Nyeri punggung
bawah dapat mempengaruhi produktivitas manusia. Dalam masyarakat keluhan nyeri
punggung bawah tidak mengenal umur, jenis kelamin ataupun status sosial.
Gangguan yang terjadi akibat nyeri punggung bawah adanya nyeri tekan pada regio
lumbal, spasme otot, keterbatasan gerak dan penurunan kekuatan otot, sehingga
dapat menimbulkan keterbatasan fungsi yaitu gangguan saat bangun dari keadaan
duduk, saat membungkuk, saat duduk atau berdiri lama dan berjalan ( Priguna
Sidharta, 1984 )
Salah satu
penyakit degeneratif adalah spondylosis lumbal yang merupakan OA pada vertebra
lumbal. Spondylosis lumbal telah diakui sebagai suatu kesatuan radiology selama
bertahun-tahun dengan berbagai nama seperti OA lumbal, osteophyrosis, arthrosis
deformans, arthritis degeneratif dan lain-lain. Proses degeneratif dengan
memperlihatkan adanya osteofit pada gambaran radiologis ini, sering terjadi
pada VL4-5 dan VL5-S1 (Melvin, 1989).
Secara klinis
spondylosis lumbal ada yang simtomatis dan ada pula yang asimtomatis.
Spondylosis lumbal asimtomatis berarti bahwa secara radiology saja terlihat
tanda-tanda, tetepi tidak menimbulkan keluhan. Sedangkan spondylosis simtomatis
berarti secara radiology terlihat tanda-tanda spondylosis dan timbul
gejala-gejala sesuai regio vertebralis yang terkena.
Kebanyakan
kasus nyeri punggung bawah berhubungan dengan beberapa kelainan discus
intervertebralis pada dua tingkat tulang belakang terendah ( L4/5 dan L5/S1 ).
Pada proses penuaan yang normal discus berangsur-angsur mongering, nucleus
pulposus berubah dari gelembung yang kencang dan bergelatin menjadi struktur yang
kering dan kecoklatan dan pada annulus fibrosus terbentuk fisura yng sejajar
dengan lempeng akhir vertebra yang sebagian besar mengarah ke posterior.
Herniasi inti dari bahan inti akan
melewati annulus kesemua arah dan sering melubangi lempeng akhir vertebra, karena itu degenerasi discus merupakan ekspresi yang biasa pada proses penuaan. Herniasi yang kronis menyebabkan pembentukan tulang yang reakti di sekitar nodus Schmorl dan di tempat penonjolan discus pada tepi vertebra. Pipihan discus dan osteofit tepi dengan mudah terlifat pada sinar X dan di sebut sebagai Spondilosis ( Apley, 1996 )
melewati annulus kesemua arah dan sering melubangi lempeng akhir vertebra, karena itu degenerasi discus merupakan ekspresi yang biasa pada proses penuaan. Herniasi yang kronis menyebabkan pembentukan tulang yang reakti di sekitar nodus Schmorl dan di tempat penonjolan discus pada tepi vertebra. Pipihan discus dan osteofit tepi dengan mudah terlifat pada sinar X dan di sebut sebagai Spondilosis ( Apley, 1996 )
Spondilosis
lumbal adalah keadaan ditemukan progresif discus intervertebralis , dimana rasa
nyeri bersal dari osteoarthritis dan radikularis ( Sutanto, 1994). Degenerasi
ini timbul karena di pengaruhi oleh factor bertambahnya usia. Penderita
spondilosis sering di temukan pada usia lebih dari 30 tahun dan sering pada
usia 45 tahun. Insiden, wanita lebih mempunyai resiko lebih besar di bandingkan
laki-laki ( Thomas, 1991)
Spondylosis
lumbal ini , biasanya sering ditemukan pada seorang yang berusia lebih dari 40
tahun. Dari gambaran radiology terbukti bahwa kurang lebih setengah dari jumlah
penduduk berusia diatas 50 tahun
terdapat tanda-tanda adanya spondylosis lumbal dan 75% dari jumlah
tersebut berusia di atas 65 tahun . Dari jumlah tersebut yang menunjukkan
adanya gejala-gejala ( simtomatis) kira-kira hanya 5-10 % nya saja. Adapun
onset dari spondylosis lumbal, umumnya insidious ( Galli, 1989).
Pecahnya
discus yang berulang kali menyebabkan degenerasi cepat dengan tanda spondilosis
yang muncul pada umur yang lebih muda dari biasanya. Apakah degenerasi discus
menyebabkan nyeri ? pertanyaan ini tidak dapat di jawab dengan mudah. Seorang
hanya dapat menduga bahwa degenerasi discus mengimplikasikan adanya perubahan
lain,beberapa diantaranya dapat menyebabkan nyeri ; misal, sendi permukaan yang
tak pada tempatnya,arthritis sendi permukaan, ketidak stabilan vertebra dan
stenosis saluran akar atau stenosis tulang belakang. Semua ini dapat juga
menyebabkan nyeri alih atau sciatica. Dan beberapa diantaranya dapat
menyebabkan iritasi akar dan gejala radikularis ( Apley, 1994 )
Tulang belakang bekerja melawan gravitasi saat menyangga tubuh waktu
berdiri, duduk atau semua aktivitas sehari-hari seperti membungkuk,jongkok,dan
aktivitas lainya, dan bila salah satu komponen tulang belakang mengalami
gangguan maka fungsinya juga terganggu sehingga memerlukan penambahan terutama
untuk intervensi Fisioterapi. Masalah yang timbul akibat nyeri yaitu penurunan
lingkup gerak sendi lumbal yang menimbulkan gangguaan saat membungkuk, membawa
beban, duduk lama dan gangguan lainnya, dapat menggunakan metode William
Fleksion Exercise meliputi penguluran otot ekstensor daerah punggung dan
penguatan otot-otot daerah abdomen dan gluteus maksimus sehingga ketegangan
otot dapat berkuran saat di ulur sehingga nyeri berkurang ( Basmajian, 1978 ).
Dan untuk modalitas Fisioterapi untuk mengurangi nyeri punggung bawah karena
spondilosis dapat diberikan modalitas Fisioterapi berupa Short Wave Diatermy
untuk mengurangi nyeri ( Thomson, 1991)
Namum demikian tidak salahnya bila pada kesempatan ini penulis membahas
tentang kondisi spondylosis lumbal, khususnya yang bersifat simtomatis. Dimana
gejala-gejala yang timbul pada kondisi ini memerlukan penanganan medis dan
paramedis, termasuk di dalamnya peran Fisioterapi dengan modalitas yang ada.
Salah satu cara penanganan sakit pinggang ini adalah dengan cara memakai alat penyangga tulang belakang (korset ortopedi).
Korset ini berfungsi:
1. Terbukti mengurangi nyeri pinggang seperti HNP (Hernia Nucleus Pulposus), Ischialgia (Penjepitan syaraf Isciadicus).
2. Memberikan proteksi dan support yang maksimal pada pinggang sehingga dapat mengurangi nyeri akibat LBP / HNP.
3. Sebagai alat bantu untuk menjaga kestabilan tulang pinggang pada saat beraktivitas.
4. Bisa Mengecilkan perut.
Sfesifikasi Alat:
1. Menggunakan bahan elastis, perekat dan 4 plat alumunium / polypropylene (tergantung permintaan).
2. Di desain sesuai anatomi tulang belakang manusia
3. Memiliki lengkung pinggang yang anatomis
4. Warna coklat
7. Ukuran korset: Silakan ukur lingkaran pinggang anda tepat diatas pusar anda, kemudian cocokkan dengan ukuran dibawah ini
- Ukuran S = 75-80 cm
- Ukuran M = 81-85 cm
- Ukuran L = 86-90 cm
- Ukuran XL = 91-95 cm
- Ukuran XXL = 96-100 cm
- Ukuran XXXL = 101-105 cm
Harga Korset Ortopedi Rp. 205.000
Harga TLSO Rp. 400.000,-
Korset ini berfungsi:
1. Terbukti mengurangi nyeri pinggang seperti HNP (Hernia Nucleus Pulposus), Ischialgia (Penjepitan syaraf Isciadicus).
2. Memberikan proteksi dan support yang maksimal pada pinggang sehingga dapat mengurangi nyeri akibat LBP / HNP.
3. Sebagai alat bantu untuk menjaga kestabilan tulang pinggang pada saat beraktivitas.
4. Bisa Mengecilkan perut.
Sfesifikasi Alat:
1. Menggunakan bahan elastis, perekat dan 4 plat alumunium / polypropylene (tergantung permintaan).
2. Di desain sesuai anatomi tulang belakang manusia
3. Memiliki lengkung pinggang yang anatomis
4. Warna coklat
7. Ukuran korset: Silakan ukur lingkaran pinggang anda tepat diatas pusar anda, kemudian cocokkan dengan ukuran dibawah ini
- Ukuran S = 75-80 cm
- Ukuran M = 81-85 cm
- Ukuran L = 86-90 cm
- Ukuran XL = 91-95 cm
- Ukuran XXL = 96-100 cm
- Ukuran XXXL = 101-105 cm
Harga Korset Ortopedi Rp. 205.000
Harga TLSO Rp. 400.000,-
Contoh Korset Orthopedi Penyangga Punggung
Untuk melihat semua daftar alat kesehatan dan spesifikasi harga, silahkan masuk ke www.orthoshoping.com
Untuk pemesanan alat dapat menghubungi:
Nugroho : 085 867 374 002
Pin BB: 74D605CD
Pin BB: 74D605CD
No comments:
Post a Comment