Monday, December 22, 2008

PELAKSANAAN FITTING DAN FINISHING

PELAKSANAAN FITTING DAN FINISHING
A. Pemeriksaan (Assessment)
Pemeriksaan (assessment) bertujuan untuk pengkajian data, data yang diperoleh digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan proses OP. Pengkajian data tersebut antara lain diperoleh dari (1) anamnesis, (2) pemeriksaan fisik, (3) pengukuran yang relevan, (4) pemeriksaan kemampuan fungsional, (5) analisis hambatan..
1. Anamnesis

Adalah komunikasi tanya jawab secara langsung kepada pasien (auto anamnesis) dan atau kepada orang tua atau orang lain yang mengetahui riwayat penyakit pasien (hetero anamnesis) dengan ortotis prostetis (HI, 2006). Dalam pelaksanaannya telah menghasilkan data :
a. Identitas pasien
Nama pasien:Tri Yuliyanto, usia: 48 tahun, jenis kelamin: laki-laki, agama: Islam, pekerjaan: pensiunan TNI AU, alamat :Perumahan Banukan Indah No.01 Rt 01 Rw X Kecamatan :Colomadu, Kabupaten: Karanganyar.
b. Sebab / latar belakang terjadinya amputasi
Pada bulan April 2007 terjadi kecelakaan lalu-lintas, pasien dirawat di RSAL dr. Ramelan Surabaya selama 7 ( tujuh ) bulan April – Oktober 2007.Bulan November 2007 dilakukan amputasi.

c. Keadaan umum / kognitif pasien
Dari pemeriksaan yang telah dilaksanakan, pasien mempunyai keluhan utama yaitu ketiadaan tungkai bawah dan ada kemauan untuk menggunakan prostesis. Adapun keadaan keadaan kognitif dari pasien sangat baik, masa sekarang ataupun masa lalu, selain itu pasien mampu berkomunikasi dan dapat mengikuti instruksi dari ortotis prostetis dengan baik.
d. Riwayat penyakit pasien
Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit sebelumnya tidak menderita penyakit TBC( Tuberculosis ) ataupun kanker.

2. Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi / periksa pandang
Ha-hal yang perlu diperhatikan dari pemeriksaan pandang ini antara lain (1) bentuk dari stump, (2) keadaan visual dari stump, (3) keadaan pada ujung stump. Stump pasien termasuk long stump,bentuk mengerucut serta tak tampak adanya warna kemerahan atu lecet pada permukaan kulit stump.
b. Palpasi / periksa raba
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan raba ini antara lain (1) apakah masih ada tonjolan tulang pada ujung stump ?, (2) apakah masih terasa sakit / nyeri pada bagian tertentu dari stump ?, (3) adakah udema ?, (4) adakah luka / infeksi sekunder ?. Pada stump pasien tidak ada tonjolan tulang tibia, tidak ada rasa nyeri bila ditekan atau diraba pada ujung stump-nya, tidak terdapat udema, dan tidak ada luka atau infeksi sekunder.


c. Pemeriksaan gerak dasar.
Dilakukan dengan cara MMT ( Manual Muscle Testing ). Karena dengan dilakukannya pengetesan gerak dasar, dapat diperoleh keterangan seberapa besar kekuatan otot dari anggota gerak yang diamputasi dan yang masih normal. Dengan demikian dapat diindikasikan jenis protesis apa yang mungkin tepat untuk pasien.
Dari pemeriksaan gerak fleksi-ekstensi pada pasien diketahui bahwa gerakan fleksi dari lutut yang diamputasi mempunyai kekuatan otot yang bagus yaitu mempunyai nilai 4+ dan pada fleksi ekstensi sendi hip juga mempunyai nilai otot 4+.Pada lutut gerakan fleksi ekstensi mampu menggerakkan secara aktif dengan LGS penuh.

3. Pengukuran relevan

Pengukuran dilakukan dengan mengambil ukuran dari tungkai yang sehat dan tungkai yang mengalami amputasi. Hasil pengukurannya antara lain adalah :
a. Pengukuran tungkai yang sehat
Dari pengukuran yang telah dilakukan saat pemeriksaan pasien diperoleh data untuk tungkai yang sehat ukurannya antara lain (1) panjang KB 45 cm, (2) besar circum betis terbesar 37 cm dan betis terkecil 22 cm, (3) ukuran telapak kaki panjang 25 cm, circum metatarsal joint 24cm, circum tengah kaki 25,5 dan circum punggung kaki 33 cm.


b. Pengukuran tungkai yang diamputasi
Untuk hasil pengambilan ukuran stump adalah (1) lingkar Supra condylar 39 cm, (2) lingkar bawah patella 40,5 cm, (3) lingkar terbesar 33, (4) lingkar terkecil 29, (5) panjang stump 21 cm.

4. Pemeriksaan kemampuan fungsional

Aktifitas keseharian pasien tanpa menggunakan protesis yaitu menggunakan bantuan dua kruk untuk mobilitas sehari-hari. Pemeriksaan fungsional pasien yang berhubungan dengan lingkungan antara lain pasien masih aktif jalan-jalan di sekitar rumah dan daerah sekitar. Aktifitas produksi, rekreasi, komunikasi masih sangat bagus dengan masih mampunya subyek untuk bekerja, berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain dengan baik.
Kemampuan aktifitas fungsional dasar pasien juga masih sangat bagus karena pasien dapat melakukannya sendiri tanpa bantuan orang lain.

5. Analisis hambatan

Meliputi analisis hambatan yang berasal dari internal pasien dan eksternal pasien. Kondisi dari pasien yang dapat digambarkan antara lain untuk hambatan internalnya yaitu pasien mengalami amputasi bawah lutut kanan. Stabilitas sendi lutut baik, tidak terdapat tonjolan tulang tibia dan tulang patella. Lingkungan eksternal pasien tidak terdapat arsitektur yang membuat pasien tidak kesulitan, untuk mobilitas dengan menggunakan bantuan dua kruk. Keadaan lingkungan sekitar datar dekat jaln raya beraspal.


6. Pemeriksaan protesis lama

Pasien belum pernah menggunakan protesis sebelumnya.
B. Problematika OP
1. Diagnosa OP
Setelah pasien menerima tindakan amputasi yang mengakibatkan pasien kehilangan salah satu anggota gerak tubuh dan mengalami kesulitan ambulasi bahkan gangguan aktivitas fungsional. Dampak yang menyertai dengan adanya gangguan pola jalan yang tidak stabil, sehingga pentingnya peranan dari ortotis prostetis dalam mengembalikan fungsi gerak dan mengembalikan pasien kelingkungannya. Ada berbagai problematika bagi ortotis prostetis dalam menentukan jenis prostesisnya yaitu masalah dari diri pasien itu sendiri yang meliputi : (1) struktur tulang yang tidak rata dan kelemahan otot – otot pada tungkai bawah, (2) terganggunya fungsi berjalan akibat hilangnya salah satu anggota gerak, (3) potensial terjadinya deformitas sekunder akibat hilangnya tungkai bawah.
Sedangkan problematika yang muncul pada rancang bangun prostesis yang dibuat yaitu : (1) Penentuan jenis protesis yang sesuai, (2) Penentuan bahan yang diperlukan.

2. Desain Rancang Bangun
a. Jenis prostesis yang sesuai
Jenis prostesis yang sesuai untuk masalah di atas adalah prostesis PTB Supra Condylar, karena pasien dengan indikasi stump yang panjang, instabilitas mediolateral ringan, suplai darah yang terhambat, kontrol ekstensi lutut ringan. Bahan-bahan yang digunakan
Pada pembuatan prostesis PTB ini penulis menggunakan bahan – bahan endoskeletal prostesis. Adapun bahan – bahan yang dipakai adalah sebagai berikut : (1) Polypropylen 4 mm, (2) pedelin 5 mm, (3) socket adaptor, (4) pilon tube, (5) foot adaptor, (6) kayu waru, (7) foot bolt (8) lem aibon, (9) stockinet, (10) kulit oscar, , (11) plaster gip.
c. peralatan yang digunakan
peralatan yang digunakan dalam pembuatan prostesis PTB Supra Condylar ini adalah sebagai berikut : (1) gunting gip, (2) patar gip, (3) meteran kain, (4) kaliper, (5) kawat kasa, (6) ragum gip. Ini adalah peralatan yang digunakan untuk casting, sedangkan peralatan yang digunakan untuk fabrikasi adalah : (1) patar kayu, (2) tatah, (3) hummer, (4) roter, (5) oven, (6) mesin bor, (7) kunci L.

3. Proses Pembuatan

a. Pengukuran
Pengukuran sangat diperlukan dalam proses pembuatan protesis. Pengukuran dibedakan menjaadi 2(dua) macam yaitu pengukuran pada anggota gerak bawah yang mengalami kecacatan dan pengukuran pada anggota gerak yang normal.
Adapun tahapan dalam proses pengukuran meliputi persiapan tempat, persiapan alat, persiapan pasien dan pelaksanaan pengukuran.
1) Persiapan tempat
Ruangan yang digunaakan dalam pengukuran sebaiknya tertutup, cukup terang bersih dan cukup fentilasi.
2) Persiapan alat
Di dalam ruang ukur harus disediakan peralatan diantaranya yaitu : (1) bed ukur, (2) meja, (3) kursi, (4) alat tulis, (5) meteran kain, (6) jangka berkaki, (7) goniometer, (8) blangko ukur.
3) Persiapan pasien
untuk kelancaran dalam proses pengukuran pasien dimohon mengenakan pakaian yang minim, oleh karena itu motivasi yang tepat sangat di perlukan oleh pasien
4) Pelaksanaan pengukuran
Pelaksanaan pengukuran pada prostesis PTB Supra Condylar dilakukan dengan duduk di kursi dengan posisi sendi lutut fleksi 90° dan telapak kaki menyentuh lantai. Dalam pengukuran prostesis terbagi dalam dua tahap. Adapun prosesnya sebagai berikut :
a) Pengukuran anggota gerak yang mengalami kecacatan (stump)
Stump diukur tiap 5 cm, yaitu dimulai dari lingkar di atas Supra Condylar. Ukuran lingkar stump subyek yaitu : lingkar di atas Supra Condylar 39 cm, lingkar patella 40,5 cm, lingkar bawah patella 33 cm, lingkar terbesar stump 33,5 cm, lingkar terkesil stump 29 cm. Panjang stump 21 cm.
b) Pengukuran anggota gerak yang normal
Dari pengukuran yang telah dilakukan saat pemeriksaan pasien diperoleh data untuk tungkai yang sehat ukurannya antara lain (1) panjang KB 45 cm, (2) lingkar betis terbesar 37 cm, lingkar betis terkecil 22 cm, (3) ukuran telapak kaki panjang 25 cm, lingkar metatarsal joint 24 cm, lingkar punggung kaki 25 cm.
a. pengegipan ( casting)
1) Pembuatan negatife gip
Casting posisi dari lutut 15 ° fleksi, langkah – langkah casting adalah : (1) Menggunakan gip perban, kita membalut stump dari tengah patella bagian atas menuju ke bawah. (2) Membalut stump hingga tiga lapis plaster. (3) Pembalutan plaster ke bawah sampai menutup bagian bawah stump.

4) Pada pembalutan, bandage jangan terlalu kencang yang nantinya dapat menimbulkan overlaping yaitu kerutan – kerutan dan garis pada perban. Sewaktu membalut pastikan tekanan tetap sama dan rata (smooth and flat). 5) Mencetak tendo patella dengan meletakkan kedua ibu pada kedua sisi patella tendon, jari – jari yang lainnya diletakkan pada poplitea area.
Melaksanakan casting yang kedua yaitu mengambil profil supra condylar Melanjutkan dari pembalutan yang pertama yaitu : (1) Membalutkan gips slap yaitu berupa lembaran, dibalutkan hingga lima lapis sepanjang ¾ dari panjang lingkar lutut. (2) Patella berada pada tengah – tengah plaster. (3) Gips diletakkan pada kedua sisi lutut dan dirapikan ke arah supracondylair. Lutut tidak boleh meregang sampai 5°. (4) Membentuk patella dan condylus femur medial dan lateral, pada supracondylair ditekan dengan telapak tangan. Tekanan lebih cembung pada condylus medial femur dan lebih sedikit flare pada bagian lateral. Kemudian catat ukuran supra condylar dengan kaliper / jangka lengkung guna mengetahui ukuran lengkung supra condylar. (5) Bila gips mulai setengah mengeras, maka bisa dilepas. Cara melepas gips yaitu gips dilepas dengan hati – hati dari medial femur condylair kemudian dari bagian lateral. Sekitar 2/3 gips harus dilepas dari sisi medial, dibandingkan dari 1/3 sisi lateral. Bentuk dari negatif gips harus dijaga jangan sampai banyak berubah. Pengecekan bisa dilakukan dengan mengecek ukuran dari lebar supra condylair dengan kaliper.

gambar 1.1
casting
2) pembuatan positif gips
Setelah mendapatkan negatif gips, maka langkah berikutnya adalah membuat positif gips. Pada proses pembuatan positif gips sebaiknya diawali dengan melapisi bagian dalam negatif gips dengan cairan sabun, hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam melakukan pembedahan dari pengecoran negatif gips, setelah negatif gips dilapisi dengan cairan sabun, maka negatif gips ditanam dalam pasir, setelah itu dapat disiapkan larutan gips yaitu campuran antara air da powder gips dengan kadar kekentalan yang cukup, kemudian larutan gips dituangkan dalam negatif gips yang telah ditanam pada pasir, setelah kering maka dapat dilakukan pembedahan negatif gips, sehingga kita dapatkan positif gips yang bagus.
Bagian dari pekerjaan gips yaitu modifikasi gips yang dilakukan setelah positif gips didapatkan, modifikasi positif dapat dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut : (1) pengecekan ulang ukuran pada positif gips, (2) pengurangan pada bagian – bagian tertentu pada positif gips, (3) penambahan pada bagian – bagian tertentu positif gips, (4) finishing positif gips dengan membuat seluruh permukaan positif gips halus.

Gamabar 1.2
Modifikasi positif gips

c. Pembuatan ( production / fabrikasi ) komponen

Langkah selanjutnya setelah selesai modifikasi positif gips adalah proses pembuatan (fabrication), proses produksi ini antara lain meliputi pembuatan komponen socket prostesis, komponen bodi shank (sistem modular / endoskeletal prostesis), dan komponen ankle foot assembly.
a. Komponen socket
Socket dibuat dengan dasar positif gips yang sudah didapatkan dan dimodifikasi dari proses casting. Socket yang terdapat pada PTB supra condylar adalah soft socket dan hard socket. Langkah – langkah pembuatan socket antara lain mempersiapkan alat dan bahan terlebih dahulu yaitu (1) ragum, (2) mesin suction, (3) mesin oven, (4) gunting, (5) selotip dan perekat / lem, (6) meteran, (7) alat tulis, (8) pedelin 6 mm, (9) stockinet, (10) polypropylene 4 mm, (11) bedak / talek bayi, (12) sarung tangan. Setelah alat dan bahan telah siap, maka pembuatan socket siap dimulai. Pembuatan hard socket dengan sisitem wrap draping.



Gambar1.3
Pembuatan soft socket dan hard socket
b Komponen endoskeletal prostesis
Endoskeletal shank merupakan tube dari logam atau plastik yang menghubungkan socket dengan SACH foot. Semua tekanan melewati tube dan tidak melewati kover kosmetik.
Endoskeletal biasanya disebut sistem modular yang berarti bagian – bagiannya merupakan buatan masal pabrikan. Endoskeletal shank sesuai digunakan pada kondisi yang membutuhkan kemudahan dalam penggantian komponen, perubahan untuk melakukan perubahan alignment bahkan setelah fitting.Eendoskeletal prostesis terdiri dari bebrapa komponen sebagai barikut : (1) Socket adaptor, (2) Tube, (3) Foot adaptor.
c. Pembuatan ankle foot assembly
Proses pembuatan ankle foot assembly adalah sebagai berikut :
1) Menyediakan pola kaki sesuai dengan ukuran pasien, pola tersebut terdiri dari : (1) Penampang atas, (2) Pergelangan telapak kaki, (3) penampang lateral telapak kaki.
2) Menggambar pola telapak kaki pada bagian yang sudah dipotong sesuai dengan ukuran.
3) Memberi tanda pada pertengahan calcaneus dan jari pertama pada balok kemudian kedua tanda dihubungkan sehingga didapat mid sagital line.
4) Menggambar pola penampang atas pergelangan kaki dengan memperhatikan mid sagital line
5) Menarik garis pada bagian depan pola tersebut sejajar dengan tepi belakang balok kemudian menarik kebawah sehingga sejajar dengan garis tersebut.
6) Pada bagian belakang balok dibuat garis yang sejajar dengan tepi belakang balok dan berjarak 1 cm dari tepi balok.
7) Menghubungkan kedua titik yang diperoleh dari hasil penarikan garik tersebut.
8) Menggambar pola penampang lateral telapak kaki pada sisi medial
9) Setelah semua pola selesai dibentuk, kemudian memotong bagian yang tidak digunakan dengan gergaji atau mesin gergaji dan membentuk dengan menggunakan tatah atau pisau rotter.
10) Mengebor pada bagian belakang telapak kaki tepat pada tengah dari pegelangan kaki dengan menggunakan bor ukuran 9,5 mm hingga tembus kemudian mengebornya dengan ukuran bor 10 mm tetapi tidak sampai tembus.
11) Memotong bagian belakang telapak kaki dengan terlebih dulu membuat garis dari ujung bawah telapak naik keatas 5 cm dan dari sisi belakang ditarik garis kedepan 10 cm kemudian menghubungkan kedua garis tersebut, kemudian dipotong miring dengan menggunakan mesin gergaji.
12) Memasang ring sebagai penguat foot boult.
13) Memasang streng band pada bagian bawah kaki dengan batas 1/3 depan kaki sampai batas chusion heel menggunakan lem dan paku sekrup.
14) Memasang chusion heel yang terbuat dari spon hitam dengan menggunakan lem.
15) Memotong 1/3 bagian depan telapak kaki secara miring seperti huruf ”V” dan memasang break bumper dengan lem pada bagian tersebut.
16) Membentuknya hingga menyerupai bentuk telapak kaki asli dan dapat juga dipahat untuk membentuk kuku.

gambar 1.4
Pembuatan SACH foot

d. Penggabungan komponen ( montage )

Montage adalah proses penggabungan keseluruhan komponen – komponen yang telah selesai dibuat. Komponen prostesis dirangkai menjadi sebuah prostesis yang siap digunakan oleh pasien. Untuk prostesis PTB supra condylar maka perangkaian komponennya meliputi komponen socket, bodi betis, dan komponen kaki.
Sebelum melakukan perakitan pada setiap komponen prostesis harus dipersiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Beberapa alat dan bahan yang perlu dipersiapan dalam proses perakitan prostesis antar lain : (1) kunci L, (2) mesin bor (3) mata bor berdiameter 8 mm.
a. Proses perakitan
Memasang socket adapator pada socket dengan mengebor tengah ujung socket dengan bor 8 kemudian socket adaptor dirakit dengan hard socket menggunakan baut dan dikencankan. Langkah selanjutnya adalah memasang adapator pada SACH foot dan kemudian memasang tube atau pipa. Posisikan socket dengan foot sagital line (MSL) dan COG sebesar 15º fleksi dan 10º abduksi.


gambar 1.5
Montage dan bench alignment

C. Proses Fitting dan Finishing
1. Penggunaan PTB Supra condylar

Sebelum pasien dilatih berjalan sebaiknya dijelaskan bagaimana cara memasang dan melepas alat yang benar. Cara memasang alat ini adalah (1) pasang stockinet pada stump pasien, pemasangan ini baik dilakukan dalam posisi duduk, (2) pemasangan soft socket pada stump pasien setelah penggunaan stockinet, (3) pemasangan hard socket dengan cara stump sedikit fleksi dan apabila stump sudah masuk pada bibir socket maka stump langsung dimasukkan seluruhnya pada socket. Cara melepasnya juga dalam posisi sedikit fleksi kemudian prostesis ditarik ke arah belakang. Prostesis bisa digunakan setiap 2 jam sekali, aetelah itu bisa dsilepasw atau dilonggarkan untuk melencarkan peredaran darah kembali pada stump, bila begitu maka prostesis bisa dilepas dan dilakukan pijatan – pijatan ringan pada stump agar stump bisa rileks kembali dan memberi udara pada socket.

2. Pemeriksaan Alligment

a. static alligment
Mengecek keadaan prostesis saat digunakan pasien dalam keadaan berdiri namun belum digunakan untuk berjalan, dengan begitu akan terlihat kalau prostesis apakah sudah sama tingi dengan tungkai yang sehat atau belum. Adapun statik aligment yang dilakukan sebagai berikut : (1) setelah prostesis digunakan pasien dipersilahkan untuk berdiri dengan kedua tangan berpegangan pada pararel bar yang di depannya ada kaca, (2) mengecek tinggi prostesis dengan cara melihat bahu dan melakukan palpasi pada SIAS guna diukur tingginya apakah sudah selevel, (3) latihan keseimbangan, (4) latihan menumpu berat badan.

gambar 1.6
statik alignment
b. dinamic alligment
Menurut Bella J May dinamic alligment adalah pergerakan sendi lutut dan telapak kaki yang berhubungan dengan socket (Bella J May, 1996). Dilaksanakan dengan cara meminta pasien untuk berjalan menggunakan prostesis pada pararel bar.

3. Walking exercise

Latihan berjalan memiliki beberapa tahap, yaitu
1. Flexion – extension exercise
Pada tahap ini pasien menggunakan prostesis dan berdiri pada paralel bar. Pasien disuruh untuk meletakkan prostesisnya di depan kaki yang normal sekitar 6 inch. Pada posisi ini knee joint pada kondisi ekstensi. Kemudian pasien disuruh untuk memindahkan berat badan dari kaki yang normal ke prostesis secara berulang – ulang. Pada saat berat badan tertumpu pada prostesis posisi knee menjadi fleksi.
2. Role Over exercise
Prostesis diletakkan didepan kaki yang sehat dengan posisi knee fleksi, telapak kaki flat foot dan berat badan ditumpukan pada prostesis, kemudian melangkahkan kaki yang sehat hingga prostesis pada posisi ekstensi.



gambar 1.7
Role Over exercise
3. Short Step Between Rails
Pada latihan roll over kaki seharusnya diletakkan pada sisi yang normal, kemudian pasien harus mengambil langkah alternative tidak lebih dari 6 inch pada tiap sisi. Tujuan dari latihan ini adalah untuk memberikan pasien kesempatan untuk membandingkan gaya pada knee – ankle yang normal dan yang diamputasi dan untuk melanjutkan proses selanjutnya pada kekuatan dan kontrol yang tersedia pada knee joint pada sisi yang diamputasi. Ketika pasien mampu untuk tahap utama pada parallel bar tanpa menggunakan tangannya dengan meneruskan langkah yang lebih lama diluar paralel bar.
4. Walking Outside Rails
Pada tahap ini pasien sudah berlatih di luar paralel bar. Hal ini dilakukan jika pasien sudah dapat berjalan dengan kuat pada irama yang normal di antara paralel bar. Latihan ini pertama – tama dilakukan menggunakan kruk. Latihan menggunakan kruk terdiri dari :

1) Four point gait
yaitu cara melangkah dengan menggunakan empat titik tumpu (dua telapak kaki dan dua ujung kruk).
2) Three point gait
yaitu cara melangkah dengan mnggunakan tiga titik tumpu ( satu telapak kaki dan satu ujung kruk ).
3) Two point gait
yaitu cara melangkah dengan mengunakan dua titik tumpu ( hanya menggunakan sebuah kruk yang di pakai pada kaki yang sehat ).

4. Evaluasi
Saat melaksanakan proses fitting, pasien merasa bahwa (1) prostesis masih mempunyai selisih1 cm pendek sehingga terjadi lateral bending kanan, (2) posisi socket terlalu abduksi, (3) posisi telapak kurang eversi.

5. Rencana tindak lanjut

Dengan adanya evaluasi tersebut di atas maka hal yang dilakukan adalah (1) Melakukan penembahan tinggi prostesis yang masih terpaut tinggi sebanyak 1 cm, (2) memposisikan siocket sedikit ke medial, (3) memposisikan SACH foot sedikit erversi.

6. Proses finishing

Proses akhir dari pembuatan prostesis adalah finishing. Dalam prostesis PTB supra condylar system modular atau endoskeletal prostesis, proses finishing meliputi :

a. Covering foot
Memberikan lapisan vuring pada telapak kaki agar telapak kaki yang terbuat dari kayu terlihat lebih bagus. Hal ini merupakan kosmetik dan juga memberikan daya tahan kayu yang baik terhadap air. Sedangkan bagian bawah telapak kaki dilapisi dengan kulit java box, semuanya diukur dengan pola kemudian direkatkan dengan lem aibon. Dalam proses ini SACH foot terlepas dari komponen prostesis, hal ini dikarenakan untuk memepermudah proses covering.
b. pengencangkan dan penguncian screw
Pengencangan penguncian screw pada socket adaptor dan pada foot adaptor, sehingga aligment prostesis tidak berubah saat digunakan pasien.
d. pemasangan body foam
Foam digunakan sebagai penutup komponen adaptor dan tube untuk membentuk body tungkai bawah pada prostesis. Foam dipotong sesuai kebutuhan, dan direkatkan mengelilingi komponen adaptor dan tube menggunakan lem aibon kemudian diamplas hingga membentuk body tungkai bawah pada prostesis sesuai dengan ukuran pada tungkai bawah sisi yang sehat dari pasien.
e. Pemasangan stocking
Stocking dipasang menutupi semua komponen prostesis, ini ditujukan untuk memeperindah kosmetik dari prostesis tersebut. Stocking ini tidak permanen dapat dilepas sewaktu – waktu.



7. Edukasi dan home training

a. Edukasi
yaitu dengan memberikan saran kepada pasien antara lain meliputi cara pemakaian prostesis, pelapasan prostesis, perawatan prostesis dan stump, serta kontrol ulang. Motivasi untuk menggunakan prostesis juga perlu disampaikan kepada pasien.
1) cara pemakaian dan pelepasan
Seperti yang telah dijelaskan dalam penggunaan PTB Supra condylar sebelumnya.
2) cara perawatan prostesis
Cara perawatan prostesis antara lain adalah : (1) Bila prostesis sedang tidak digunakan, maka simpan prostesis di tempat yang cukup kering dan tidak lembab serta cukup cahaya. (2) Hendaknya socket harus selalu dicuci dengan air sabun atau dibersihkan dengan alkohol secara berkala agar socket bisa tahan lama.
3) perawatan stump
Perawatan stump dapat dilakukan dengan cara antara lain (1) menjaga kebersian stump, (2) memberi pijatan-pijatan ringan pada stump setelah menggunakan prostesis, (3) terus melatih stump dengan gerakan – gerakan ringan sewaktu tidak memakai prostesis, (4) membersihkan stump dan socket dengan alkohol 70 % setelah menggunakan prostesis.
4) kontrol ulang
Memberi tahu kepada pasien agar selalu mengontrol dan mengecek keadaan stump atau prostesis kepada ortotis prostetis yang bisa bekerja sama dengan fisioterapi tiap 6 bulan sekali, atau bila dirasakan ada keluhan yang timbul sewaktu penggunaan prostesis bisa langsung diperiksakan kepada orang yang ahli dalam bidangnya.
Edukasi kepada keluarga pasien juga perlu diberikan, sehingga dalam hal ini keluarga dapat memberi motivasi dan dorongan tersendiri kepada pasien agar selalu menggunakan prostesis secara benar dan juga bisa mengingatkan kepada pasien apabila ada hal – hal penting mengenai penggunaan prostesis ini.
b) home training
Home training dapat dilakukan dengan meminta pasien untuk rajin melatih diri untuk menggunakan prostesis sesuai dengan prosedurnya agar dapat tercapai tujuan menggunakan prostesis ini yaitu untuk fungsi jalan.















BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Permasalahan yang timbul dari proses fitting antara lain Saat melaksanakan proses fitting, pasien merasa bahwa (1) prostesis masih mempunyai selisih lebih pendek 1 cm sehingga terjadi lateral bending kanan, (2) posisi socket terlalu abduksi, (3) posisi telapak kurang eversi.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka dilaksanakan proses renovasi prostesis sebelum prostesis di-finishing. Tentu saja setelah dilakukan renovasi prostesis dicobakan lagi kepada pasien agar prostesis benar-benar siap di selesaikan.

B. Kesimpulan
Dalam penentuan diagnosa OP yang tepat dan benar seorang ortotis prostetis harus bisa melakukan pemeriksaan – pemeriksaan, pengukuran, dan pengamatan terhadap pasien saat pengambilan data, Sehingga maksud dan tujuan pembuatan suatu prostesis dapat tercapai. Dalam pembuatannya sendiri diperlukan keseriusan dan ketelitian agar proses OP makin cepat terselesaikan sehingga semakin cepat pula problem pasien dapat diatasi.
Komunikasi antara pasien dan keluarga pasien dengan ortotis prostetis hendaknya selalu terjalin agar proses OP ini benar – benar berjalan seperti yang diharapkan.


C. Saran
Dalam hal ini penulis menyarankan kepada pasien agar selalu termotivasi untuk menggunakan prostesis sesuai dengan kebutuhan dan anjuran dari prostetis. Peran serta keluarga dan tenaga kesehatan yang bersangkutan sangat membantu dalam usaha pencapaian tujuan pemberian alat bantu ortosis atau prostesis.
Kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan perlu dipelihara agar tidak terjadi penurunan derajat kesehatan masyarakat.

















DAFTAR PUSTAKA


Bella J May, 1996; Amputation and Prosthetic Case Study Approach; F.A.Davis Company, Phildelphia, USA.

Handicap International, 2006; Petunjuk Pelaksanaan Praktek Klinik Bagi Mahasiswa Prodi OP Poltekkes Surakarta; Surakarta.


No comments:

Post a Comment

Popular Posts