Thursday, April 30, 2009

MIOMA UTERI

A. DEFINISI
Mioma uteri adalah tumor jinak pada daerah rahim atau lebih tepatnya otot rahim dan jaringan ikat disekitarnya. Pada beberapa kepustakaan disebutkan, mioma uteri juga sering disebut dengan Leiomioma, Fibromioma atau Fibroid, hal ini mungkin karena memang otot uterus atau rahimlah yang memegang peranan dalam terbentuknya tumor ini. Mioma merupakan tumor berbentuk jaringan padat atau otot. Mioma yang tumbuh di jaringan otot rahim disebut mioma uteri. Walau tergolong tumor jinak, mioma uteri dapat menganggu. proses reproduksi dan kehamilan
B. PENYEBAB
Penyebab dari mioma pada rahim masih belum diketahui. Beberapa penelitian mengatakan bahwa masing-masing mioma muncul dari 1 sel neoplasma soliter (satu sel ganas) yang berada diantara otot polos miometrium (otot polos di dalam rahim). Selain itu didapatkan juga adanya faktor keturunan sebagai penyebab mioma uteri. Pertumbuhan dari leiomioma berkaitan dengan adanya hormon estrogen. Tumor ini menunjukkan pertumbuhan maksimal selama masa reproduksi, ketika pengeluaran estrogen maksimal. Mioma uteri memiliki kecenderungan untuk membesar ketika hamil dan mengecil ketika menopause berkaitan dengan produksi dari hormon estrogen. Apabila pertumbuhan mioma semakin membesar setelah menopause maka pertumbuhan mioma ke arah keganasan harus dipikirkan. Pertumbuhan mioma tidak membesar dengan pemakaian pil kontrasepsi kombinasi karena preparat progestin pada pil kombinasi memiliki efek antiestrogen pada pertumbuhannya. Perubahan yang harus diawasi pada leiomioma adalah perubahan ke arah keganasan yang berkisar sebesar 0,04%.
Penyebab pasti dari mioma sampai detik ini belum diketahui dengan pasti, tetapi diduga ada peranan hormon estrogen yang berperanan disamping faktor keturunan. Beberapa ahli dalam penelitiannya menemukan bahwa pada otot rahim yang berubah menjadi mioma ditemukan reseptor estrogen yang lebih banyak daripada otot rahim normal.

C. KLASIFIKASI
Ada beberapa penggolongan mioma uteri berdasarkan letaknya di dalam rahim:
a. Mioma uteri subserosa (terdapat di lapisan serosa rahim)
b. Mioma uteri submukosa (di bawah lapisan mukosa rahim)
c. Mioma uteri intramural (di tengah lapisan dinding rahim)
d. Mioma uteri intraligaminenter (di dekat ligamen atau jaringan penahan rahim)
e. Mioma servikalis (terletak di dekat leher rahim)




D. GEJALA

Pada umumnya wanita dengan leiomioma tidak mengalamai gejala. Gejala yang terjadi berdasarkan ukuran dan lokasi dari leiomioma yaitu :
1. Menoragia (menstruasi dalam jumlah banyak)
2. Perut terasa penuh dan membesar
3. Nyeri panggul kronik (berkepanjangan)
Nyeri bisa terjadi saat menstruasi, setelah berhubungan seksual, atau ketika terjadi penekanan pada panggul. Nyeri terjadi karena terpuntirnya mioma yang bertangkai, pelebaran leher rahim akibat desakan mioma atau degenerasi (kematian sel) dari mioma
1. Gejala gangguan berkemih akibat mioma yang besar dan menekan saluran kemih menyebabkan gejala frekuensi (sering berkemih) dan hidronefrosis (pembesaran ginjal)
2. Penekanan rektosigmoid (bagian terbawah usus besar) yang mengakibatkan konstipasi (sulit BAB) atau sumbatan usus
3. Prolaps atau keluarnya mioma melalui leher rahim dengan gejala nyeri hebat, luka, dan infeksi
4. Bendungan pembuluh darah vena daerah tungkai serta kemungkinan tromboflebitis sekunder karena penekanan pelvis (rongga panggul)
5. Poilisitemia (salah satu penyakit kelainan darah)
6. Asites (penimbunan cairan di rongga perut)

Mioma uteri yang masih kecil umumnya tidak menimbulkan gejala. Beberapa gejala yang mungkin dirasakan, antara lain, nyeri kronik daerah pelvic (panggul) dengan manifestasi dismenorea (nyeri haid), disparenia (nyeri hubungan seksual), atau gejala nyeri seperti tertekan.
Gejala yang mungkin timbul dapat berupa adanya massa diperut bawah, perdarahan yang banyak ketika haid, adanya rasa nyeri atau nyeri ketika haid, sering kencing atau nyeri saat kencing, pembengkakan tungkai bawah, anemia, sesak nafas,lemah, pusing dan lain sebagainya.


E. PENGOBATAN

Pilihan terapi untuk leiomioma adalah konservatif meliputi pemeriksaan berkala dengan menggunakan USG, terapi hormonal, operasi, dan intervensi radiologi.
1. Pemeriksaan berkala
Tidak ada ukuran standar kapan mioma harus diterapi. Mioma besar tanpa gejala dan tidak mengarah ke keganasan tidak perlu diterapi. Pemeriksaan fisik dan USG harus diulangi setiap 6-8 minggu untuk mengawasi pertumbuhan baik ukuran maupun jumlah. Apabila pertumbuhan stabil maka pasien diobservasi setiap 3-4 bulan
2. Terapi hormonal
Dapat menggunakan preparat progestin atau Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH). Preparat tersebut memproduksi efek hipoestogen yang memiliki hasil memuaskan untuk terapi mioma
a. Terapi operasi
b. Miomektomi (operasi pengambilan mioma uteri)
Dipertimbangkan apabila seorang wanita masih berusia muda atau masih ingin memiliki anak lagi. Setelah miomektomi, pasien disarankan untuk menunda kehamilan selama 4-6 bulan karena rahim masih dalam keadaan rapuh setelah dioperasi. Komplikasi dari miomektomi berupa risiko perdarahan harus dipertimbangkan. Kemungkinan untuk pertumbuhan mioma lagi setelah miomektomi berkisar 20-25% pasien
3 Histerektomi
Pengangkatan rahim keseluruhan yang dipertimbangkan pada wanita yang sudah tidak menginginkan anak lagi, pertumbuhan mioma yang berulang setelah miomektomi, dan nyeri hebat yang tidak sembuh dengan terapi konvensional
4 Miolisis
Koagulasi laparaskopik mioma dilakukan menggunakan neodymium
5 Embolisasi arteri uteri
Sumbatan pada pembuluh darah arteri di rahim untuk menangani komplikasi perdarahan pada operasi kebidanan dan kandungan

No comments:

Post a Comment

Popular Posts