T.B. adalah seorang lelaki berusia 19 tahun saat terlibat kecelakaan lalu lintas dalam perjalanannya menuju kampusnya dan dia menderita traumatic brain injury yang berat. Ini adalah kabar yang sangat mengejutkan bagi keluarga dan teman-temannya, mengingat T.B. adalah seorang anak yang tampan, pintar, pekerja keras dan ramah. T.B. dirawat di ICU dan berangsur-angsur kesadarannya membaik dan kemampuan kognitifnya juga membaik, walaupun tetap ada keterbatasan, tetapi kondisi fisiknya justru memburuk dan sangat memprihatinkan. Pressure sore yang luas timbul pada daerah sacrum dan kedua trochantornya, sementara sendi panggul dan lutut mengalami kekakuan sendi ke arah fleksi, begitu juga bahu, siku dan tangan serta jari-jari tangan (tidak terjadi HO (heterotopic ossification/penulangan) pada sendi). Sebagai tambahan saraf popliteus lateral sisi kiri mengalami kerusakan yang kemungkinan besar bersifat permanen. Dia juga mengalami inkontinensia BAB & BAK. Dia hanya terbaring di bed selama berbulan-bulan dan setiap anggota tubuhnya digerakkan dia merasa kesakitan, bahkan dia minta fisioterapis untuk menjauhinya.
Setelah 9 bulan dari saat kecelakaan dengan keadaan seperti di atas, orang tuanya membawanya ke suatu center rehabilitasi khusus traumatic brain injury. Di sini T.B. mengalami kemajuan yang sangat pesat di bawah penanganan tim traumatic brain injury yang berpengalaman dan bersemangat. Dalam waktu 6 bulan T.B keluar dari center rehabilitasi ini dengan kemampuan berjalan tegak secara mandiri dengan bantuan tongkat menempuh jarak yang lumayan. Dia juga mandiri dalam segala aktivitas sehari-harinya, termasuk menggunakan angkutan transportasi umum. Pressure sore teratasi dengan operasi bedah plastik. Tetapi T.B tetap mengalami beberapa keterbatasan diantaranya tidak mampu lagi melanjutkan kuliah yang pernah diambilnya.
Pertanyaan
1. Syarat-syarat apakah traumatic brain injury dikatakan berat?
2. Keadaan fisik pasien diatas memburuk, walaupun kesadaran dan kognitifnya berangsur membaik
a. Mengapa timbul pressure sores dan bagaimana sebenarnya cara mencegahnya?
b. Mengapa timbul kekakuan sendi dan bagaimana cara mencegahnya?
3. Pasien diatas akhirnya bisa berdiri tegak dan berjalan dengan tongkat
a. Bagaimana penanganan kaku sendinya yang parah dan sudah berlangsung 9 bulan, sehingga akhirnya pasien bisa berdiri tegak dan menggunakan tangannya memegang tongkat? (tanpa operasi)
b. Bagaimana mengatasi kelumpuhan saraf popliteus lateral sisi kiri yang bersifat permanen, agar pasien bisa beraktivitas fungsional?
Thursday, April 30, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Popular Posts
-
Tidak jarang anda mengalami sakit pinggang, apakah karena menabrak bufet, membongkok pada saat anda duduk di kursi untuk memungut sesuatu,...
-
Definisi Sakit punggung merupakan salah satu alasan paling umum orang mengunjungi dokter mereka. Menurut National Institute of Arthritis ...
-
Di Amerika Serikat nyeri punggung bawah/ nyeri pinggang adalah salah satu yang paling dikeluhkan. Mayo Clinic menyatakan bahwa kebanyakan o...
-
Seseorang dengan telapak kaki datar (flat foot) memiliki lengkungan rendah atau tidak ada lengkungan sama sekali pada telapak kakinya. ...
-
Apakah kaki pengkor? Kaki pengkor, juga dikenal sebagai talipes equinovarus, adalah bawaan (hadir sejak lahir) kelainan bentuk k...
-
BAB I PENDAHULUAN Menurut UU No. 23/1992 bahwa pembangunan nasional akan terwujud bila terjadi derajat kesehatan yang optimal bagi masyaraka...
-
Definisi Arteriosklerosis merupakan istilah umum untuk beberapa penyakit, dimana dinding arteri menjadi lebih tebal dan kurang lentur. Penya...
-
Pada hakikatnya, pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya, jasmani dan rohani yang dilaksanakan secara terarah, terpadu men...
-
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tercantum tujuan pembangunan bangsa Indonesia yaitu memajukan kesejahteraan umum, dan untuk mencapa...
-
Spondylolisthesis adalah suatu kondisi di mana salah satu tulang dari tulang belakang (vertebra) slip keluar dari tempat ke vertebra di b...
No comments:
Post a Comment