Kaki pengkor disebabkan adanya kelainan otot. Kaki memanjang tidak sama antara yang belakang dengan yang depan. Bagian belakang ketinggalan, sehingga memutar. Dari hasil penelitian, setiap kelahiran 1.000 bayi kemungkinan terdapat 1 hingga 2 bayi yang akan mengalami kelainan ini. Kebanyakan kasus yang terjadi dialami oleh bayi laki-laki.
Pada bayi yang baru lahir, kaki pengkor dapat dilihat dari empat kelainan dasar yang terjadi. Pertama, kelainan tersebut adalah terdapat cekungan yang dalam di bagian dalam kaki (cavus), kedua, kaki bagian depan akan membengkok dan memuntir ke arah dalam (supinasi). Ketiga, bila dilihat dari arah belakang, tumit menekuk ke arah dalam (varus heel), dan keempat, keseluruhan kaki terlihat mengarah atau menekuk ke bawah (equinus). Menurut dr Anung B Satriadi, Sp OT, spesialis bedah orthopedi dari Rumah Sakit Orthopedi Prof Dr R Soeharso Surakarta, sampai saat ini belum ada teori yang memuaskan untuk menjelaskan penyebab kelainan kaki pengkor. Namun telah diketahui dengan pasti bahwa kelainan kaki pengkor bukan termasuk kelainan bentuk yang bersifat statik yaitu sudah langsung terjadi begitu janin terbentuk (embryonic malformation). Namun merupakan kelainan bentuk yaitu yang terjadi sejalan dengan pertumbuhan janin.
“Banyak teori yang mencoba menjelaskan tentang penyebab terjadinya kaki pengkor. Namun teori-teori tersebut belum secara pasti dapat menerangkan penyebabnya,” kata Anung.
Menurutnya, ada yang mengungkapkan kaki pengkor terjadi sejak janin sudah ada, karena infeksi, atau karena faktor keturunan suku tertentu. Akan tetapi semua teori itu terbantahkan, jika dilihat dari hasil pengamatan kelainan yang biasanya terjadi pada anak yang pertama kali dilahirkan oleh ibunya. “Bisa jadi karena rahim masih kaku sehingga seolah-olah janin ditekan,” tegasnya Anung.
Kaki pengkor merupakan penyebab kecacatan fisik paling serius di antara kelainan-kelainan muskuloskeletal (keluhan pada bagian-bagian otot skeletal). Penanganan yang tidak tepat terlebih jika terlambat akan menyebabkan penanganan lebih sulit dan complicated sehingga hasil akhir terapi tidak akan memuaskan. Anung menjelaskan, keterlambatan dalam memperoleh penanganan dini disebabkan karena kurang cermatnya deteksi sejak dini. Padahal deteksi dini dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang banyak bersinggungan dengan perawatan dan kesehatan anak.
“Adanya anggapan dari masyarakat bahwa kaki pengkor adalah akibat kutukan membuat anak disembunyikan dan ditutup-tutupi oleh keluarga. Akibatnya anak tidak segera mendapatkan penanganan sebagaimana mestinya,” ujar Anung.
Hal ini lanjut dia, diperparah dengan anggapan bahwa kaki pengkor sebaiknya ditangani ketika sudah dewasa. Anggapan ini tak hanya muncul dari orangtua penderita akan tetapi juga didapat dari tenaga kesehatan lainnya.
Usia 3 Bulan
Dijelaskan Anung, padahal penangan sejak dini bagi penderita kaki pengkor, akan mempermudah dan mempersingkat terapi, mempertinggi angka kesuksesan dan secara keseluruhan akan meminimalkan biaya. Keterlambatan penanganan akan mengakibatkan kasus menjadi complicated, penanganan akan lebih sulit dan keberhasilan terapi menjadi menurun.
“Waktu terbaik untuk menangani kelainan kaki pengkor adalah segera dilakukan penanganan pada bayi sebelum usia 3 bulan. Cukup dengan menjalani manipulasi dan ganti gips setiap seminggu sekali selama tiga minggu. selanjutnya dibuatkan sepatu ortopedi sampai usia 3-4 tahun. Jika terus dibiarkan hingga dewasa puntiran kaki ke dalam akan semakin berat sehingga penderita akan berjalan dengan punggung kakinya,” .
Contoh Sepatu Orthopedi
sepatu orthopaedi
|
Contoh Dennis Brown Splint
dennisbrown splint
|
Untuk melihat semua daftar alat kesehatan dan spesifikasi harga, silahkan masuk ke www.orthoshoping.com
Untuk pemesanan alat dapat menghubungi:
Nugroho : 085 867 374 002
Pin BB: 74D605CD
Pin BB: 74D605CD
No comments:
Post a Comment