penelitian ini mulai langkah ke 4 sampai langkah ke 6 dengan kecepatan bersepda konstan 50 km/jam.
8. Ulangi aktivitas di atas, tetapi dengan pembebanan.
9. Kita akan mendapatkan 8 jenis data percobaan yang diakumulasikan melalui form isian. Isilah form isian tersebut.

•Percobaan 4
Pada percobaan 4, kegiatan praktikum yang dilakukan adalah mengukur kegiatan kerja fisiologis dalam aktivitas dengan menggunakan Beban Statis (Dumbler) yang dilakukan di laboratorium APK&E. Variabel dalam Percobaan 4 ini terdiri dari beban dan anggota badan.
Langkah-langkah percobaan 4 ini sebagai berikut:
1. Siapkan satu orang operator, satu orang pengamat, dan satu orang pencatat waktu. Operator bertindak sebagai OP (Orang Percobaan), pengamat bertugas mencatat suhu tubuh dan kecepatan denyut jantung OP, sedangkan pencatat waktu bertugas untuk mencatat waktu operator bertahan dalam melakukan kerja statis.
2. Ukur dan catat denyut jantung awal (D0) dan ukur pula suhu tubuh operator (T0).
3. Operator mulai beraktivitas dengan mengangkat beban dan menahan beban dengan tangan terjulur lurus ke samping (ke kiri dan ke kanan) dengan beban masing-masing di tangan 1 kg.
4. Pada saat beraktivitas, pengamat mencatat kecepatan denyut jantung OP setiap 15 detik (Dn, dengan n = 30 detik ke 1,2,3,…, dst).
5. Aktivitas berakhir setelah operator merasa sangat lelah dan tidak dapat bertahan dengan sikap tangan terjulur seperti semula. Ukur kembali suhu tubuh OP (T1) dan kecepatan denyut jantung OP setiap 15 detik (Dn”) sampai Dn” = D0.
6. Setelah Dn” = D0 berarti OP sudah recovery. Ulangi lagi penelitian ini mulai langkah ke 2 sampai dengan langkah ke 5 dengan variasi beban angkat sebesar 2 kg, 3 kg, dan 4 kg.
7. Ulangi langkah ke 2 sampai dengan langkah ke 6 dengan anggota badan kaki yang terjulur. Operator dalam posisi duduk dan menjulurkan tegak lurus kakinya ke depan.
8. Kita akan mendapatkan 8 jenis data percobaan, yang akan diakumulasikan melalui form isian. Isilah form isian tersebut.

1.6 Pengarahan Penulisan Laporan Akhir
• Percobaan 1
1. Buatlah suatu grafik kerja dan recovery sekaligus, dengan waktu sebagai sumbu X ( 30 detik ke-n) dan kecepatan denyut jantung sebagai sumbu Y. grafik dibuat untuk setiap kecepatan dan setiap lamanya beraktivitas, jadi terdapat 7 grafik, yaitu :
a. dengan lama berlari 2 menit, buatlah 4 garis grafik untuk kecepatan 2, 4, 6 dan 8 Km/jam.
b. Dengan lama berlari 4 menit, buatlah 4 garis grafik untuk kecepatan 2, 4, 6 dan 8 Km/jam.
c. Dengan lama berlari 6 menit, buatlah 4 garis grafik untuk kecepatan 2, 4, 6 dan 8 Km/jam.
d. Dengan kecepatan berlari 2 Km/jam, buatlah 3 garis grafik untuk lama berlari 2, 4 dan 6 menit.
e. Dengan kecepatan berlari 4Km/jam, buatlah 3 garis grafik untuk lama berlari 2, 4 dan 6 menit.
f. Dengan kecepatan berlari 6 Km/jam, buatlaqh 3 garis grafik untuk lama berlari 2, 4 dan 6 menit.
g. Dengan kecepatan berlari 8 Km/jam, buatlah 3 garis grafik untuk lama berlari 2, 4 dan 6 menit.
2. Apakah yang dapat disimpulkan dari masing-masing grafik tersebut ?
3. Lihatlah apakah walaupun dalam kecepatan yang sama, bila waktu berlarinya berbeda akan didapatkan waktu recovery yang berbeda?
4. Lihatlah pula apakah walaupun dengan lama waktu berlari yang sama, bila kecepatan berlarinya berbeda akan mendapatkan waktu recovery yang berbeda?
5. Buatlah suatu perbandingan untuk tiap-tiap jenis aktivitas yang memperlihatkan perbedaan temperatur tubuh sebelum dan sesudah aktivitas ?
6. Buatlah rata-rata kecepatan denyut jantung dari tiap aktivitas, kemudian hitunglah secara teoritis waktu recovery-nya. Bandingkan dengan hasil percobaan.
7. Buatlah kesimpulan dari percobaan tahap 1 tersebut !

• Percobaan 2
1. Buatlah suatu grafik kerja dan recovery, dengan jarak sebagai sumbu X (25 meter ke-n) dan kecepatan denyut jantung sebagai sumbu Y. Grafik dibuat untuk setiap jarak tempuh dan setiap beban bawaan, jadi terdapat 6 grafik, yaitu :
a. Dengan jarak 200 meter, buatlah 3 garis grafik untuk beban lori 20, 40 dan 60 Kg.
b. Dengan jarak 300 meter, buatlah 3 garis grafik untuk beban lori 20, 40 dan 60 Kg.
c. Dengan jarak 400 meter, buatlah 3 garis grafik untuk beban lori 20, 40 dan 60 Kg.
d. Dengan beban 20 Kg, buatlah 3 garis grafik untuk jarak 200, 300 dan 400 meter.
e. Dengan beban 40 Kg buatlah garis grafik untuk jarak 200, 300 dan 400 meter.
f. Dengan beban 60 Kg, buatlah 3 garis grafik untuk jarak 200, 300 dan 400 meter.
2. Buatlah suatu grafik kerja dan recovery, dengan jarak sebagai sumbu X (30 meter ke-n), dan kecepatan denyut jantung sebagai sumbu Y. grafik dibuat untuk setiap jarak tempuh dan setiap beban bawaan, jadi terdapat 6 grafik, yaitu :
a. Dengan jarak 200 meter, buatlah 3 garis grafik untuk beban lori 20, 40, dan 60 Kg.
b. Dengan jarak 300 meter, buatlah 3 garis grafik untuk beban lori 20, 40 dan 60 Kg.
c. Dengan jarak 400 meter, buatlah 3 garis grafik untuk beban lori 20, 40 dan 60 Kg.
d. Dengan beban 20 Kg buatlah 3 garis grafik untuk jarak 200, 300 dan 400 meter.
e. Dengan beban 40 Kg buatlah 3 garis grafik untuk jarak 200, 300 dan 400 meter.
f. Dengan beban 60 Kg buatlah 3 garis grafik untuk jarak 200, 300 dan 400 meter.
3. Apakah yang dapat disimpulkan dari masing-masing grafik tersebut?
4. Lihatlah apakah walaupun bebannya sama, bila waktu jaraknya berbeda akan didapatkan waktu recovery yang berbeda ?
5. Lihatlah pula apakah walaupun jaraknya sama, bila bebannya berbeda akan mendapatkan waktu recovery yang berbeda ?
6. Buatlah suatu perbandingan untuk tiap-tiap jenis aktivitas yang memperlihatkan perbedaan temperatur tubuh sebelum dan sesuda beraktivitas.
7. Buatlah rata-rata kecepatan denyut jantung dari tiap aktivitas, kemudian hitunglah secara teoritis waktu recovery-nya. Bandingkan dengan hasil percobaan. Buatlah kesimpulan pada percobaan dua ini !!

• Percobaan 3
1. Buatlah suatu grafik kerja dan recovery sekaligus, dengan waktu sebagai sumbu X (30 detik ke n), dan kecepatan denyut jantung sebagai sumbu Y. Grafik dibuat untuk setiap kecepatan dan setiap lamanya beraktivitas. Jadi terdapat 7 grafik yaitu:
a) Dengan lamanya bersepeda 5 menit, buatlah 2 garis grafik untuk kecepatan 20 dan 50 km/jam, tanpa beban.
b) Dengan lamanya bersepeda 10 menit, buatlah 2 garis grafik untuk kecepatan 20 dan 50 km/jam, tanpa beban.
c) Dengan kecepatan bersepeda 20 km/jam, buatlah 2 garis grafik untuk lama bersepeda 5 menit dan 10 menit, tanpa beban.
d) Dengan kecepatan bersepeda 50 km/jam, buatlah 2 garis grafik untuk lama bersepeda 5 menit dan 10 menit, tanpa beban.
e) Dengan lamanya bersepeda 5 menit, buatlah 2 garis grafik untuk kecepatan 20 dan 50 km/jam, dengan beban.
f) Dengan lamanya bersepeda 10 menit, buatlah 2 garis grafik untuk kecepatan 20 dan 50 km/jam, dengan beban.
g) Dengan kecepatan bersepeda 20 km/jam, buatlah 2 garis grafik untuk lama bersepeda 5 menit dan 10 menit, dengan beban.
h) Dengan kecepatan bersepeda 50 km/jam, buatlah 2 garis grafik untuk lama bersepeda 5 menit dan 10 menit, dengan beban.

2. Apakah yang dapat disimpulkan dari masing-masing grafik tersebut?
3. Lihatlah apakah walaupun dalam kecepatan yang sama apabila waktu bersepada berbeda akan didapatkan waktu recovery yang berbeda, baik dengan beban maupun tanpa beban?
4. Lihatlah pula apakah walaupun dengan lama waktu bersepeda yang sama, apabila kecepatan bersepedanya berbeda akan mendapatkan waktu recovery yang berbeda baik dengan beban atau tanpa beban?
5. Lihatlah apakah beban mempengaruhi waktu recovery?
6. Buatlah suatu perbandingan untuk tiap-tiap jenis aktivitas yang memperlihatkan perbedaan temperatur tubuh sebelum dan sesudah beraktivitas.
7. Buatlah rata-rata kecepatan denyut jantung dari tiap aktivitas kemudian hitunglah secara teoritis waktu recovery-nya. Bandingkan dengan hasil percobaan.
8. Buatlah kesimpulan dari percobaan 3 ini!

• Percobaan 4
1. Buatlah suatu grafik kerja dan recovery sekaligus, dengan waktu sebagai sumbu X (15 detik ke n) dan kecepatan denyut jantung sebagai sumbu Y. Grafik dibuat untuk setiap anggota badan dan setiap beban pembawaannya, jadi terdapat 6 grafik yaitu:
a) Dengan memakai anggota badan tangan, buatlah 4 garis grafik untuk beban 1, 2, 3, dan 4 kg.
b) Dengan memakai anggota badan kaki, buatlah 4 garis grafik untuk beban 1, 2, 3, dan 4 kg.
c) Dengan beban pembawaan 1 kg buatlah 2 garis grafik untuk anggota badan tangan dan kaki.
d) Dengan beban pembawaan 2 kg buatlah 2 garis grafik untuk anggota badan tangan dan kaki.
e) Dengan beban pembawaan 3 kg buatlah 2 garis grafik untuk anggota badan tangan dan kaki.
f) Dengan beban pembawaan 4 kg buatlah 2 garis grafik untuk anggota badan tangan dan kaki.
2. Apakah yang dapat disimpulkan dari masing-masing grafik?
3. Lihatlah apakah walaupun dalam beban yang sama, bila anggota yang dipakai berbeda maka akan didapatkan waktu recovery yang berbeda?
4. Lihatlah pula apakah walaupun dengan anggota yang digunakan sama, apabila bebannya berbeda akan mendapatkan waktu recovery yang berbeda?
5. Buatlah suatu perbandingan untuk tiap-tiap jenis aktivitas, yang memperlihatkan perbedaan temperatur tubuh sebelum dan sesudah beraktivitas?
6. Buatlah rata-rata kecepatan denyut jantung dari tiap aktivitas, kemudian hitunglah secara teoritis waktu recovery-nya. Bandingkan dengan hasil percobaan.
7. Buatlah kesimpulan dari percobaan 4 ini!

1.7 Output Penulisan
1. Melengkapi pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam praktikum pengukuran kerja fisiologis sebagai pelengkap dan pendukung mata kuliah Analisa dan Perancangan Kerja 2.
2. Mampu membuat grafik yang menghubungkan antara intensitas beban kerja (lari pada kecepatan tertentu) dengan Heart Rate dan lama waktu pemulihan (recovery period)
3. Mampu menghitung lama waktu istirahat total (total rest time)
4. Mampu menghitung besarnya energy expenditure pada suatu pekerjaan tertentu berdasarkan intensitas Heart Rate
5. Mampu menentukan besar beban kerja untuk pekerjaan tertentu




MODUL 2
ANTROPOMETRI
( 2 X Pertemuan )

2.1 Tujuan
Tujuan dari praktikum Antropometri adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami tatacara pengukuran antropometri.
2. Membekali praktikan dengan konsep-konsep mengenai perancangan suatu sistem kerja/produk, yang berhubungan dengan data-data atau informasi mengenai sifat, keterbatasan dan kemampuan manusia.
3. Menganalisa, menilai dan memperbaiki serta merancang suatu sistem kerja yang berhubungan dengan manusia sebagai pemakai.
4.
2.2 Landasan Teori
Pengertian Anthropometri
Dilihat dari sisi rekayasa, informasi hasil penelitian ergonomi dapat dikelompokan ke dalam lima bidang penelitian yaitu : ( Sutalaksana, Teknik tata cara kerja)
• Anthropometri
• Biomekanika
• Fisiologi
• Pengindraan
• Lingkungan Fisik Kerja
Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan (design) produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal :
• Perancangan areal kerja
• Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas ( tools) dan sebagainya.
• Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian , kursi, meja, komputer dan lain-lain.
• Perancangan lingkungan kerja fisik.

Antropometri dibagi dalam dua bagian yaitu :
1. Antropometri statis, dimana pengukuran dilakukan pada saat tubuh dalam keadaan diam/posisi diam/ tidak bergerak.
2. Antropometri dinamis, dimana dimensi tubuh diukur dalam berbagai posisi tubuh yang sedang bergerak.
Dimensi yang diukur pada antropometri statis diambil secara linear (lurus) dan dilakukan pada permukaan tubuh. Agar hasilnya dapat representatif , maka pengukuran harus dilakukan dengan metode tertentu terhadap individu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia diantaranya :
1. Umur
Seperti diketahui bersama bahwa manusia tumbuh sejak lahir hingga kira-kira berumur 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Pada saat tersebut ukuran tubuh manusia tetap dan cenderung untuk menyusut setelah kurang lebih berumur 60 tahun.
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin manusia yang bebeda akan mengakibatkan dimensi anggota tubuhnya berbeda. Perbedaan dimensi tubuh ini dikarenakan fungsi yang berbeda.
3. Suku bangsa
Suku bangsa juga memberikan ciri khas mengenai dimensi tubuhnya. Ekstrimnya orang Eropa merupakan etnis kaukasoid berbeda dengan orang Indonesia yang merupakan Etnis Mongoloid. Kecenderungan dimensi tubuh manusia yang termasuk Etnis Kaukasoid lebih panjang bila dibandingkan dengan dimensi tubuh manusia yang termasuk etnis Mongoloid.
4. Jenis pekerjaan atau latihan
Suatu sifat dasar otot manusia, dimana bila otot tersebut sering dipekerjakan akan mengakibatkan otot tersebut bertambah lebuh besar. Misalnya : dimensi seorang buruh pabrik. Dimensi seorang binaragawan dan sebagainya.
Untuk mengukur antropometri dinamis , terdapat tiga kelas pengukuran, yaitu (1) Pengukuran tingkat keterampilan sebagai pendekatan untuk mengerti kedaaan mekanis dari suatu aktifitas, contohnya mempelajari performasi seseorang, (2) Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat bekerja dan (3) Pengukuran variabilitas kerja.

Perancangan Produk / alat.
Perancangan adalah suatu proses yang bertujuan untuk menganalisis, menilai memperbaiki dan menyusun suatu sistem, baik sistem fisik maupun non fisik yang optimum untuk waktu yang akan datang dengan memanfaatkan informasi yang ada.
Perancangan suatu alat termasuk dalam metode teknik, dengan demikian langkah-langkah pembuatan perancangan akan mengikuti metode teknik. Merris Asimov menerangkan bahwa perancangan teknik adalah suatu aktivitas dengan maksud tertentu menuju kearah tujuan dari pemenuhan kebutuhan manusia, terutama yang dapat diterima oleh faktor teknologi peradaban kita. Dari definisi tersebut terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam perancangan yaitu : 1 ) aktifitas dengan maksud tertentu, 2) sasaran pada pemenuhan kebutuhan manusia dan 3) berdasarkan pada pertimbangan teknologi,
Dalam membuat suatu perancangan produk atau alat, perlu mengetahui karakteristik perancangan dan perancangnya. Beberapa karakteristik perancangan adalah sebagai berikut :
1. Berorientasi pada tujuan
2. Variform
Suatu anggapan bahwa terdapat sekumpulan solusi yang mungkin terbatas, tetapi harus dapat memilih salah satu ide yang diambil.
3. Pembatas
Dimana pembatas ini membatasi jumlah solusi pemecahan diantaranya :
• Hukum alam seperti ilmu fisika, ilmu kimia dan seterusnya.
• Ekonomis ; pembiayaan atau ongkos dalam meralisir rancangan yang telah dibuat
• Perimbangan manusia ; sifat, keterbatasan dan kemampuan manusia dalam merancang dan memakainya.
• Faktor-faktor legalisasi; mulai dari model, bentuk sampai hak cipta.
• Fasilitas produksi: sarana dan prasarana yang dibtuhkan untuk menciptakan rancangan yang telah dibuat.
• Evolutif; berkembang terus/ mampu mengikuti perkembangan jaman.
• Perbandingan nilai: membandingkan dengan tatanan nilai yang telah ada.
Sedangkan karakteristik perancang merupakan karakteristik yang harus dipunyai oleh seorang perancang antara lain:
1. Mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasikan masalah.
2. Memiliki Imajinasi untuk meramalkan masalah yang mungkin akan timbul.
3. Berdaya cipta.
4. Mempunyai kemampuan untuk menyederhanakan persoalan.
5. Mempunyai keahlian dalam bidang Matematika, Fisika atau Kimia tergantung dari jenis rancangan yang dibuat.
6. Dapat mengambil keputusan terbaik berdasarkan analisa dan prosedur yang benar.
7. Mempunyai sifat yang terbuka (open minded) terhadap kritik dan saran dari orang lain.
Proses perancangan yang merupakan tahapan umum teknik perancangan dikenal dengan sebutan NIDA, yang merupakan kepanjangan dari Need, Idea, Decision dan Action. Artinya tahap pertama seorang perancang menetapkan dan mengidentifikasi kebutuhan (need). Sehubungan dengan alat atau produk yang harus dirancang. Kemudian dilanjutkan dengan pengembangan ide-ide (idea) yang akan melahirkan berbagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan tadi dilakukan suatu penilaian dan penganalisaan terhadap berbagai alternatif yang ada, sehingga perancang akan dapat memutuskan (decision) suatu alternatif yang terbaik. Dan pada akhirnya dilakukan suatu proses pembuatan (Action). Perancangan suatu peralatan kerja dengan berdasarkan data antropometri pemakainya betujuan untuk mengurangi tingkat kelelahan kerja, meningkatkan performansi kerja dan meminimasi potensi kecelakaan kerja ( Mustafa,Pulat, Industrial ergonomics case studies, 1992)
Tahapan perancangan sistem kerja menyangkut work space design dengan memperhatikan faktor antropometri secara umum adalah ( Roebuck, 1995):
1. Menentukan kebutuhan perancangan dan kebutuhannnya (establish requirement).
2. Mendefinisikan dan mendeskripsikan populasi pemakai.
3. Pemilihan sampel yang akan diambil datanya.
4. Penentuan kebutuhan data (dimensi tubuh yang akan diambil).
5. Penentuan sumber data ( dimensi tubuh yang akan diambil) dan oemilihan persentil yang akan dipakai.
6. Penyiapan alat ukur yang akan dipakai.
7. Pengambilan data.
8. Pengolahan data
9. Visualisasi rancangan.
Hasil rancangan yang dibuat dituntut dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi si pemakai. Oleh karena itu rancangan yang akan dibuat harus memperhatikan faktor manusia sebagai pemakainya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat suatu rancangan selain faktor manusia antara lain :
1. Analisa Teknik
Banyak berhubungan dengan ketahanan, kekuatan, kekerasan dan seterusnya.
2. Analisa Ekonomi
Berhubungan perbandingan biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat yang akan diperoleh.
3. Analisa Legalisasi
Berhubungan dengan segi hukum atau tatanan hokum yang berlaku dan dari hak cipta.
4. Analisa Pemasaran
Berhubungan dengan jalur distribusi produk / hasil rancangan sehingga dapat sampai kepada konsumen.
5. Analisa Nilai

Analisa nilai pertama kali didefinisikan oleh L.D. Miles dari General Elactric (AS, 1940), yaitu suatu prosedur untuk mengidentifikasikan ongkos-ongkos yang tidak ada gunanya. Kemudian pengertian ini berkembang sesuai dengan perkembangan tuntutan jaman. Seperti yang dikemukakan oleh C.M. Walsh yang membagi analisa nilai menjadi 4 katagori, yaitu :
1. Uses Value
Berhubungan dengan nilai kegunaan
2. Esteem Value
Berhubungan dengan nilai keindahan atau estetika.
3. Cost Value
Berhubungan dengan pembiayaan
4. Excange Value
Berhubungan dengan kemampuan tukar.
Terdapat tiga tipe perancangan, yaitu :
1. Perancangan untuk pemakaian nilai ekstrem
Data dengan persentil ekstrim minimum 5% dan ekstrim maksimum 95%.
2. Perancangan untuk pemakaian rata-rata
Data dengan persentil 50 %.
3. Perancangan untuk pemakaian yang disesuaikan (adjustable)

2.3 Soal-soal Test Pendahuluan
Berikut contoh soal-soal yang diberikan pada saat test pendahuluan.
1. Jelaskan pengertian antropometri !
2. Sebutkan dan jelaskan pembagian antropometri !
3. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia !
4. Apakah yang dimaksud dengan perancangan ?
5. Sebutkan karakteristik dari perancangan !
6. Sebutkan karakteristik yang harus dimiliki seorang perancang !

2.4 Peralatan yang dibutuhkan :
1. Kursi antropometri duduk
2. Alat ukur tinggi antropometri berdiri
3. Meteran kain
4. Timbangan badan
5. Lembar pengamatan




2.5 Prosedur Praktikum
Langkah-langkah dalam melakukan praktikum pengukuran Antropometri adalah sebagai berikut :
1. Dengan menggunakan alat-alat yang telah disediakan, ukurlah dimensi-dimensi tubuh manusia.
2. Untuk memudahkan pengamatan, gambar antropometri bisa dilihat di lampiran dengan keterangan sebagai berikut :
• Lampiran 1,2,3,4,5 menunjukan gambar pengukuran antropometri pada masing-masing anggota tubuh manusia.
• Lampiran 6,7 menunjukan gambar pengukuran antropometri lainnya pada saat duduk dan berdiri.
• Lampiran 8 menunjukkan gambar pengukuran jari tangan dan pengukuran data untuk Antropometri Dinamis
• Lampiran 9 menunjukan gambar ukuran dalam perancangan ruang kendaraan.
• Lampiran 10,11 menunjukan ukuran umum tubuh wanita dewasa dengan persentil 2,5 %, 50 %, dan 97,5%.
• Lampiran 12,13 menunjukan ukuran umum tubuh pria dewasa dengan persentil 2,5 %, 50 %, dan 97,5%.
3. Catatlah hasil pengukuran pada lembar pengamatan sebagai berikut :

Lembar Pengamatan Pengukuran Data Antropometri Statis
Nama :……………………………….
Umur :……………………………….
Jenis Kelamin :……………………………….
Suku Bangsa :……………………………….

No Data yang diukur Simbol Hasil Pengukuran (cm)
1 Tinggu duduk tegak Tdt
2 Tinggi duduk normal Tdn
3 Tinggi bahu duduk Tbd
4 Tinggi mata duduk Tmd
5 Tinggi siku duduk Tsd
6 Tinggi sandaran punggung Tsp
7 Tinggi pinggang Tpg
8 Tebal perut duduk Tpd
9 Tebal paha Tp
10 Tinggi popliteal Tpo
11 Pantat popliteal pp
12 Pantat ke lutut Pkl
13 Lebar bahu Lb
14 Lebar sandaran duduk Lsd
15 Lebar pinggul Lp
16 Lebar pinggang Lpg
17 Siku ke siku Sks
18 Tinggi badan tegak Tbt
19 Tinggi mata berdiri Plb
20 Tinggi bahu berdiri Tbb
21 Tinggi siku berdiri Tsb
22 Tinggi pinggang berdiri Tpgb
23 Tinggi lutut berdiri Tlb
24 Panjang lengan bawah Plb
25 Tebal dada berdiri Tdb
26 Tebal perut berdiri Tpb
27 Berat badan Bb
28 Jangkauan tangan ke atas Jtkt
29 Jangkauan tangan ke depan Jktd
30 Rentangan tangan Rt
31 Panjang jari 1,2,3,4,5 Pj
32 Pangkal ke tangan Pkt
33 Lebar jari 2,3,4,5 Lj
34 Lebar tangan Lt


Lembar Pengamatan Pengukuran Data Antropometri Dinamis
No Data Yang Diukur Simbol Hasil Pengukuran (cm)
1. Putaran lengan Pl
2. Putaran telapak tangan Ptt
3. Sudut telapak kaki Stk


Keterangan :
1. Tinggi tubuh tegak : Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung atas kepala. Subjek duduk tegak dengan memandang lurus ke depan dan lutut membentuk sudut siku-siku. (Lihat gambar di lampiran)
2. Tinggi duduk normal : Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung atas kepala. Subjek duduk normal dengan memandang lurus ke depan dan lutut membentuk sudut siku-siku. (Lihat gambar di lampiran)
3. Tinggi bahu duduk : Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung tulang bahu yang menonjol pada saat subjek duduk tegak. (Lihat gambar di lampiran)
4. Tinggi mata duduk : Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung mata bagian dalam. Subjek duduk tegak dengan mata memandang lurus ke depan. (Lihat gambar di lampiran)
5. Tinggi siku duduk : Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung bawah siku kanan. Subjek duduk tegak dengan lengan atas vertikal di sisi badan dan lengan bawah membentuk sudut siku-siku dengan lengan bawah. (Lihat gambar di lampiran)
6. Tinggi sandaran punggung : Subjek duduk tegak, ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai pucuk belikat bawah.
7. Tinggi pinggang : Subjek duduk tegak, ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai pinggang.
8. Tebal perut duduk : Subjek duduk tegak, ukur jarak samping dari belakang perut sampai ke depan perut.
9. Tebal paha : Subjek duduk tegak , ukur jarak dari permukaan alas duduk sampai ke permukaan atas pangkal paha. (Lihat gambar di lampiran)
10. Tinggi popliteal : ukur jarak vertikal dari lantai sampai bagian bawah paha. (Lihat gambar di lampiran)
11. Pantat popliteal : subjek duduk tegak. Ukur jarak horizontal dari bagian terluar pantat sampai lekukan lutut sebelah dalam popliteal. Paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut siku-siku. (Lihat gambar di lampiran)
12. Pantat ke lutut : Subjek duduk tegak. Ukur jarak horizontal dari bagian terluar pantat sampai ke lutut. Paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut siku-siku. (Lihat gambar di lampiran)
13. Lebar bahu : Ukur jarak horizontal antara kedua lengan atas. Subjek duduk tegak dengan lengan atas merapat ke badan dan lengan bawah direntangkan ke depan. (Lihat gambar di lampiran)
14. Lebar sandaran Duduk : Ukur jarak horizontal dari bagian terluar pimggul sisi kiri sampai bagian terluar pinggul sisi kanan.
15. Lebar Pinggang : Subjek duduk tegak. ukur jarak horizontal dari bagian terluar pinggang sisi kiri sampai bagian terluar sisi kanan.
16. Siku ke siku : Subjek duduk tegak dengan lengan atas merapat ke badan dan lengan bawah direntangkan ke depan. Ukur jarak horizontal dari bagian terluar siku sisi kiri sampai bagian terluar siku sisi kanan.
17. Tinggi badan tegak : Jarak vertikal telapak kaki sampai ujung kepala yang paling atas. Sementara subjek berdiri tegak dengan mata memandang lurus ke depan. (Lihat gambar di lampiran)
18. Tinggi Mata Berdiri : Ukur jarak vertikal dari lantai sampai ujung mata bagian dalam (dekat pangkal hidung). Subjek berdiri tegak dan memandang lurus ke depan.
19. Tinggi Bahu Berdiri : Ukur jarak vertikal dari lantai sampai bahu yang menonjol pada saat subjek berdiri tegak. (Lihat gambar di lampiran)
20. Tinggi Siku berdiri : Ukur jarak vertikal dari lantai ke titik pertemuan antara lengan atas dan lengan bawah. Subjek berdiri tegak dengan kedua tangan bergantungan secara wajar.
21. Tinggi pinggang berdiri : Ukur jarak vertikal lantai sampai pinggang pada saat subjek berdiri tegak.
22. Tinggi lutut berdiri : Ukur jarak vertikal lantai sampai lutut pada saat subjek berdiri tegak.
23. Panjang lengan bawah : Subjek berdiri tegak tangan disamping, ukur jarak dari siku sampai pergelangan tangan.
24. Tebal dada berdiri : Subjek berdiri tegak ukur jarak dari dada (bagian ulu hati) sampai punggung secara horizontal.
25. Tebal perut berdiri : Subjek berdiri tegak ukur menyamping jarak dari perut depan sampai perut belakang secara horizontal.
26. Berat badan : Menimbang berat badan dengan posisi normal diatas timbangan badan.
27. Jangkauan tangan ke atas : Subjek berdiri tegak, tangan diacungkan lurus ke atas. Ukur dari ujung jari tangan sampai pangkal lengan.
28. Jangkauan tangan ke depan : Ukur jarak horizontal dari punggung sampai ujung jari tengah. Subjek berdiri tegak dengan betis, pantat dan punggung merapat ke dinding. Tangan direntangkan ke depan. (Lihat gambar di lampiran)
29. Rentangan tangan : Ukur jarak horizontal dari ujung jari terpanjang tangan kiri sampai ujung jari terpanjang tangan kanan. Subjek berdiri tegak dan kedua tangan direntangan horizontal ke samping sejauh mungkin.
30. Panjang jari 1,2,3,4,5 : diukur dari masing-masing pangkal ruas jari sampai ujung jari. Jari-jari subjek merentang lurus dan sejajar.
31. Pangkal ke tangan : diukur dari pangkal pergelangan tangan sampai pangkal ruas jari. Lengan bawah sampai telapak tangan subjek lurus.
32. Lebar Jari 2,3,4,5 : diukur dari sisi luar jari telunjuk sampai sisi luar jari kelingking. Jari-jari subjek lurus dan merapat satu sama lain.
33. Lebar tangan : Diukur dari sisi luar ibu jari sampai sisi luar jari kelingking.
34. Putaran lengan : ukur sudut putaran lengan tangan bagian bawah dari posisi awal sampai ke putaran maksimum. Posisi awal, lengan tangan bagian bawah ditekuk ke kiri semaksimal mungkin. Kemudian putar dari posisi awal ke kiri sejauh mungkin.
35. Putaran telapak tangan : Ukur sudut putaran cengkraman jari tangan. Posisi awal, Jari-jari mencengkram batang tengah busur. Kemudian diputar ke kanan sejauh mungkin (pergelangan dan lengan tangan tetap diam). Lalu dengan cara yang sama diputar ke kiri sejauh mungkin.
36. Sudut telapak kaki : Ukur sudut putaran telapak kaki. Posisi awal, telapak kaki siku-siku dengan betis, kemudian diputar ke bawah sejauh mungkin. Kaki kembali ke posisi awal, lalu ujung kaki dinaikan setinggi mungkin. Total putaran vertikal telapak kaki adalah  = 1+2

4. Ujilah masing-masing data yang telah didapat (uji normal, uji seragam dan uji normal), kemudian hitunglah persentilnya 5%, 50% dan 95%.
5. Dengan menggunakan data-data yang diperoleh, rancanglah suatu alat bantu yang dibutuhkan manusia dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam melakukan perancangan.
6. Bila alat bantu tersebut belum pernah ada, analisalah keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dengan adanya alat tersebut.
7. Bila alat bantu tersebut sudah ada, analisalah apakah rancangan saudara mempunyai nilai tambah bila dibandingkan dengan alat bantu sejenis.




2.6 Output Penulisan
Adapun out put yang diharapkan dari penulisan laporan antropometri ini adalah :
1. Mahasiswa memperoleh data hasil pengukuran antropometri sesuai dengan tatacara pengukuran dan mengisi tabel pengamatan data antropometri
2. Mahasiswa diharapkan membuat analisa, menilai dan memperbaiki serta merancang suatu sistem kerja yang berhubungan dengan manusia sebagai pemakai
3. Mahasiswa mempunyai pengetahuan yang lebih dalam tentang konsep-konsep mengenai perancangan suatu sistem kerja/produk, yang berhubungan dengan data-data atau informasi mengenai sifat, keterbatasan dan kemampuan manusia..



















MODUL 3
PERANCANGAN LINGKUNGAN FISIK KERJA
(3 x Pertemuan)

3.1 Tujuan
Praktikum Perancangan Lingkungan Fisik Kerja bertujuan:
1. Meneliti pengaruh faktor temperatur terhadap keberhasilan kerja.
2. Meneliti pengaruh faktor tingkat pencahayaan terhadap keberhasilan kerja.
3. Meneliti pengaruh faktor warna cahaya terhadap keberhasilan kerja.
4. Meneliti pengaruh faktor tingkat kebisingan terhadap keberhasilan kerja.

3.2 Landasan Teori
Kehidupan manusia di dunia ini tidak terlepas dari adanya faktor kerja. Setiap hari manusia melakukan kerja, dengan tujuan untuk melangsungkan hidupnya. Lehmann (1953); seorang ilmuwan mendefinisikan kerja sebagai semua aktivitas yang secara sengaja dan berguna dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai umat manusia secara keseluruhan.
Seringkali manusia dalam bekerja tidak berfikir bahwa apakah pekerjaan yang dikerjakannya dilakukan dengan benar, tepat dan aman, serta mendapatkan produktivitas yang optimal. Manusia sebagai pekerja cenderung langsung untuk mengerjakan apa yang ada dihadapannya, tanpa memikirkan faktor-faktor apa yang bisa menghambat atau mendukung keberhasilan pekejaannya.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam sistem kerja antara lain: faktor manusia,faktor bahan/material, faktor alat atau mesin dan faktor lingkungan fisik kerja. Dari ke empat faktor tersebut, faktor lingkungan fisik kerja sering kali diabaikan, padahal faktor lingkungan fisik kerja ini turut menunjang keberhasilan kerja. Yang nantinya akan mempengaruhi kondisi fisik dan kondisi psikis pekerja dalam melakukan pekerjaannya.
Adakah perbedaan yang signifikan,seorang pekerja bekerja dalam lingkungan fisik yang dingin dengan yang panas? Atau, seorang pekerja bekerja dalam lingkungan fisik yang agak gelap atau terlalu terang? Atau, seorang pekerja bekerja dalam lingkungan kerja yang terlalu hening atau terlalu bising? Berapa standar optimal temperatur, tingkat pencahayaan dan tingkat kebisingan untuk melakukan suatu pekerjaan? Hal-hal inilah yang perlu diamati dan dianalisa, sehingga kita mampu menciptakan suatu lingkungan fisik yang benar-benar menunjang keberhasilan suatu pekerjaan.

3.3 Tugas Pendahuluan
1. Sebutkan kondisi lingkungan fisik yang mempengaruhi performansi kerja?
2. Jelaskan perbedaan kebisingan internal dengan kebisingan eksternal dan berikan contohnya masing – masing?
3. Berapakah range tingkat kebisingan normal yang dapat didengar oleh manusia?
4. Apa yang dimaksud dengan heat acclimatization dan sebutkan tanda-tandanya?
5. Jelaskan tiga aspek yang menentukan kualitas bunyi yang bisa menentukan tingkat gangguan terhadap manusia?

3.4 Peralatan Yang Digunakan
Dalam praktikum ini, alat-alat dan bahan yang digunakan adalah:
- Ruang Iklim (Climatic Chamber)
- Set kartu perak dan warna
- Lux meter
- Sound level meter






3.5 Pelaksanaan Praktikum
A. Prosedur Penelitian I (Dengan set kartu perak – B)
1. Tetapkan seseorang sebagai orang yang akan diteliti / operator (OP = orang percobaan), yang tidak mempunyai cacat mata.
2. Tetapkan dua orang, masing-masing sebagai pengamat pekerjaan dan penghitung waktu. Pengamat mengambil salah satu paket deteksi (detection card) dan kunci jawabannya.
3. Atur kondisi ruangan dengan ketentuan sebagai berikut:
Kondisi 1 Suhu ruangan 18 derajat Celcius
Tingkat pencahayaan 2 Lux
Warna cahaya putih
Tingkat kebisingan 60 dB
4. Setelah kondisi ruangan tercapai, operator, pengamat dan pencatat waktu memasuki ruangan, dan duduk di kursi yang telah ditentukan.
5. Operator meletakkan tumpukan kartu deteksi dalam keadaan terbalik diatas meja. (menghadap ke bawah).
6. Penghitung waktu menentukan waktu pengamatan tiap 10 detik dan memberitahukannya kepada operator melalui bel. (sebagai tanda memulai dan tanda berakhir).
7. Pada saat penghitung waktu menekan bel tanda memulai, operator membalikkan kartu pertama dan mulai menghitung jumlah image yang terdeteksi, sampai terdengar bel tanda berakhir, Kemudian, operator menyebutkan jumlah image yang telah diidentifikasi.
8. Pengamat mencocokkan hasil identifikasi operator dengan kunci jawaban yang ada.
9. Ulangi langkah 6 sampai dengan langkah 8 sampai keseluruhan kartu terdeteksi.
10. Ulangi langkah 5 sampai dengan langkah 9 untuk set kartu yang berbeda. ( Total 5 set).
11. Ulangi lagi langkah 4 sampai dengan langkah 9 dengan kondisi lingkungan fisik yang berbeda, dengan ketentuan

Kondisi 2
- Suhu ruangan 18 derajat Celcius
- Tingkat pencahayaan 2 Lux
- Warna cahaya putih
- Tingkat kebisingan 100 dB

Kondisi 3
- Suhu ruangan 18 derajat Celcius
- Tingkat pencahayaan 50 Lux
- Warna cahaya putih
- Tingkat kebisingan 60 dB

Kondisi 4
- Suhu ruangan 18 derajat Celcius
- Tingkat pencahayaan 50 Lux
- Warna cahaya putih
- Tingkat kebisingan 100 dB

Kondisi 5
- Suhu ruangan 30 derajat Celcius
- Tingkat pencahayaan 2 Lux
- Warna cahaya putih
- Tingkat kebisingan 60 dB

Kondisi 6
- Suhu ruangan 30 derajat Celcius
- Tingkat pencahayaan 2 Lux
- Warna cahaya putih
- Tingkat kebisingan 100 dB

Kondisi 7
- Suhu ruangan 30 derajat Celcius
- Tingkat pencahayaan 50 Lux
- Warna cahaya putih
- Tingkat kebisingan 60 dB

Kondisi 8
- Suhu ruangan 30 derajat Celcius
- Tingkat pencahayaan 50 Lux
- Warna cahaya putih
- Tingkat kebisingan 100 dB

Bahan Analisa Penelitian I
1. Olah data-data yang telah didapatkan dengan uji hipotesa statistik.
2. Analisalah, apakah kondisi temperatur 18 derajat celcius sama dengan kondisi temperatur 30 derajat Celcius.
3. Analisalah, apakah kondisi tingkat pencahayaan 2 Lux sama dengan kondisi pencahayaan 50 Lux.
4. Analisalah, apakah kondisi tingkat kebisingan 60 dB sama dengan kondisi tingkat kebisingan 100dB.
5. Analisalah, apakah warna pencahayaan mempunyai dampak yang sama.
Lembar Pengamatan Penelitian I
Nama Operator :
Nama Pengamat :
Tempreatur :
Tingkat Pencahayaan :
Warna cahaya :
Tingkat kebisingan :

Pencahayaan 2 Lux Pencahayaan 50 Lux
Kebisingan
60 dB Kebisingan
100 dB Kebisingan
60 dB Kebisingan
100 dB
Temperatur
18oC





Temperatur
30oC




Tiap sel diisi jumlah salah tiap paket/kondisi

Prosedur Penelitian II (Dengan set kartu berwarna – A)
1. Tetapkan seseorang sebagai orang yang akan diteliti / operator (OP = orang percobaan), yang tidak mempunyai cacat mata.
2. Tetapkan dua orang, masing-masing sebagai pengamat pekerjaan dan penghitung waktu. Pengamat mengambil salah satu paket kartu deteksi (detection card) dan kunci jawabannya.
3. Atur kondisi ruangan sesuai dengan kenyamanan operator ( Suhu, Pencahayaan dan Tingkat Kebisingan), kemudian nyalakan lampu sorot warna merah.
4. Setelah kondisi ruangan tercapai, operator, pengamat dan pencatat waktu memasuki ruangan, dan duduk di kursi yang telah ditentukan.
5. Operator meletakkan tumpukan kartu deteksi dalam keadaan terbalik di atas meja. (menghadap ke bawah).
6. Penghitung waktu menentukan waktu pengamatan tiap 5 detik dan memberitahukannya kepada operator melalui bel. (sebagai tanda mulai dan berakhir).
7. Pada saat penghitung waktu menekan bel tanda memulai, operator membalikkan kartu pertama dan mulai mengidentifikasikan warna yang terdeteksi, sampai terdengar bel tanda berakhir. Kemudian, operator menyebutkan warna yang telah diidentifikasi, masing-masing untuk 5 detik pertama adalah jumlah image warna merah, 5 detik kedua adalah image warna biru, 5 detik ketiga adalah jumlah image warna hijau dan 5 detik terakhir adalah jumlah image warna kuning.
8. Pengamat mencocokkan hasil identifikasi operator dengan kunci jawaban yang ada.
9. Ulangi langkah 6 sampai dengan langkah 8 sampai keseluruhan kartu deteksi.
10. Ulangi langkah 5 sampai dengan langkah 9 untuk set kartu yang berbeda. (Total 5 set).
11. Ulangi lagi langkah 3 sampai dengan langkah 9 dengan kondisi lampu sorot yang berbeda. Yaitu Biru, Hijau dan Kuning.

Bahan Analisa Penelitian II
1. Olah data-data yang telah didapatkan dengan uji hipotesa statistik.
2. Analisalah, kondisi yang bagaimana yang memperlihatkan tingkat kesalahan yang paling sering.
3. Analisalah, apakah warna pencahayaan dan warna image yang berbeda mempunyai dampak yang berbeda pula.
4. Karena warna dasar kartu deteksi berwarna putih, maka bisa dipadankan menjadi warna backround. Analisalah, tingkat efektivitas penglihatan bedasarkan warna image dan warna backround yang berbeda.
Lembar Pengamatan Penelitian II
Nama Operator :
Nama Pengamat :
Tempreatur :
Tingkat Pencahayaan :
Tingkat kebisingan :
Warna
Lampu Warna Image
Merah Biru Hijau Kuning


Merah






Biru






Hijau






Kuning




Tiap baris diisi dengan jumlah image yang teridentifikasi salah dalam tiap sel kartu. (Berapa kali salah dalam satu set kartu)
Uji Hipotesa
Langkah-langkah pengolahan dan interpretasi data hasil eksperimen Penelitian I
1. Uji hipotesis yang akan dilakukan untuk menguji perbedaan tiap perlakuan pada eksperimen adalah menurut persamaan berikut:


dimana:
i = jumlah perlakuan pencahayaan (a)
j = jumlah perlakuan kebisingan (b)
k = jumlah perlakuan temperatur (c)
= hasil eksperimen
= efek dari perlakuan dalam eksperimen
= error dalam tiap perlakuan dalam eksperimen
= efek dari perlakuan pencahayaan
= efek dari perlajuan kebisingan
= efek dari perlakuan temperatur
= efek interaksi perlakuan pencahayaan dengan kebisingan
= efek interaksi perlakuan pencahayaan dengan temperatur
= efek interaksi perlakuan kebisingan dengan temperatur
= efek interaksi perlakuan pencahayaan dengan temperatur dan kebisingan

2. Untuk tiap jenis eksperimen dihitung sub jumlahnya dan total jumlah keseluruhan, seperti pada tabel berikut:




Pencahayaan 2 Lux Pencahayaan 50 Lux Jumlah
Kebisingan 60 dB Kebisingan
100 dB Kebisingan
60 dB Kebisingan
100 dB


Temperatur






Jumlah

Temperatur








Jumlah
jumlah










3. Hitung jumlah untuk tiap perlakuan yang sama:




4. Buat tabel ANOVA sebagai berikut:

Sumber Derajat
Kebebasan Sum Square (SS) Mean
Square
Pencahayaan Ci a-1


Kebisingan Bj b-1


Interaksi Pencahayaan
dengan Kebisingan
CBij (a-1)(b-1)


Temperatur Tk c-1


Interaksi Pencahayaan
dengan Temperatur
CTij (a-1)(c-1)


Interaksi Kebisingan
dengan Temperatur
BTjk (b-1)(c-1)


Interaksi Pencahayaan
Dengan Kebisingan
Dengan Temperatur
CBTijk (a-1)(b-1)
(c-1)

Error abc(n-1)



Total abcn-1



5. Uji F
Ho : tidak ada efek perlakuan terhadap hasil
H1 = ada efek perlakuan terhadap hasil
Bandingkan dengan:
Ftabel : dari tabel F statistik
Dengan - α = 5 %
- derajat kebebasan = dfperlakuan;dferror
maka Ho ditolak, diinterpretasikan bahwa ada pengaruh perlakuan terhadap hasil
Bila < , maka Ho diterima, dan diinterpretasikan bahwa tidak ada pengaruh perlakuan terhadap hasil.

Langkah-langkah pengolahan dan interpretasi data hasil eksperimen Penelitian II
1. Uji hipotesis yang akan dilakukan untuk menguji perbedaan tiap perlakuan pada eksperimen adalah menurut persamaan berikut:


dimana:
i = jumlah perlakuan image (a)
j = jumlah perlakuan lampu (b)
= hasil eksperimen
= efek dari perlakuan dalam eksperimen
= error dalam tiap perlakuan dalam eksperimen
= efek dari perlakuan image
= efek dari perlakuan lampu
= efek interaksi perlakuan pencahayaan dengan kebisingan
2. Untuk tiap jenis eksperimen dihitung sub jumlahnya dan total jumlah keseluruhan, seperti pada tabel berikut:
Warna WARNA IMAGE Jumlah
Lampu Merah Biru Hijau Kuning


MERAH






Jumlah








BIRU





Jumlah






HIJAU





Jumlah








Kuning





Jumlah






Jumlah










3. Buat tabel ANOVA sebagai berikut:

Sumber
Derajat
Kebebasan
(df)
Sum Square (SS)
Mean
Square
Image
a-1


Lampu
b-1


Interaksi Image dengan Lampu
(a-1)(b-1)



Error ab(n-1)


Total abn-1


4. Uji F
Ho : tidak ada efek perlakuan terhadap hasil
H1 = ada efek perlakuan terhadap hasil

Bandingkan dengan:
Ftabel : dari tabel F statistik
Dengan - α = 5 %
- derajat kebebasan = dfperlakuan;dferror
maka Ho ditolak, diinterpretasikan bahwa ada pengaruh perlakuan terhadap hasil
Bila < , maka Ho diterima, dan diinterpretasikan bahwa tidak ada pengaruh perlakuan terhadap hasil.

3.6 Output Penulisan
1. Mahasiswa mengidentifikasi adanya faktor-faktor lingkungan kerja yang akan mempengaruhi keberhasilan kerja.
2. Mahasiswa membuat analisa dengan melakukan uji hipotesa statistik terhadap pengaruh faktor temperatur, tingkat pencahayaan, warna cahaya, tingkat kebisingan terhadap keberhasilan kerja.
3. Mahasiswa menyimpulkan dan memberikan usulan standar kondisi lingkungan kerja untuk suatu pekerjaan



















MODUL 4
PENGINDERAAN DAN INFORMASI
(1 x Pertemuan)


4.1 Tujuan
Tujuan dari praktikum penginderaan dan informasi adalah agar praktikan mengerti keterbatasan kemampuan manusia dalam mengindera, khususnya secara visual dan praktikan diharapkan mengetahui jenis-jenis pemberi informasi, tipe dan bentuk display, prinsip-prinsip dalam mendesain visual display dan mampu merancang berbagai tampilan visual (teks, simbol, dan display) dengan baik.

4.2 Landasan Teori
Pengertian Display
Display merupakan bagian dari lingkungan yang perlu memberi informasi kepada pekerja agar tugas-tugasnya menjadi lancar.. Arti informasi disini cukup luas, menyangkut semua rangsangan yang diterima oleh indera manusia baik langsung maupun tidak langsung.
Contoh dari display diantaranya adalah jarum penunjuk speedometer, keadaan jalan raya memberikan informasi langsung ke mata, peta yang menggambarkan keadaan suatu kota. Jalan raya merupakan contoh dari display langsung, karena kondisi lingkungan jalan bisa langsung diterima oleh pengemudi. Jarum penunjuk spedometer merupakan contoh display tak langsung karena kecepatan kendaraan diketahui secara tak langsung melalui jarum speedometer sebagai pemberi informasi (Sutalaksana, 1979)
Agar display dapat menyajikan informasi-informasi yang diperlukan manusia dalam melaksanakan pekerjaannya maka display harus dirancang dengan baik. Perancangan display yang baik adalah bila display tersebut dapat menyampaikan informasi selengkap mungkin tanpa menimbulkan banyak kesalahan dari manusia yang menerimanya.
Sedangkan menurut Sutalaksana (1996), Display yang baik harus dapat menyampaikan pesan tertentu sesuai dengan tulisan atau gambar yang dimaksud dalam display atau sejenis poster. Ciri-ciri display dan poster yang baik adalah:
1. Dapat menyampaikan pesan.
2. Bentuk/gambar menarik dan menggambarkan kejadian.
3. Menggunakan warna-warna mencolok dan menarik perhatian.
4. Proporsi gambar dan hururuf memungkinkan untuk dapat dilihat/dibaca.
5. Menggunakan kalimat-kalimat pendek, lugas, dan jelas.
6. Menggunakan huruf yang baik sehingga mudah dibaca.
7. Realistis sesuai dengan permasalahan.
8. Tidak membosankan.
Berdasarkan tujuannya, secara garis besar poster terdiri atas dua bagian,yaitu poster untuk tujuan umum dan poster untuk tujuan khusus. Poster umum, diantaranya mengenai aturan keselamatan kerja umum, poster tentang kebersihan dan kesehatan lingkungan, poster mengenai kesalahan-kesalahan manusia dalam bekerja. Sedangkan poster untuk tujuan khusus diantaranya, poster-poster dalam industri, pekerjaan konstruksi. Dengan demikian pesan-pesan yang dikandung bersifat spesifik untuk lingkungan yang bersangkutran. Misalnya poster untuk bahaya penggunaan lift, tangga, penyimpanan benda-benda mudah terbakar atau mudah meledak.
Ukuran poster bervariasi mulai dari stiker yang berukuran kecil sampai yang berukuran besar. Tetapi umumnya berukuran sebesar kalender. Poster berukuran kecil biasanya dalam bentuk stiker yang mudah ditempel dimana-mana, misalnya “Dilarang Menumpang” dapat ditempel di bagian forklift dan buldoser.
Display yang berbentuk rambu-rambu berbahaya, biasanya dipasang pada dinding, pintu masuk atau pada tiang-tiang. Display ini berbentuk seperti rambu-rambu lalu lintas (berbentuk bulat, segitiga, segiempat atau belah ketupat)
Peran ergonomi sangat penting dalam membuat rancangan display dan poster yang memiliki daya sambung yang tinggi dengan pembaca. Display dan poster harus mampu memberikan informasi yang jelas. Konsep”Human Centered Design” sangat kuat dalam pembuatan display dan poster karena terkait dengan sifat-sifat manusia sebagai “penglihat dan pemaham isyarat”.

Tipe-Tipe Display
Sehubungan dengan lingkungan, display terbagi dalam dua macam yaitu: Display Statis dan Display Dinamis. Display Dinamis adalah display yang menggambarkan perubahan menurut waktu, contohnya mikroskop dan speedometer. Display Statis memberikan informasi yang tidak tergantung terhadap waktu, misalnya informasi yang menggambarkan suatu kota (Sutalaksana, 1996).
Menurut Galer (1989), Display dan Informasi yang disampaikan terbagi atas tiga tipe, yaitu (1) Display Kualitatif, (2) Display Kuantitatif, dan (3) Display Representatif. Untuk jenis Display Kualitatif merupakan penyederhanaan dari informasi yang semula berbentuk data numerik. Contoh display kualitatif misalnya informasi atau tanda ON, OFF pada generator, DINGIN, NORMAL, PANAS pada pembacaan temperatur, BELL dan BUZZER untuk menunjukkan informasi kehadiran, lampu kelap-kelip dan sirine sebagai tanda peringatan (Warning devices). Jenis Display Kuantitatif memperlihatkan informasi numerik dan biasanya disajikan dalam bentuk Digital ataupun Analog untuk suatu Visual Display. Untuk Display Representatif, biasanya berupa sebuah “working model” atau “mimic diagram” dari suatu mesin. Salah satu contohnya adalah diagram sinyal lintasan kereta api.

Warna pada Visual Display
Informasi dapat juga diberikan dalam bentuk kode warna. Indera mata sangat sensitif terhadap warna BIRU-HIJAU-KUNING, tetapi sangat tergantung juga pada kondisi terang dan gelap. Dalam Visual Display sebaiknya tidak menggunakan lebih dari 5 warna. Hal ini berkaitan dengan adanya beberapa kelompok orang yang memiliki gangguan penglihatan atau mengalami kekurangan dan keterbatasan penglihatan pada matanya. Warna merah dan hijau sebaiknya tidak digunakan bersamaan begitu pula warna kuning dan biru (Galer, 1989). Sedangkan menurut Bridger,R.S (1995) terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan warna pada pembuatan display. Kelebihannya antara lain: memberi tanda untuk data-data yang spesifik, informasi dapat lebih cepat diterima, dan dapat terlihat lebih natural. Sedangkan kekurangan dalam penggunaan warna pada pembuatan display diantaranya: dapat menyebabkan “fatique”, membingungkan dan mungkin dapat memberikan reaksi yang salah, dan tidak bermanfaat bagi orang yang butawarna.

Prinsip-Prinsip Mendesain Visual Display
Menurut Bridger,R.S (1995) ada 4 (empat) prinsip dalam mendesain suatu visual display yaitu:
1. Prinsip PROXIMITY
2. Prinsip SIMILARITY
3. Prinsip SYMETRY
4. Prinsip CONTINUITY
Uraian lengkap lihat dan baca buku Introduction to Ergonomic, chapter 13.

Berger dalam Sutalaksana (1979) pernah menyelidiki, berapa jauh orang dapat melihat huruf berdasarkan perbandingan antara tabel dan tinggi huruf yang berbeda-beda. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa untuk huruf yang berwarna putih dengan dasar hitam perbandingan 1:13,3 merupakan yang paling baik, dalam arti kata dapat dilihat dari tempat yang paling jauh terhadap yang lainnya yaitu dari jarak 36,5 meter. Sedangkan untuk huruf yang berwarna hitam dengan dasar putih, perbandingan 1:8 merupakan perbandingan terbaik, yaitu dapat dilihat dari jarak 33,5 meter.




4.3 Tugas Pendahuluan

1. Sebutkan dan jelaskan 4 prinsip dalam mendesian suatu display.
2. Sebutkan kelebihan dan kekurangan penggunaan warna dalam mendesain display (minimal 5)
3. Dalam penerapannya dibidang Industri sebutkan kode/arti warna-warna yang biasanya dipakai sebagai indikator pada suatu display.
4. Apa perbedaan antara Blindspot dengan Colour Blindness?
5. Jelaskan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing Analogue dan Digital Indicator pada suatu display.


4.4 Peralatan Yang Digunakan
Peralatan yang digunakan adalah beberapa macam/tipe display seperti: stopwatch, termometer, tombol-tombol pada perangkat atau mesin elektronik, peta, poster, set display huruf/angka, bel atau bunyi sirine.

4.5 Pelaksanaan Praktikum
1. Praktikan diminta untuk mengelompokkan berbagai contoh display yang tersedia ke dalam jenis atau tipe-tipe display.
2. Praktikan diminta untuk membuat suatu rancangan visual display dengan memperhatikan prinsip-prinsip mendesain visual display, ukuran huruf/angka, dan pemakaian warna.
3. Praktikan diminta untuk membuat rancangan display dalam bentuk POSTER yang berkaitan dengan ERGONOMI (misal: tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), slogan/Motto, dll)

46 Output yang Diharapkan
1. Pengelompokan berdasarkan jenis atau tipe display harus dilengkapi dengan alasan atau argumentasi/penjelasan yang tepat.
2. Poster atau display untuk menunjukkan LARANGAN, biasanya berwarna MERAH dengan latar belakang PUTIH. Display untuk menunjukkan PETUNJUK/ANJURAN biasanya berwarna BIRU dengan PUTIH, sedangkan untuk PERHATIAN biasanya berwarna KUNING dengan garis tepi dan gambar berwarna HITAM.
3. Pembuatan DISPLAY dan POSTER menuntut KREATIVITAS dari praktikan tanpa melupakan aturan-aturan suatu rancangan display yang baik.
READ MORE - PENGUKURAN KERJA FISIOLOGIS

What is Parkinson's Disease?

Parkinson's disease (PD) belongs to a group of conditions called motor system disorders, which are the result of the loss of dopamine-producing brain cells. The four primary symptoms of PD are tremor, or trembling in hands, arms, legs, jaw, and face; rigidity, or stiffness of the limbs and trunk; bradykinesia, or slowness of movement; and postural instability, or impaired balance and coordination. As these symptoms become more pronounced, patients may have difficulty walking, talking, or completing other simple tasks. PD usually affects people over the age of 50.. Early symptoms of PD are subtle and occur gradually. In some people the disease progresses more quickly than in others. As the disease progresses, the shaking, or tremor, which affects the majority of PD patients may begin to interfere with daily activities. Other symptoms may include depression and other emotional changes; difficulty in swallowing, chewing, and speaking; urinary problems or constipation; skin problems; and sleep disruptions. There are currently no blood or laboratory tests that have been proven to help in diagnosing sporadic PD. Therefore the diagnosis is based on medical history and a neurological examination. The disease can be difficult to diagnose accurately. Doctors may sometimes request brain scans or laboratory tests in order to rule out other diseases.
Is there any treatment?


At present, there is no cure for PD, but a variety of medications provide dramatic relief from the symptoms. Usually, patients are given levodopa combined with carbidopa. Carbidopa delays the conversion of levodopa into dopamine until it reaches the brain. Nerve cells can use levodopa to make dopamine and replenish the brain's dwindling supply. Although levodopa helps at least three-quarters of parkinsonian cases, not all symptoms respond equally to the drug. Bradykinesia and rigidity respond best, while tremor may be only marginally reduced. Problems with balance and other symptoms may not be alleviated at all. Anticholinergics may help control tremor and rigidity. Other drugs, such as bromocriptine, pergolide, pramipexole, and ropinirole, mimic the role of dopamine in the brain, causing the neurons to react as they would to dopamine. An antiviral drug, amantadine, also appears to reduce symptoms.
In some cases, surgery may be appropriate if the disease doesn't respond to drugs. A therapy called deep brain stimulation (DBS) has now been approved by the U.S. Food and Drug Administration. In DBS, electrodes are implanted into the brain and connected to a small electrical device called a pulse generator that can be externally programmed. DBS can reduce the need for levodopa and related drugs, which in turn decreases the involuntary movements called dyskinesias that are a common side effect of levodopa. It also helps to alleviate fluctuations of symptoms and to reduce tremors, slowness of movements, and gait problems. DBS requires careful programming of the stimulator device in order to work correctly.
What is the prognosis?

PD is both chronic, meaning it persists over a long period of time, and progressive, meaning its symptoms grow worse over time. Although some people become severely disabled, others experience only minor motor disruptions. Tremor is the major symptom for some patients, while for others tremor is only a minor complaint and other symptoms are more troublesome. No one can predict which symptoms will affect an individual patient, and the intensity of the symptoms also varies from person to person.
What research is being done?

The National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS) conducts PD research in laboratories at the National Institutes of Health (NIH) and also supports additional research through grants to major medical institutions across the country. Current research programs funded by the NINDS are using animal models to study how the disease progresses and to develop new drug therapies. Scientists looking for the cause of PD continue to search for possible environmental factors, such as toxins, that may trigger the disorder, and study genetic factors to determine how defective genes play a role. Other scientists are working to develop new protective drugs that can delay, prevent, or reverse the disease.
READ MORE - What is Parkinson's Disease?

Popular Posts