Thursday, April 30, 2009

ENDOMETRIOSIS

Dalam ilmu kedokteran, dikenal berbagai jenis penyakit. Salah satu jenisnya adalah penyakit yang menyerang sistem reproduksi pada wanita, yaitu endometriosis. Endometriosis selama kurang lebih 30 tahun terakhir ini menunjukkan angka kejadian yang meningkat. Endometriosis diperkirakan terjadi pada 10-15% wanita subur yang berusia 25-44 tahun. Sekitar 20% dari wanita dalam usia tempo melahirkan anak. Sekitar 5-15% kasus endometriosis ditemukan pada operasi pelvik. Sekitar 30-40% dari wanita dengan endometriosis adalah mandul, karena endometriosis menghalangi jalan sel telur dari ovarium ke rahim. I. DEFINISI
Endometriosis adalah suatu keadaan di mana bercak-bercak endometrium (endo = dalam, metri = rahim) yang terdiri dari kelenjar-kelenjar dan stroma yang masih berfungsi tumbuh di luar uterus, pada atau kawasan lain tubuh, padahal dalam keadaan normal endometrium hanya ditemukan di dalam lapisan rahim. Biasanya, endometrium lepas setiap bulan disaat menstruasi; tetapi pada endometriosis, endometrium yang salah letak tidak mampu keluar dari tubuh [7]

II. EPIDEMIOLOGI
Setiap bulan ovarium menghasilkan hormon yang merangsang sel-sel pada lapisan rahim untuk membengkak dan menebal (sebagai persiapan terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan). Endometriosis juga memberikan respon yang sama terhadap sinyal ini, tetapi mereka tidak mampu memisahkan dirinya dari jaringan dan terlepas selama menstruasi. Kadang terjadi perdarahan ringan tetapi akan segera membaik dan kembali dirangsang pada siklus menstruasi berikutnya. Proses yang berlangsung terus menerus ini menyebabkan pembentukan jaringan parut dan perlengketan di dalam tuba dan ovarium, serta di sekitar fimbrie tuba. Perlengketan ini bisa menyebabkan pelepasan sel telur dari ovarium ke dalam tuba falopii terganggu atau tidak terlaksana. Perlengketan itulah menyebabkan terhalangnya perjalanan sel telur yang telah dibuahi menuju ke rahim. Namun, hubungan antara endometriosis dan kemandulan masih diselidiki. [8]
Endometriosis juga bisa terjadi pada usia remaja. Endometriosis jarang ditemukan pada orang-orang Negro, dan lebih sering ditemukan pada wanita-wanita dari golongan sosio-ekonomi kuat. Endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita yang tidak kawin, pada umur muda, dan yang tidak mempunyai banyak anak. Karena fungsi ovarium yang secara siklis yang terus menerus tanpa diselingi oleh kehamilan. [9]
Endometriosis bisa diturunkan dan lebih sering ditemukan pada keturunan pertama (ibu, anak perempuan, saudara perempuan). Faktor lain yang meningkatkan resiko terjadinya endometriosis adalah memiliki rahim yang abnormal, melahirkan pertama kali pada usia diatas 30 tahun dan kulit putih. [5]
Endometrium paling sering ditemukan pada : ovarium (indung telur), peritoneum dan ligamentum sakrouterinum, kavum Douglasi, dinding belakang uterus, tuba Fallopii, plika vesikouterina, ligamentum rotondum dan sigmoid, septum rektovaginal, kanalis inguinalis, apendiks, umbilikus, seriks uteri, vagina, kandung kencing, vulva, perineum, parut laparotomi, kelenjar limfe, lengan, paha, pleura (walaupun sangat jarang).

III. PENYEBAB
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori berikut:
A. Teori ”Sistem Kekebalan”.
Kelainan sistem kekebalan menyebabkan jaringan menstruasi tumbuh di daerah selain rahim.
B. Teori ”Genetik”.
Keluarga tertentu memiliki faktor tertentu yang menyebabkan kepekaan yang tinggi terhadap endometriosis. Bahwa anak atau saudara penderita endometriosis berisiko besar mengalami endometriosis sendiri. Kajian terbaru (2005) diterbitkan dalam “American Journal of Human Genetics” mendapati kaitan antara endometriosis dan kromosom 10q26. Satu kajian mendapati bahwa, kemungkinannya adalah 5,7 : 1. [6]
C. Teori “Retrograde Menstruation" (menstruasi yang bergerak mundur), dari John A. Sampson di tahun 1920-an.
Teori ini paling banyak penganutnya. Menurut teori ini, endometriosis terjadi karena sel-sel endometrium yang dilepaskan pada saat menstruasi mengalir kembali (regurgitasi) melalui tuba ke dalam rongga pelvis. Sudah dibuktikan bahwa dalam darah menstruasi terdapat sel-sel endometrium yang masih hidup. Sel-sel endometrium yang masih hidup ini kemudian dapat mengadakan implantasi di pelvis.
D. Endometriosis merupakan keadaan yang disebabkan oleh esterogen berlebihan yang dihasilkan oleh tubuh wanita, dan timbul kebanyakan semasa melahirkan anak.[4]
E. Endometriosis dapat ditularkan melalui torehan pembedahan selepas pembedahan pada penderita endometriosis. [6]
F. Kadang-kala endometriosis mungkin berpindah melalui darah atau oleh sistem lymphatic kepada organ pinggiran (peripheral), seperti : paru-paru, otak.
G. Resiko tinggi terjadinya endometriosis ditemukan pada : wanita yang ibu atau saudara perempuannya menderita endometriosis, siklus menstuasi 27 hari atau kurang, menarke (menstruasi yang pertama) terjadi lebih awal, menstruasi berlangsung selama 7 hari atau lebih, orgasme ketika menstruasi. [5]

IV. GEJALA
Gejala yang paling umum adalah :
A. Nyeri perut (abdomen) bagian bawah dan di daerah panggul (pelvic) yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan selama menstruasi (dismenorea). Kemungkinan disebabkan vaskularisasi dan perdarahan dalam sarang endometriosis pada waktu sebelum dan semasa menstruasi.[3]
B. Dispareunia (nyeri ketika melakukan hubungan seksual), disebabkan karena adanya endometriosis di kavum Douglasi.
C. Nyeri ketika buang air besar atau kecil (disuria), khususnya pada saat menstruasi. Disebabkan karena adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid.
D. Poli- dan hipermenorea [1]
E. Infertilitas (kemandulan), apabila mobilitas tuba terganggu karena fibri=osis dan karena perlekatan jaringan disekitarnya.
F. Menstruasi yang tidak teratur (misalnya spotting sebelum menstruasi)
G. Haid yang banyak (menorragia)
H. Mual dan muntah-muntah [5]

V. KOMPLIKASI
A. Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat colon atau ureter
B. Torsi ovarium atau rupture ovarium sehingga terjadi peritonitis karena endometrioma.
C. Catamenial seizure atau pneumotoraks karena eksisi endometriosis.[2]

VI. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik, dan dipastikan dengan pemeriksaan laparoskopi (pemeriksaan yang sangat berguna untuk membedakan endometriosis dari kelainan-kelainan di pelvis). Laparoskopi turut membenarkan rawatan pembedahan bagi endometriosis. Kuldoskopi kurang bermanfaat terutama jika kavum Douglasi ikut serta dalam endometriosis. Pada endometriosis yang ditemukan pada lokasi seperti : forniks vaginae posterior, perineum, parut laparotomi. Biopsi endometrium dapat memberi kepastian mengenai diagnosis. Pemeriksaan laboratorium pada endometriosis tidak memberi tanda yang khas, hanya apabila ada darah dalam tinja atau air kencing pada waktu haid dapat menjadi petunjuk tentang adanya endometriosis pada rektosigmoid atau kandung kencing. Sigmoidoskopi dan Sistokospi dapat memperlihatkan tempat perdarahan pada waktu haid. Pembuatan foto Rontgen dengan memasukkan barium dalam kolom dapat memberi gambaran dengan filling defect pada rektosigmoid dengan batas-batas yang jelasdan mukosa yang utuh. Pada pemeriksaan panggul akan teraba adanya benjolan lunak yang seringkali ditemukan di dinding belakang vagina atau di daerah ovarium. Pemeriksaan penunjang yang lain adalah : USG rahim, barium enema, CT scan atau MRI perut. Untuk menentukan berat ringan endometriosis digunakan klasifikasi dari American Fertility Society.[5]

VII. TREATMENT (PENGOBATAN)
Pengobatan tergantung kepada gejala, rencana kehamilan, usia penderita dan beratnya penyakit. Pengobatan endometriosis terdiri atas :
A. Pencegahan
Kehamilan adalah satu-satunya cara pencegahan yang paling baik untuk endometriosis. Gejala-gejala endometriosis memang berkurang atau hilang pada pada waktu dan sesudah kehamilan karena regresi dalam sarang-sarang endometriosis. Dan jangan melakukan pemeriksaan yang kasar atau melakukan kerokan pada waktu menstruasi, karena dapat menyebabkan mengalirnya darah menstruasi dari uterus ke tuba dan ke rongga panggul.
B. Observasi (pengawasan) dan pemberian analgetika
Pengobatan ini akan berguna bagi wanita-wanita dengan gejala dan kelainan fisik yang ringan. Pada wanita yang sudah agak berumur, observasi bisa dilakukan sampai menopause, karena sesudah itu gejala endometriosis hilang sendiri. Pada wanita yang lebih muda, observasi dilakukan secara periodik dan teratur untuk meneliti perkembangan penyakitnya dan jika perlu mengubah sikap ekspektatif. Dan dapat diberi pengobatan paliatif berupa pemberian analgetika untuk mengurangi rasa nyeri.
C. Terapi hormonal
1. Dasar terapi
Sebagai dasar pengobatan hormonal endometriosis adalah bahwa pertumbuhan dan fungsi jaringan endometriosis, seperti jaringan endometriosis yang normal, dikontrol oleh hormon-hormon steroid. Dengan data klinik sebagai berikut : endometriosis sangat jarang timbul sebelum menars, menopause, baik alami maupun karena pembedahan, biasanya menyebabkan kesembuhan, sangat jarang terjadi kasus endometriosis baru setelah menopause, kecuali jika ada pemberian estrogen eksogen.
2. Prinsip terapi
Prinsip pertama pengobatan hormonal endometriosis adalah menciptakan lingkungan hormon rendah estrogen (menyebabkan atrofi jaringan endometriosis) dan lingkungan asiklik (mencegah terjadinya haid, yang berarti tidak terjadi pelepasan jaringan endometrium yang normal maupun jaringan endometriosis. Prinsip kedua adalah menciptakan lingkungan hormon tinggi androgen atau tinggi progesteron (progesteron sintetik) yang secara langsung menyebabkan atrofi jaringan endometriosis. [1]

Tabel Cara Terapi, Efek, dan Efek Samping [1]
No Cara terapi Efek Efek samping
1 GnRH agonis
Ooforektomi Asiklik
Estrogen rendah Keluhan vasomotor
Atrofi ciri seks sekunder asteoporosis
2 Danazol
Metiltestosteron Asiklik
Estrogen rendah Penambahan berat badan, suara lebih berat, pertumbuhan rambut, hot flashes, vagina kering, pembengkakan pergelangan kaki, kram otot, perdarahan diantara 2 siklus, payudara mengecil, perubahan suasana hati, kelainan fungsi hati, sindroma terowongan karpal
3 Medroksipogesteron asetat
Gestrinon noretisteron Asiklik
Estrogen rendah
Bleeding Peningkatan berat badan, breakthrough bleeding,depresi bloating
4 Kontrasepsi oral nonsiklik


Asiklik estrogen sedang progesteron tinggi Mual, breakthrough bleeding
5


Pil KB kombinasi estrogen-progestin Pembengkakan perut, nyeri payudara, peningkatan nafsu makan, pembengkakan pergelangan kaki, mual, perdarahan diantara 2 siklus menstruasi, trombosis vena dalam
6 Progestin Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi, perubahan suasana hati, depresi, vagitis atrofika
7 NSAID Mengurangi rasa sakit

D. Pengobatan dengan pembedahan
1. Harus dengan fakta sebagai berikut :
a. Endometriosis umumnya menjalar lambat dan memerlukan waktu bertahun-tahun
b. Endometriosis bukanlah penyakit ganas dan jarang sekali menjadi ganas
c. Endometriosis mengalami regresi pada waktu menopause
d. Pembedahan biasanya dilakukan pada kasus berikut : bercak jaringan endometrium memiliki garis tengah yang lebih besar dari 3,8-5 cm, perlengketan yang berarti di perut bagian bawah atau panggul, jaringan endometrium menyumbat salah satu atau kedua tuba, jaringan endometrium menyebabkan nyeri perut atau panggul yang sangat hebat, yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan, untuk membuang jaringan endometrium kadang digunakan elektrokauter atau sinar laser, tetapi pembedahan hanya merupakan tindakan sementara, karena endometriosis sering berulang. [10]
2. Macam Pembedahan :
Pembedahan Konservatif (Laparoskopi operatif dan Laparotomi)
Pembedahan Radikal, dilakukan pada wanita dengan endometriosis yang usianya hampir 40 tahun atau lebih (Histerektomi (pengangkatan rahim) total, Salpingo-ooforektomi bilateral, ovarektomi (pengngkatan ovarium) dan pengangkatan semua sarang-sarang endometriosis yang ditemukan.[2]
E. Pengobatan dengan radiasi
Pengobatan yang bertujuan untuk menghentikan fungsi ovarium sudah tidak dilakukan lagi, kecuali jika ada kontraindikasi dengan pembedahan. [1]


VIII. PROGNOSIS
Pada pasien yang mengalami pembedahan radikal, 3% akan mengalami endometriosis kembali. Sedangkan pasien yang mengalami pembedahan konservatif, 10% akan menderita kembali pada 3 tahun pertama dan 35% pada 5 tahun pertama. Pemeriksaan CA 125 secara serial mungkin berguna untuk memperkirakan kemungkinan rekurensi setelah terapi.[2]

IX. KESIMPULAN
Agar terjadi kehamilan, telur harus dilepaskan dari ovarium dan bergerak menuju tuba allopi kemudian menuju ke uterus. Di uterus, telur dibuahi oleh sperma dan kemudian menuju dinding uterus untuk mulai berkembang. Endometriosis bisa menghasilkan adhesion yang dapat menangkap telur di dekat ovarium.Adhesi itu dapat menghambat mobilitas tuba fallopi dan mengimpair kemampuanya untuk mengambil telur. Dalam kebanyakan kasus, endometriosis mungkin berinterferesi dengan konsep dalam hal-hal yang lebih kompleks : adhesi, pelvic, infertility terjadi dalam 30-40 % kasus. Komplikasi dari endometriosis targantung pada ureteral obstruction. Jarang ditemukan, endometriosis bisa di- extraperitoneal and ini ditemukan dalam paru-paru dan CNS. [6]















REFERENSI

[1] Wikojosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan Edisi Ke2 Cetakan Ke4. Jakarta: YBB- SP.
[2] Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I Edisi 3. Jakarta:Media Aesculapius.
[3] http://en.wikipedia.org/wiki/Endometriosis (diakses tanggal 12 November 2007)
[4] http://humrep.oxfordjournals.org/cgi/content/full/22/12/3159 (diakses tanggal 22 Novemberr 2007)
[5]http://medicastore.com/med/detail_pyk.php?idktg=17&judul=Endometriosis&iddtl=102&UID=20071122100742202.162.33.202 (diakses tanggal 12 November 2007)
[6] http://ms.wikipedia.org/wiki/Endometriosis (diakses tanggal 12 November 2007)
[7] http://www.ann.com.sg/Gynaecology.html#endometriosis (diakses tanggal 12 November 2007)
[8] http://www.info-sehat.com/content.php?s_sid=266 (diakses tanggal 12 November 2007)
[9] http://www.landesbioscience.com/journals/epigenetics/article/2766 (diakses tanggal 12 November 2007)
[10] DeCherney, Alan & Nathan Lauren. 2003. Current Obstetric & Gynecologic Diagnosic & Treatment 9th ed. Los Angeles: McGraw Hill.

No comments:

Post a Comment

Popular Posts