Wednesday, December 14, 2016

Clubfoot atau Congenital Talipes Equino-varus (CTEV) Pada Bayi Dan Penanganannya

Clubfoot adalah kata yang digunakan untuk menggambarkan hadiah cacat kaki saat lahir.  Gangguan pada kaki tersebut dapat ringan atau berat, dan dapat melibatkan satu kaki atau keduanya.  Istilah medis untuk “kaki pengkor” atau “kaki bengkok” atau “kaki O” adalah talipes equinovarus. Ada juga yang cacat kaki yang lain yang lebih ringan yang tidak separah kaki pengkor.



Clubfoot adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan deformitas umum dimana kaki berubah dari posisi yang normal.

Congenital Talipes Equino-varus (CTEV) atau biasa disebut Clubfoot merupakan deformitas yang umum terjadi pada anak-anak.

Clubfoot  sering disebut juga CTEV (Congeintal Talipes Equino Varus) adalah deformitas yang meliputi fleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki depan, dan rotasi media dari tibia (Priciples of Surgery, Schwartz). Talipes berasal dari kata talus (ankle) dan pes (foot), menunjukkan suatu kelainan pada kaki (foot) yang menyebabkan penderitanya berjalan pada ankle-nya. Sedang Equinovarus berasal dari kata equino (meng.kuda) + varus (bengkok ke arah dalam/medial).

Sampai saat ini masih banyak  perdebatan dalam etiopatologi CTEV.

Patogenesisnya bersifat multifaktorial. Banyak teori telah diajukan sebagai penyebab deformitas ini, termasuk faktor genetic, defek sel germinativum primer, anomali vascular, faktor jaringan lunak, faktor intrauterine dan faktor miogenik. Telah diketahui bahwa kebanyakan anak dengan CTEV memiliki atrofi otot betis, yang tidak hilang setelah terapi, karenanya mungkin terdapat hubungan antara patologi otot dan deformitas ini.

CTEV adalah salah satu anomali ortopedik kongenital yang paling sering terjadi seperti dideskripsikan oleh Hippocrates pada tahun 400 SM, dengan gambaran klinis tumit yang bergeser kebagian dalam dan kebawah, forefoot juga berputar kedalam. Tanpa terapi, pasien dengan clubfoot akan berjalan dengan bagian luar kakinya, yang mungkin menimbulkan nyeri dan atau disabilitas. Meskipun begitu, hal ini masih menjadi tantangan bagi keterampilan para ahli bedah ortopedik anak akibat adanya kecenderungan kelainan ini menjadi relaps, tanpa memperdulikan apakah kelainan tersebut diterapi secara operatif maupun konservatif. Salah satu alasan terjadinya relaps antara lain adalah kegagalan ahli bedah dalam mengenali kelainan patoanatomi yang mendasarinya. clubfoot seringkali secara otomatis diangggap sebagai deformitas equinovarus, namun ternyata terdapat permutasi dan kombinasi lainnya, seperti Calcaneovalgus,, Equinovalgus dan Calcaneovarus yang mungkin saja terjadi.

CTEV merupakan kelainan kongenital kaki yang paling penting karena mudah mendiagnosisnya tetapi sulit mengkoreksinya secara sempurna, meskipun oleh ortopedis yang berpengalaman. Derajat beratnya deformitas dapat ringan, sedang atau berat, tergantung fleksibilitas atau adanya resistensi terhadap koreksi. CTEV harus dibedakan dengan postural clubfoot atau posisional equinovarus dimana pada CTEV bersifat rigid, menimbulkan deformitas yang menetap bila tidak dikoreksi segera.
Penatalaksanaan CTEV bertujuan untuk mencegah terjadinya disabilitas sehingga penderita dapat melakukan aktifitas secara normal baik ketika anak-anak maupun setelah tumbuh dewasa. Penatalaksanaan CTEV harus dapat dilakukan sedini mungkin, minimal pada beberapa hari setelah lahir, meliputi koreksi pasif, mempertahankan koreksi untuk jangka panjang dan pengawasan sampai akhir pertumbuhan anak. Pada beberapa kasus diperlukan tindakan pembedahan. Penatalaksanaan rehabilitasi medis pada penderita CTEV sangat penting dalam hal mencegah terjadinya disabilitas secara dini maupun setelah dilakukan tindakan koreksi secara operatif.3

Beberapa dari deformitas kaki termasuk deformitas ankle disebut dengan talipes yang berasal dari kata talus (yang artinya ankle) dan pes (yang berarti kaki). Deformitas kaki dan ankle dipilah tergantung dari posisi kelainan ankle dan kaki.

Deformitas talipes diantaranya :
– Talipes varus : inversi atau membengkok ke dalam 
– Talipes valgus : eversi atau membengkok ke luar 
– Talipes equinus : plantar fleksi dimana jari-jari lebih rendanh daripada tumit 
– Talipes calcaneus : dorsofleksi dimana jari-jari lebih tinggi daripada tumit

Club Foot terjadi kelainan berupa : 
• Fore Foot Adduction (kaki depan mengalami adduksi dan supinasi) 
• Hind Foot Varus (tumit terinversi) 
• Equinus ankle (pergelangan kaki dalam keadaan equinus = dalam keadaan plantar fleksi)

Clubfeet yang terbanyak merupakan kombinasi dari beberapa posisi dan angka kejadian yang paling tinggi adalah tipe talipes equinovarus (TEV) dimana kaki posisinya melengkung kebawah dan kedalam dengan berbagai tingkat keparahan. Unilateral clubfoot lebih umum terjadi dibandingkan tipe bilateral dan dapat terjadi sebagai kelainan yang berhubungan dengan sindroma lain seperti aberasi kromosomal, artrogriposis (imobilitas umum dari persendian), cerebral palsy atau spina bifida.



Frekuensi clubfoot dari populasi umum adalah 1 : 700 sampai 1 : 1000 kelahiran hidup dimana anak laki-laki dua kali lebih sering daripada perempuan. Insidensinya berkisar dari 0,39 per 1000 populasi Cina sampai 6,8 per 1000 diantara orang.  Clubfoot adalah salah satu cacat lahir yang paling umum. Lebih dari 4.000 bayi (sekitar 1 dari 1.000) lahir dengan Clubfoot di Amerika Serikat setiap tahun (1, 2).  Berdasarkan data, 35% terjadi pada kembar monozigot dan hanya 3% pada kembar dizigot. Ini menunjukkan adanya peranan faktor genetika. Anak laki-laki terkena dua kali lebih sering anak perempuan (1, 2). Cacat kaki ringan bahkan lebih umum daripada Clubfoot.
Penyebab

Penyebabutama CTEV tidak diketahui. Adanya berbagai macam teori penyebab terjadinnya CTEV menggambarkan betapa sulitnya membedakan antara CTEV primer dengan CTEV sekunder karena suatu proses adaptasi.

Beberapa teori mengenai penyebab terjadinya CTEV:

Penyebab pasti Clubfoot masih bel;um diketahui secara pasti. Di masa lalu, dokter mengira bahwa kaki bayi yang bengkok atau sempit karena cara bayi berbaring di dalam rahim ibunya. Hal ini berlaku dari beberapa kelainan kaki yang mengoreksi diri setelah lahir (termasuk calcaneovalgus dan metatarsus ringan adductus).  Para ilmuwan sekarang percaya bahwa faktor genetik dan lingkungan berkontribusi Clubfoot. Faktor lingkungan dapat termasuk infeksi, penggunaan narkoba dan merokok. Satu studi menemukan bahwa wanita dengan riwayat keluarga Clubfoot yang merokok selama kehamilan memiliki risiko 20 kali lipat untuk memiliki bayi yang terkena dampak . Kebanyakan anak dengan Clubfoot tidak memiliki cacat lahir lainnya, meskipun kadang-kadang memang terjadi cacat lainnya. Dalam beberapa kasus, Clubfoot terjadi sebagai bagian dari sindrom yang mencakup sejumlah cacat lahir. Misalnya, anak dengan spina bifida (tulang belakang terbuka) terkadang memiliki bentuk Clubfoot. Hal ini disebabkan oleh saraf tulang belakang rusak yang terjadi pada kaki. Dalam kasus lain, kaki yang normal pada saat lahir dapat menjadi bengkok akibat penyakit otot atau saraf.

Teori Penyebab dan Faktor resiko

Pada tahun 2008 penerima hadiah March of Dimes  di Washington University School of Medicine di St Louis adalah tim yang mengidentifikasi gen pertama dikaitkan dengan  Clubfoot  pada manusia.  Gen, PITX1, memainkan peran penting dalam pengembangan awal kaki.  Pemahaman yang lebih baik dari faktor genetik yang berkontribusi terhadap kaki pengkor akhirnya dapat menyebabkan cara-cara baru untuk mencegah dan mengobati gangguan tersebut.  Peneliti juga sedang mempelajari bagaimana otot bayi yang belum lahir, tulang dan saraf tumbuh, dan faktor genetik dan lingkungan yang mempengaruhi mereka, karena wawasan tentang penyebab dan pencegahan cacat lahir kaki pengkor dan lainnya.

Teori kromosomal, antara lain defek dari sel germinativum yang tidak dibuahi dan muncul sebelum fertilisasi.

Teori embrionik, antara lain defek primer yang terjadi pada sel germinativum yang dibuahi (dikutip dari Irani dan Sherman) yang mengimplikasikan defek terjadi antara masa konsepsi dan minggu ke-12 kehamilan.

Teori otogenik, yaitu teori perkembangan yang terhambat, antara lain hambatan temporer dari perkembangan yang terjadi pada atau sekitar minggu ke-7 sampai ke-8 gestasi. Pada masa ini terjadi suatu deformitas clubfoot yang jelas, namun bila hambatan ini terjadi setelah minggu ke-9, terjadilah deformitas clubfoot yang ringan hingga sedang. Teori hambatan perkembangan ini dihubungkan dengan perubahan pada faktor genetic yang dikenal sebagai “Cronon”. “Cronon” ini memandu waktu yang tepat dari modifikasi progresif setiap struktur tubuh semasa perkembangannya. Karenanya, clubfoot terjadi karena elemen disruptif (lokal maupun umum) yang menyebabkan perubahan faktor genetic (cronon).

Teori fetus, yakni blok mekanik pada perkembangan akibat intrauterine crowding.
Teori neurogenik, yakni defek primer pada jaringan neurogenik.
Teori amiogenik, bahwa defek primer terjadi di otot.
Manifestasi klinis

Gejala klinis dapat ditelusuri melalui riwayat keluarga yang menderita clubfoot atau kelainan neuromuskuler, dan dengan melakukan pemeriksaan secara keseluruhan untuk mengidentifikasi adanya abnormalitas.

Pemeriksaan dilakukan dengan posisi prone, dengan bagian plantar yang terlihat, dan supine untuk mengevaluasi rotasi internal dan varus. Jika anak dapat berdiri , pastikan kaki pada posisi plantigrade, dan ketika tumit sedang menumpu, apakah pada posisi varus, valgus atau netral.
Deformitas serupa terlihat pada myelomeningocele and arthrogryposis. Oleh sebab itu agar selalu memeriksa gejala-gejala yang berhubungan dengan kondisi-kondisi tersebut. Ankle equinus dan kaki supinasi (varus) dan adduksi (normalnya kaki bayi dapat dorso fleksi dan eversi, sehingga kaki dapat menyentuh bagian anterior dari tibia). Dorso fleksi melebihi 90° tidak memungkinkan.

Diagnosis

Clubfoot dan beberapa cacat kaki yang lain secara umum dapat diakui selama pemeriksaan baru lahir. Cacat ini biasanya dapat didiagnosis dengan pemeriksaan fisik saja, meskipun kadang-kadang penyedia bisa merekomendasikan tes tambahan, seperti sinar-X.  Clubfoot kadang didiagnosis sebelum kelahiran, selama USG.  Meskipun gangguan tersebut tidak dapat diobati sebelum kelahiran, orang tua memiliki kesempatan untuk menemukan seorang ahli bedah ortopedi dan belajar tentang pilihan pengobatan.

Kelainan ini mudah didiagnosis, dan biasanya terlihat nyata pada waktu lahir (early diagnosis after birth). Pada bayi yang normal dengan equinovarus postural, kaki dapat mengalami dorsifleksi dan eversi hingga jari-jari kaki menyentuh bagian depan tibia. “Passive manipulation dorsiflexion → Toe touching tibia → normal”.

Bentuk dari kaki sangat khas. Kaki bagian depan dan tengah inversi dan adduksi. Ibu jari kaki terlihat relatif memendek. Bagian lateral kaki cembung, bagian medial kaki cekung dengan alur atau cekungan pada bagian medial plantar kaki. Kaki bagian belakang equinus. Tumit tertarik dan mengalami inversi, terdapat lipatan kulit transversal yang dalam pada bagian atas belakang sendi pergelangan kaki. Atrofi otot betis, betis terlihat tipis, tumit terlihat kecil dan sulit dipalpasi. Pada manipulasi akan terasa kaki kaku, kaki depan tidak dapat diabduksikan dan dieversikan, kaki belakang tidak dapat dieversikan dari posisi varus. Kaki yang kaku ini yang membedakan dengan kaki equinovarus paralisis dan postural atau positional karena posisi intra uterin yang dapat dengan mudah dikembalikan ke posisi normal. Luas gerak sendi pergelangan kaki terbatas. Kaki tidak dapat didorsofleksikan ke posisi netral, bila disorsofleksikan akan menyebabkan terjadinya deformitas rocker-bottom dengan posisi tumit equinus dan dorsofleksi pada sendi tarsometatarsal. Maleolus lateralis akan terlambat pada kalkaneus, pada plantar fleksi dan dorsofleksi pergelangan kaki tidak terjadi pergerakan maleoulus lateralis terlihat tipis dan terdapat penonjolan korpus talus pada bagian bawahnya. Tulang kuboid mengalami pergeseran ke medial pada bagian distal anterior tulang kalkaneus. Tulang navicularis mengalami pergeseran medial, plantar dan terlambat pada maleolus medialis, tidak terdapat celah antara maleolus medialis dengan tulang navikularis. Sudut aksis bimaleolar menurun dari normal yaitu 85° menjadi 55° karena adanya perputaran subtalar ke medial.
Terdapat ketidakseimbangan otot-otot tungkai bawah yaitu otot-otot tibialis anterior dan posterior lebih kuat serta mengalami kontraktur sedangkan otot-otot peroneal lemah dan memanjang. Otot-otot ekstensor jari kaki normal kekuatannya tetapi otot-otot fleksor jari kaki memendek. Otot triceps surae mempunyai kekuatan yang normal.

Tulang belakang harus diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya spina bifida. Sendi lain seperti sendi panggul, lutut, siku dan bahu harus diperiksa untuk melihat adanya subluksasi atau dislokasi. Pmeriksaan penderita harus selengkap mungkin secara sistematis seperti yang dianjurkan oleh R. Siffert yang dia sebut sebagai Orthopaedic checklist untuk menyingkirkan malformasi multiple.

DIAGNOSIS BANDING

Postural clubfoot- disebabkan oleh posisi fetus dalam uterus. Kaki dapat dikoreksi secara manual oleh pemeriksa. Mempunyai respon yang baik dan cepat terhadap serial casting dan jarang akan kambuh kembali

Metatarsus adductus (atau varus)- adalah deformitas pada metatarsal saja. Kaki bagian depan mengarah ke bagian medial dari tubuh. Dapat dikoreksi dengan manipulasi dan mempunyai respon terhadap serial casting.
Prognosis

Asalkan terapi dimulai sejak lahir, deformitas sebagian besar dapat diperbaiki; walupun demikian, keadaan ini sering tidak sembuh sempurna dan sering kambuh, terutama pada bayi dengan kelumpuhan otot yang nyata atau disertai penyakit neuromuskuler. Beberapa kasus menunjukkan respon yang positif terhadap penanganan, sedangkan beberapa kasus lain menunjukkan respon yang lama atau tidak berespon samasekali terhadap treatmen. Orangtua harus diberikan informasi bahwa hasil dari treatmen tidak selalu dapat diprediksi dan tergantung pada tingkat keparahan dari deformitas, umur anak saat intervensi, perkembangan tulang, otot dan syaraf. Fungsi kaki jangka panjang setelah terapi secara umum baik tetapi hasil study menunjukkan bahwa koreksi saat dewasa akan menunjukkan kaki yang 10% lebih kecil dari biasanya

Penanganan

Sekitar 90-95% kasus club foot bisa di-treatment dengan tindakan non-operatif atau pendekatan non-bedah. Kebanyakan melibatkan beberapa bentuk manipulasi, gips, merekam dan belat. Pendekatan ini telah banyak mengurangi kebutuhan untuk perbaikan pembedahan besar, yang sering dikaitkan dengan komplikasi jangka panjang, seperti kaki dan pergelangan kaki sakit dan kekakuan. Seorang bayi dengan Clubfoot harus ditangani oleh ahli bedah ortopedi yang berpengalaman dalam berurusan dengan Clubfoot dan dapat membahas berbagai pilihan pengobatan dengan orang tua.

Penanganan yang dapat dilakukan pada club foot tersebut dapat berupa :

Non-Operative :

Pertumbuhan yang cepat selama periode infant memungkinkan untuk penanganan remodelling. Penanganan dimulai saat kelainan didapatkan dan terdiri dari tiga tahapan yaitu : koreksi dari deformitas, mempertahankan koreksi sampai keseimbangan otot normal tercapai, observasi dan follow up untuk mencegah kembalinya deformitas.

Pendekatan yang paling umum untuk mengobati Clubfoot menggunakan manipulasi dan casting, yang biasanya memperbaiki kaki pengkor dalam 2 sampai 3 bulan .  Idealnya, pengobatan harus dimulai dalam beberapa minggu pertama kehidupan.  Pada usia ini, ligamen dan tendon di kaki sangat fleksibel dan merespon dengan baik terhadap pengobatan. Studi menunjukkan bahwa pendekatan ini juga bisa sukses dalam mengobati anak yang lebih dari 1 tahun dengan kaki pengkor dikoreksi. Koreksi dari CTEV adalah dengan manipulasi dan aplikasi dari serial “cast” yang dimulai dari sejak lahir dan dilanjutkan sampai tujuan koreksi tercapai. Koreksi ini ditunjang juga dengan latihan stretching dari struktur sisi medial kaki dan latihan kontraksi dari struktur yang lemah pada sisi lateral.



Manipulasi dan pemakaian “cast” ini diulangi secara teratur (dari beberapa hari sampai 1-2 bulan dengan interval 1-2 bulan) untuk mengakomodir pertumbuhan yang cepat pada periode ini.
Jika manipulasi ini tidak efektif, dilakukan koreksi bedah untuk memperbaiki struktur yang berlebihan, memperpanjang atau transplant tendon. Kemudian ektremitas tersebut akan di “cast” sampai tujuan koreksi tercapai. Serial Plastering (manipulasi pemasangan gibs serial yang diganti tiap minggu, selama 6-12 minggu). Setelah itu dialakukan koreksi dengan menggunakan sepatu khusus, sampai anak berumur 16 tahun.



Perawatan pada anak dengan koreksi non bedah sama dengan perawatan pada anak dengan anak dengan penggunaan “cast”. Anak memerlukan waktu yang lama pada koreksi ini, sehingga perawatan harus meliputi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Observasi kulit dan sirkulasi merupakan bagian penting pada pemakaian cast. Orangtua juga harus mendapatkan informasi yang cukup tentang diagnosis, penanganan yang lama dan pentingnya penggantian “cast” secara teratur untuk menunjang penyembuhan.



Perawatan “cast” (termasuk observasi terhadap komplikasi), dan menganjurkan orangtua untuk memfasilitasi tumbuh kembang normal pada anak walaupun ada batasan karena deformitas atau therapi yang lama.

Perawatan “cast” meliputi : 
– Biarkan cast terbuka sampai kering 
– Posisi ektremitas yang dibalut pada posisi elevasi dengan diganjal bantal pada hari pertama atau sesuai  intruksi 
– Observasi ekteremitas untuk melihat adanya bengkak, perubahan warna kulit dan laporkan bila ada perubahan yang abnormal 
– Cek pergerakan dan sensasi pada ektremitas secara teratur, observasi adanya rasa nyeri 
– Batasi aktivitas berat pada hari-hari pertama tetapi anjurkan untuk melatih otot-otot secara ringan, gerakkan sendi diatas dan dibawah cast secara teratur. 
– Istirahat yang lebih banyak pada hari-hari pertama untuk mencegah trauma 
–Jangan biarkan anak memasukkan sesuatu ke dalam cast, jauhkan benda-benda kecil yang bisa dimasukkan ke dalam cast oleh anak 
– Rasa gatal dapat dukurangi dengan ice pack, amati integritas kulit pada tepi cast dan kolaborasikan bila gatal-gatal semakin berat 
– Cast sebaiknya dijauhkan dari dengan air


CAST PADA CTEV (POSENTI TRETMENT)

Operatif

Indikasi dilakukan operasi adalah sebagai berikut : • Jika terapi dengan gibs gagal • Pada kasus Rigid club foot pada umur 3-9 bulan

Operasi dilakaukan dengan melepasakan karingan lunak yang mengalami kontraktur maupun dengan osteotomy. Osteotomy biasanya dilakukan pada kasus club foot yang neglected/ tidak ditangani dengan tepat.

Kasus yang resisten paling baik dioperasi pada umur 8 minggu, tindakan ini dimulai dengan pemanjangan tendo Achiles ; kalau masih ada equinus, dilakuakan posterior release dengan memisahkan seluruh lebar kapsul pergelangan kaki posterior, dan kalau perlu, kapsul talokalkaneus. Varus kemudian diperbaiki dengan melakukan release talonavikularis medial dan pemanjangan tendon tibialis posterior.(Ini Menurut BuKu Appley).

Pada umur > 5 tahun dilakukan bone procedure osteotomy. Diatas umur 10 tahun atau kalau tulang kaki sudah mature, dilakukan tindakan artrodesis triple yang terdiri atas reseksi dan koreksi letak pada tiga persendian, yaitu : art. talokalkaneus, art. talonavikularis, dan art. kalkaneokuboid.
Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi dari terapi konservatif maupun operatif. Pada terapi konservatif mungkin dapat terjadi maslah pada kulit, dekubitus oleh karena gips, dan koreksi yang tidak lengkap. Beberapa komplikasi mungkin didapat selama dan setelah operasi. Masalah luka dapat terjadi setelah operasi dan dikarenakan tekanan dari cast. Ketika kaki telah terkoreksi, koreksi dari deformitas dapat menarik kulit menjadi kencang, sehinggga aliran darah menjadi terganggu. Ini membuat bagian kecil dari kulit menjadi mati. Normalnya dapat sembuh dengan berjalannya waktu, dan jarang memerlukan cangkok kulit.

Infeksi dapat terjadi pada beberapa tindakan operasi. Infeksi dapat terjadi setelah operasi kaki clubfoot. Ini mungkin membutuhkan pembedahan tambahan untuk mengurangi infeksi dan antibiotik untuk mengobati infeksi.

Kaki bayi sangat kecil, strukturnya sangat sulit dilihat. Pembuluh darah dan saraf mungkin saja rusak akibat operasi. Sebagian besar kaki bayi terbentuk oleh tulang rawan. Material ini dapat rusak dan mengakibatkan deformitas dari kaki. Deformitas ini biasanya terkoreksi sendir dengan bertambahnya usia

Clubfoot atau secara luas dikenal sebagai sinonim untuk talipes equinovarus, merupakan deformitas kongenital yang bahkan sebelum jaman hippocrates sudah menarik perhatian dunia medis. Banyak keadaan bisa menyebabkan deformitas clubfoot dengan perubahan struktur serupa abnormalitas ini terbentuk selama masa pertumbuhan capat tulang. Pada saat bayi dilahirkan, deformitas kaki kongenital bisa tampak mirip satu dengan lainnya, apapun etiologinya. Kesalahpahaman menyangkut etiologi, patologi dan efikasi penatalaksanaan telah mengisi berbagai literatur karena kegagalan dalam membedakan bentuk idiopatik dari deformitas yang didapat atau sekunder.

Apapun masalahnya, yang terpenting adalah pengenalan dini penyebab deformitas, sehingga rangkaian penatalaksanaan dapat segera direncanakan dan keluarga penderita memperoleh informasi yang akurat, prognosis yang realistik dan menghindari komplikasi iatrogenik akibat kekeliruan dalam program penatalaksanaan clubfoot. Keluarga penderita harus diberikan edukasi yang sejelas-jelasnya, terutama mengenai kemungkinan terjadinya kekambuhan dan kelainan ini tidak dapat terkoreksi sempurna atau normal, adanya gejala sisa.


Pencegahan

Tidak ada cara untuk mencegah Clubfoot  saat ini.  Namun, wanita hamil tidak boleh merokok, terutama jika mereka memiliki riwayat keluarga Clubfoot. Merokok juga meningkatkan risiko memiliki bayi dengan berat lahir rendah atau prematur, serta komplikasi kehamilan lainnya. Konseling genetik dapat membantu orang tua memahami kemungkinan memiliki anak dengan kaki pengkor. Umumnya, jika seorang anak memiliki Clubfoot terisolasi (tidak ada cacat lahir lainnya sekarang), risiko kekambuhan pada kehamilan lain adalah rendah (sekitar 5 persen), tetapi secara substansial lebih besar daripada risiko pada populasi umum

Kesimpulan :

Banyak keadaan bisa menyebabkan deformitas clubfoot dengan perubahan struktur serupa abnormalitas ini terbentuk selama masa pertumbuhan capat tulang. Pada saat bayi dilahirkan, deformitas kaki kongenital bisa tampak mirip satu dengan lainnya, apapun etiologinya.
Kesalahpahaman menyangkut etiologi, patologi dan efikasi penatalaksanaan karena kegagalan dalam membedakan bentuk idiopatik dari deformitas yang didapat atau sekunder.
Paling utama adalah pengenalan dini penyebab deformitas, sehingga rangkaian penatalaksanaan dapat segera direncanakan dan keluarga penderita memperoleh informasi yang akurat, prognosis yang realistik dan menghindari komplikasi iatrogenik akibat kekeliruan dalam program penatalaksanaan clubfoot.

Keluarga penderita harus diberikan edukasi yang sejelas-jelasnya, terutama mengenai kemungkinan terjadinya kekambuhan dan kelainan ini tidak dapat terkoreksi sempurna atau normal, adanya gejala sisa.

Contoh Sepatu Orthopedi










sepatu orthopaedi

Contoh Dennis Brown Splint


dennisbrown splint


Untuk melihat semua daftar alat kesehatan dan spesifikasi harga, silahkan masuk ke www.orthoshoping.com
Untuk pemesanan alat dapat menghubungi:
Nugroho : 085 867 374 002 sms/wa


READ MORE - Clubfoot atau Congenital Talipes Equino-varus (CTEV) Pada Bayi Dan Penanganannya

Monday, December 5, 2016

Penanganan CTEV Dengan Metode Terkini

CTEV adalah bentuk singkatan dari kata Congenital Talipes Equino Varus, Kata-kata tersebut merupakan bentuk gabungan kata dari bahasa Latin dimana Congenital itu berarti bawaan lahir, kemudian ada kata Talipes yang mana berasal dari kata dasar Talus artinya yaitu tulang pergelangan t kaki, dan kata pes yang merupakan kaki itu sendiri. Setelah itu ada kata Equinus yang berarti posisi kaki, dan juga pergelangan kaki yang memang mengarah pada bagain bawah dan juga belakang. Setelah itu untuk kata yang terakhir ada kata Varus yang mana artinya adalah posisi kaki yang memutar pada bagian dalam, atau telapak kaki yang mengahadap pada bagian dalam.



Melalui penjabaran arti dari penggabungan kata-kata di atas, tentunya Anda sudah sedikit mengerti mengenai penyakit tersebut, yaitu satu bentuk penyakit yang terjadi pada kelainan bawaan yang terdapat pada kaki bayi. Kaki bayi tersebut biasanya memutar ke bagian dalam, sehingga telapak kakinya menghadap ke arah belakang. Kelainan pada kaki bayi ini biasanya akan disertai pula dengan lengkungan kaki di bagian dalam yang terjadi dengan lebih tinggi (cavus).

Penyebab CTEV

Kelainan yasng terjadi pada bayi ini biasanya disebabkan oleh beberapa hal tertentu dan berkaitan dengan beberapa teori tertentu, seperti halnya dari kelainan genetik, terdapatnya gangguan pada tumbuh kembang bayi, terutama pada saat masa kandungan. Lalu adanya kelainan pada sistem saraf. Kemudian dapat pula disebabkan karena posisi janin dalam kandungan ibu yang postural, atau bahkan dapat terjadi karena berbagai macam jenis kelainan-kelainan (syndrome) lainnya yang mengakibatkan adanya CTEV tersebut.

Jika pada uraian di atas disebutkan bahwa saah satu faktor penyebabnya adalah genetik, maka hal ini sudah tentu berhubungan dengan keturunan. Dalam beberapa kasus mengenai penyakit ini memang dikatakan bahwa 25% penderitanya merupakan bagian dari penderita yang terjadi karena faktor genetik atau keturunan. Kelainan ini biasanya diturunkan apabila terjadi pada anak pertama, maka anak kedua dari pasangan yang mengidap penyakit tersebut biasanya memiliki 5% kemungkinan untuk mengalami penyakit yang sama pula. Apabila hanya satu orang tua saja yang menderita penyakit ini biasanya hanya terdapat 3-4% untuk terjadinya kemungkinan tersebut, namun apabila kedua oranga tua sama-sama mengidap penyakit ini, maka kemungkinan tersebut akan meningkat hingga ke angka 15%.

Pencegahan dan Juga Penanganan CTEV

Pada dasarnya tidak ada jenis pencegahan yang mutlak dalam menghindari penyakit yang satu ini, hanya saja, memang sudah menjadi kebiasaan yang baik apabila seorang wanita hamil untuk menghindari asap rokok, berbagai macam radiassi, serta penggunaan berbagai macam jenis obat-obatan yang memang tidak dianjurkan oleh dokter. Hal ini berkaitan pula dengan beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa banyak diantanya wanita hamil yang melakukan aktifitas merokok selama masa kehamilannya, beresiko tinggi untuk melahirkan bayi dengan kondisi CTEV tersebut.

Sementara untuk pengobatannya itu sendiri, memang sedikit mengalami beberapa kesulitan, karena pada dasarnya setiap bayi yang terlahir dengan penyakit tersebut meskipun dilakukan berbagai macam jenis pengobatan terbaik padanya, ia tetap tidak akan mencapai bentuk dari posisi kaki yang kembali normal secara utuh. Oleh sebab itulah, untuk melakukan pengobatan tersebut, biasanya terdapat beberapa bentuk tujuan yang harus dipegang dalam pengobatan ini, yang diantaranya adalah untuk mendapatkan posisi kaki yang memang mendekati dengan posisi dari kaki yang normal (plantigrade), kemudian mengupayakan agar kaki tersebut dapat berjalan dengan lebih fleksibel, serta mencapainya fungsi terbaik dari kaki tersebut.


Metode Ponseti

Saat ini metode penanganan ctev yang paling populer dan terbukti memiliki hasil yang baik adalah metode Ponseti. Kaki anak dengan lembut dan hati-hati akan digerakkan ke arah normal pada posisi maksimal, kemudian kaki anak akan ditahan dengan menggunakan gip untuk mempertahankan posisi kaki normal. Gip dipasang sepanjang paha sampai ke jari kaki mereka.




Setelah seminggu, gips akan dilepas, kemudian kaki anak akan digerakkan lagi dengan lembut ke arah normal semaksimal mungkin kemudian dipasangkan gips lagi. Prosedur ini akan diulang setiap minggunya dan kaki anak akan lebih mendekati ke arah normal. Gips dilakukan kurang lebih 6-7 sesi kemudian akan dilanjutka dengan menggunakan sepatu kusus yaitu Dennis Brown Splint.

Dennis Brown Splint merupakan sepatu yang memiliki plat penghubung kaki kiri dan kanan yang berfungsi untuk menahan kaki pada posisi keluar secara maksimal. Tujuan dari pemakaian sepatu ini adalah untuk menahan kaki bayi tumbuh pada posisi normal. Sepatu ini dipakai 23jam sehari atau dengan kata lain hanya dilepas ketika anak mandi saja. pemakaian Dennis Brown Splint dipakai siang malam sampai usia bayi 7bln, selanjutnya ketika siang hari plat penghubung bisa dilepas atau dengan kata lain hanya sepatu disiang hari, kemudian pada malam hari atau saat tidur plat kembali dipasang atau dengan kata lain memakai sepatu Dennis Brown Splint lengkap.

Setelah usia anak menginjak 1 tahun maka anak akan mulai belajar berdiri dan berjalan karena itu Dennis Brown Splint sudah tidak dapat lagi digunakan terutama di siang hari. Karena itu anak harus mengganti sepatunya dengan sepatu Orthopedi yang memiliki plat penahan koreksi kaki pada samping kanan kiri sepatu. Hal ini dimaksutkan agar anak dapat beraktifitas tanpa hambatan.

Pemakaian sepatu orthopedi pada kasus ctev berlangsung sampai anak berumur 4tahun, hal ini dimaksutkan untuk menghindari kekambuhan. Keberhasilan dalam metode ini terletak pada ketelatenan dan kesabaran orangtua dalam memakaikan dan mendampingi anak saat memakai sepatu. Kekambuhan sering terjadi ketika kaki anak terlihat sudah normal lalu sepatu tidak dipakai padalah kaki anak masih dalam tahap pertumbuhan sehingga kemudian kaki kanan mengalami kekambuhan pengkor kembali.








Dengan melakukan berbagai macam tindakan pengobatan tersebut, setidaknya bayi dapat belajar berjalan dengan cara berjalan yang mendekati kata normal dan juga dapat menggunakan sepatu layaknya orang normal. Demikianlah beberapa ulasan singkat mengenai apa itu CTEV.


Contoh Sepatu Orthopedi










sepatu orthopaedi

Contoh Dennis Brown Splint


dennisbrown splint


Untuk melihat semua daftar alat kesehatan dan spesifikasi harga, silahkan masuk ke www.orthoshoping.com
Untuk pemesanan alat dapat menghubungi:
Nugroho : 085 867 374 002 sms/wa

READ MORE - Penanganan CTEV Dengan Metode Terkini

Thursday, December 1, 2016

Kenali Penyebab Sakit Punggung Dan Cara Mengatasinya

Sakit punggung bawah bisa sangat mengganggu. Karena itu, penting mengetahui penyebab sekaligus cara untuk meredakan sakit tulang belakang yang dirasakan.



Rasa nyeri pada punggung bawah sering dikaitkan dengan sakit tulang belakang. Sakit ini biasanya berhubungan dengan bagian pertulangan dari tulang belakang tingkat lumbal, diskus (bantalan) antara tulang belakang, ligamen (jaringan ikat) di sekitar tulang belakang dan diskus, saraf dan sumsum tulang belakang, organ di rongga perut dan panggul, otot punggung bawah, serta kulit di area punggung bawah. Kondisi ini paling banyak terjadi pada orang dewasa usia 35-55 tahun.

Sakit tulang belakang bawah penyebab dan cara mengatasinya.

Selain usia, beberapa faktor dapat meningkatkan risiko sakit punggung bawah. Misalnya kelebihan berat badan, hamil, merokok, stres atau depresi, serta konsumsi obat-obatan yang dapat memengaruhi kondisi tulang seperti kortikosteroid.

Sakit punggung bawah dapat berupa rasa nyeri, kebas, atau mati rasa yang menjalar pada satu kaki, nyeri sendi atau terasa kaku ketika berjalan pada pagi hari, dan lain-lain  Rasa sakitnya membuat tidak nyaman, bahkan dapat mengganggu aktivitas.

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan sakit tulang belakang bawah, antara lain:

Postur tubuh dan aktivitas harian. Kegiatan seperti mendorong, menarik, mengangkat dan membawa beban, berdiri atau membungkuk terlalu lama, batuk, otot yang tegang, peregangan yang berlebihan, serta menyetir dan duduk untuk waktu yang panjang. Termasuk kasur yang tidak maksimal menopang tulang belakang saat tidur.

Gangguan pada struktur tulang belakang. Misalnya masalah pada cakram tulang belakang, artritis (radang tulang dan persendian), osteoporosis (pengeroposan tulang), ataupun lengkung tulang belakang yang abnormal seperti skoliosis.

Penyebab lain seperti terjadi infeksi atau muncul tumor pada tulang belakang, mengalami infeksi kandung kemih, infeksi ginjal, radang panggul pada wanita, infeksi yang memengaruhi saraf (shingles).

Untuk memastikan penyebab sakit punggung bawah, dokter dapat melakukan beberapa tes pendukung seperti sinar X, CT-scan, MRI, pemindaian tulang, ataupun electromyography (EMG). Jika dicurigai terjadi infeksi, dokter bisa merekomendasikan dilakukan tes darah.

Mengatasi sesuai penyebab

Pengobatan sakit tulang belakang bawah tergantung dari penyebabnya. Berikut beberapa pilihan pengobatan yang dapat dilakukan:

Obat pereda nyeri. Misalnya acetaminofen atau ibuprofen dapat membantu meringankan rasa sakit untuk jangka pendek. Selalu konsultasikan dosis dan durasi konsumsi obat ini dengan dokter. Selain itu, pereda nyeri juga bisa berupa krim atau salep yang dioles langsung di lokasi yang terasa nyeri.
Pemberian obat seperti antidepresan ataupun beberapa jenis narkotik untuk mengobati sakit tulang belakang yang sudah kronis harus selalu di bawah pengawasan dokter.

Suntikan antiinflamasi atau obat jenis kortikosteroid, dapat diberikan jika sakit tulang belakang terasa menjalar hingga ke kaki dan tidak mempan dengan obat pereda nyeri yang lain. Misalnya, suntikan kortison akan membantu menurunkan peradangan di sekitar akar saraf yang membantu meringankan rasa sakit sementara.

Tindakan ini merupakan pilihan paling akhir jika pengobatan lain tidak berhasil ataupun rasa sakit semakin parah, sehingga penderitanya tidak dapat tidur atau beraktivitas. Prosedur operasi yang umum dilakukan yaitu discectomy (bagian dari diskus yang berada di antara tulang belakang diangkat) agar diskus tidak terus menekan saraf tulang belakang dan spinal fusion (dua atau lebih tulang belakang digabungkan untuk menstabilkan tulang belakang dan mengurangi nyeri). Meski demikian, tindakan operasi ini memiliki risiko komplikasi serius, seperti kerusakan saraf di dekat area operasi atau bahkan kelumpuhan.

Pemakaian korset penyangga tulang belakang juga disarankan. Korset akan membantu otot punggung untuk menyangga dan menegakkan punggung , sehingga beban otot akan berkurang dan otot menjadi lebih rileks.

Selain itu, ada pula beberapa alternatif yang bisa dilakukan untuk meringankan rasa sakit tulang belakang bawah seperti yoga ataupun akupunktur ataupun fisioterapi. Selalu konsultasikan dengan dokter untuk metode tersebut.

Bagi Anda yang mengalami sakit tulang belakang bawah, tetaplah berusaha bergerak aktif untuk membantu pemulihan. Meski demikian, lakukan gerakan tanpa tergesa-gesa dan tidak memaksakan tubuh.








Untuk melihat semua daftar alat kesehatan dan spesifikasi harga, silahkan masuk ke www.orthoshoping.com
Untuk pemesanan alat dapat menghubungi:
Nugroho : 085 867 374 002 sms/wa
READ MORE - Kenali Penyebab Sakit Punggung Dan Cara Mengatasinya

Popular Posts