Tuesday, April 7, 2009

"Stroke" Penyebab Kematian Utama di Indonesia

Jakarta, Kompas
Sejak dua tahun terakhir ini stroke menduduki peringkat pertama penyebab kematian di Indonesia. Tingginya angka kematian akibat serangan pada otak itu antara lain karena tidak diperhatikannya kecukupan nutrisi makanan pada penderita pasca-stroke dan faktor komplikasinya. Pemberian obat-obatan saja kepada penderita (selama ini) terbukti banyak mengalami kegagalan. Upaya yang dilakukan untuk menekan tingkat mortalitas itu adalah dengan menerapkan program pemberian nutrisi berimbang, yang selama ini diabaikan. Pemberian makanan dengan kadar nutrisi tertentu terbukti dapat menurunkan angka kematian dari 40 persen menjadi 20 persen di RSCM Jakarta.
Selain di rumah sakit tersebut, Teguh AS Ranakusuma dari Klinik CVD Neurogeriatri FKUI/RSCM Jakarta pada Simposium Permasalahan Nutrisi pada Stroke di Jakarta, Sabtu (19/2), menguraikan, uji coba sejak tahun 1998 ini juga dilakukan di Surabaya, Bandung, dan Medan. Penelitian tentang status nutrisi pada stroke ini merupakan yang pertama kali di Indonesia. "Secara statistik hasilnya belum bermakna, karena itu diperlukan penelitian lebih terencana dengan segala aspeknya," tambahnya.
Dijelaskan Teguh, penelitian tata laksana nutrisi dilakukan pada kasus stroke dengan kesulitan menelan, yaitu melibatkan 36 pasien. Selain itu disertakan pula pasien dengan gangguan asupan makanan karena depresi dan penurunan kesadaran.
"Penelitian selama 14 hari menunjukkan adanya peningkatan albumin dan protein, masing-masing 12 dan 4,5 persen," paparnya. Ini menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Karena, jelas Teguh, masalah utama pada stroke adalah gangguan metabolisme protein, sehingga terjadi disintegrasi neuro-peptida, neuro-transmiter, dan neuro-endokrin. Padahal, protein merupakan pembentuk ketiga faktor tersebut, yang berfungsi sebagai sarana komunikasi sistem organ dan antarneuron.
"Pemberian obat dan nutrisi seimbang dapat mempercepat restorasi sistem otak dan organ, sehingga kualitas hidup pasien pasca-stroke dapat meningkat dan memperkecil serangan berulang," lanjutnya.
Kebutuhan nutrisi
Sementara itu, pada seminar yang diselenggarakan Bagian Neurologi FKUI/RSCM itu, Sri Rahayuningsih Sutjahjo dari Bagian Gizi FKUI menambahkan, tujuan pemberian nutrisi adalah untuk mempertahankan fungsi neurologik, menghambat kehilangan massa bebas lemak (otot) dan fasilitasi pengembalian fungsi tubuh secara maksimum.
Pada stroke akut, kata Sri lebih lanjut, sangat sulit ditentukan kebutuhan nutrisi tiap pasien, karena munculnya reaksi hipermetabolik (metabolisme yang berlebihan) akibat gangguan fungsi hipotalamus di otak. Karena itu, pemberian nutrisi pada masa penyembuhan atau pasca-stroke memerlukan perhatian pada pemenuhan jumlah kebutuhan dan bentuk pemberian nutrisi.
Pada masa penyembuhan ini, penderita harus belajar kembali banyak hal, antara lain memenuhi kebutuhan gizinya melalui makan. "Makan menjadi hal yang sulit, bukan hanya disebabkan oleh gangguan motorik pada anggota badan, tetapi juga kesulitan menelan karena adanya gangguan koordinasi menelan dan fungsi yang menjaga saluran napas, dan muntah," ujarnya.
Fungsi menelan pada pasien stroke dapat pulih sebagian atau seluruhnya, namun perhatian dan bantuan diperlukan sampai keadaan pulih kembali. Kesulitan menelan sering kali menyebabkan kurang gizi karena konsumsi makanan yang tidak cukup. Modifikasi diet perlu dilakukan secara individu, sesuai dengan jenis dan beratnya gangguan fungsi serta faktor risiko. Hal ini diketahui berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, tekanan darah, dan biokimia darah.
Bila terdapat gejala gangguan saluran cerna, Sri menyarankan, dapat diberikan makanan yang mudah dicerna dan diabsorbsi. Sedangkan untuk penderita hipertensi diberikan diet rendah garam; pengidap kolesterol dan asam urat tinggi juga harus dibatasi makanannya yang mengandung unsur tersebut. (yun)
Angka Kejadian Stroke Meningkat Tajam
Angka kejadian stroke di Indonesia meningkat dengan tajam. Bahkan, saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia, karena berbagai sebab selain pemyakit degeneratif, terbanyak karena stres ini sangat memprihatinkan mengingat Insan Pasca Stroke (IPS) biasanya merasa rendah diri dan emosinya tidak terkontrol dan selalu ingin diperhatikan.
Angka kejadian stroke di Indonesia meningkat dengan tajam. Bahkan, saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia, karena berbagai sebab selain pemyakit degeneratif, terbanyak karena stres ini sangat memprihatinkan mengingat Insan Pasca Stroke (IPS) biasanya merasa rendah diri dan emosinya tidak terkontrol dan selalu ingin diperhatikan.

Menurut dr Herman, Syamsuddin, SpS,AMARS Ketua Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) DKI Jakarta, biasanya para IPS merasa kondisi tubuhnya yang cacat ini menyebabkan mereka tidak berdaya dan merasa perlu dibantu oleh anggota keluarga lain. Bila tidak diberikan semangat mereka selamanya akan bergantung dengan anggota keluarga lain dan tidak mandiri.
Karena itulah dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-13 Yastroki DKI dan Peringatan Hari Stroke Sedunia ke-3 Yastroki DKI menyelenggarakan acara di TMII Jakarta. Tak lain, untuk membuat para IPS ini merasa mendapat perhatian, merasa hidup dalam lingkunganya yang senasib.
“Dari perayaan inilah pengurus Yastroki DKI Jakarta akan menanamkan kepada mereka untuk dapat hidup mandiri. Karena pada dasarnya para IPS dapat melakukan segala sesuatu sendiri setelah melalui tahapan rehabilitasi dan latihan teratur. Kita gunakan kepercayaan diri mereka, untuk dapat melakukan segala sesuatu sendiri,” katanya.
Saat ini yang cukup memprihatinkan adalah cukup meningkatnya kasus-kasus stroke pada usia muda yang diakibatkan adanya penyakit kalainan jantung bawaan. Terutama kerusakan pada klep jantung, membuat aliran darah yang menuju otak terhambat, sehingga terjadi serangan stroke.
Seperti yang dialami Syarifah Aulia, siswi kelas III SD ini sejak bayi mengalami kelainan jantung dan tidak boleh capek. Dua bulan lalu ia mengalami koma selama enam hari.
Menurut ibunya, Ny Diah, darah putrinya mengental, karena darah Hb-nya mencapai 22-23, padahal normalnya 12-14 untuk perempuan. Kemudian terjadi sumbatan di otak kiri, akibatnya organ tubuh sebelah kanan mengalami kelumpuhan serta bibirmya sempat mencong.
“Alhamdulillah, sekarang anak saya sudah bisa berjalan, meski kalau berjalan agak jauh harus dibantu dengan kursi roda. Juga sudah bisa bicara meski agak tersendat,” tutur ibunya.
Dr Herman mengatakan, Stroke adalah gangguan saraf yang menetap. Penyebabnya adalah kerusakan pembuluh darah di otak. Serangan itu berlangsung selama 15-20 menit. Orang menyebutnya sebagai serangan otak dan identik dengan serangan jantung. .
Tercatat 80 persen pasien stroke perdarahan disebabkan hipertensi dan 20 persen karena adanya kelainan pembuluh darah di otak sejak dini/lahir (AVM) dan pecah saat bertambah usia. Dengan adanya pergeseran usia serangan stroke ke arah yang lebih muda penyebabnya adalah perubahan pola makan dan gaya hidup.
Lihat saja anak anak SD-SMP perkotaan masa kini yang lebih suka mengonsumsi Junk food yang penuh kolestrol dan trigliserid, sehingga sering kita lihat dari 10 anak 6 di antaranya mengalami kegemukan (Obesitas). Akibatnya pada usia produktif mereka akan terkena berbagai penyakit pembuluh darah satu di antaranya stroke.
Untuk menekan jumlah penderita stroke, kata Herman, sebelum kita menggiatkan kembali klub stroke berbasis masyarakat, kita harus perhatikan dahulu para IPS agar mereka mandiri, baru kita sosialisasikan kepada masyarakat. RIS

Angka kejadian stroke di Indonesia meningkat dengan tajam. Bahkan saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia, karena berbagai sebab selain penyakit degeneratif, dan terbanyak karena stres. Ini sangat memprihatinkan mengingat Insan Pasca Stroke (IPS) biasanya merasa rendah diri dan emosinya tidak terkontrol dan selalu ingin diperhatikan.
Angka kejadian stroke di Indonesia meningkat dengan tajam. Bahkan saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia, karena berbagai sebab selain penyakit degeneratif, dan terbanyak karena stres. Ini sangat memprihatinkan mengingat Insan Pasca Stroke (IPS) biasanya merasa rendah diri dan emosinya tidak terkontrol dan selalu ingin diperhatikan.

Apabila tidak ada upaya penanggulangan stroke yang lebih baik maka jumlah penderita stroke pada tahun 2020 diprediksikan akan meningkat 2 kali lipat. Oleh karena itu upaya Global yang bertaraf Internasional perlu dilakukan untuk melawan ancaman stroke yang mendunia. Kata Ketua Umum Yayasan Stroke Indonesia Pusat Laks TNI (Pur) Sudomo.
Atas dasar hal-hal tersebut di atas maka Yayasan Stroke Indonesia bersama jajarannya merasa terpanggil bersama-sama seluruh masyarakat Mencanangkan Hari Stroke Dunia, sehingga kami harapkan kepada seluruh jajaran Pemerintah khususnya Depkes bersama-sama Lembaga Swadaya Masyarakat dan seluruh lapisan masyarakat peduli stroke, dapat berperan secara aktif terhadap penanggulangan stroke di Indonesia.
Pada periode 2006 ke depan Yastroki mempunyai:
- Visi: menjadi Lembaga Swadaya Masyarakat yang profesional dan mandiri dalam menanggulangi stroke di Indonesia, sehingga dapat menurunkan insiden dan dampaknya.
- Misi: Mengembangkan usaha promotif dan preventif untuk mengurangi risiko terkena stroke, bagi masyarakat yang belum pernah terserang stroke, melalui konsultasi dan penyuluhan serta. Menyosialisasikan langkah-langkah penyelamatan darurat pada awal terhadadugaan stroke, mendorong dan berpartisipasi dalam menyediakan sarana-sarana pelayanan penanggulangan stroke.
Sementara itu dr Herman Syamsuddin, SpS, AMARS, Ketua Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) DKI Jakarta mengatakan, biasanya para IPS merasa kondisi tubuhnya yang cacat ini menyebabkan mereka tidak berdaya dan merasa perlu dibantu oleh anggota keluarga lain, bila tidak diberikan semangat mereka selamanya akan bergantung dengan anggota keluarga lain dan tidak mandiri.
Karena itulah dalam rangka Hari Ulang Tahun ke 13 Yastroki DKI dan Peringatan Hari Stroke Sedunia ke 3 Yastroki DKI menyelenggarakan acara di TMII Jakarta untuk membuat para IPS ini merasa mendapat perhatian, merasa hidup dalam lingkunganya yang senasib.
“Dari perayaan inilah pengurus Yastroki DKI Jakarta akan menanamkan kepada mereka untuk dapat hidup mandiri, karena pada dasarnya para IPS dapat melakukan segala sesuatu sendiri setelah melalui tahapan rehabilitasi dan latihan teratur. Kita gunakan kepercayaan diri mereka, untuk dapat melakukan segala sesuatu sendiri,” katanya.
Saat ini yang memprihatinkan adalah meningkatnya kasus-kasus stroke pada usia muda yang diakibatkan adanya penyakit kalainan jantung bawaan, terutama kerusakan pada klep jantung, sehingga aliran darah yang menuju otak terhambat, sehingga terjadi serangan stroke.
Seperti yang dialami Syarifah Aulia, siswi kelas III SD ini sejak bayi mengalami kelainan jantung dan tidak boleh capek. Dua bulan lalu ia mengalami koma selama enam hari.
Menurut ibunya, Ny Diah, darah putrinya mengental, karena ah Hb-nya mencapai 22-23, padahal normalnya 12-14 untuk perempuan, yang kemudian terjadi sumbatan di otak kiri, akibatnya organ tubuh sebelah kanan mengalami kelumpuhan serta bibirmya sempat mencong.
“Alhamdulillah sekarang anak saya sudah bisa berjalan, meski kalau berjalan agak jauh harus dibantu dengan kursi roda. Juga sudah bisa bicara meski agak tersendat,” tutur Ibunya.
Dr Herman mengatakan, Stroke adalah gangguan saraf yang menetap. Penyebabnya adalah kerusakan pembuluh darah di otak. Serangan itu berlangsung selama 15-20menit. Orang menyebutnya sebagai serangan otak dan identik dengan serangan jantung. .
Tercatat 80 persen pasien stroke perdarahan disebabkan hipertensi dan 20 persen karena adanya kelainan pembuluh darah di otak sejak dini/ lahir (AVM) dan pecah saat bertambah usia. Dengan adanya pergeseran usia serangan stroke ke arah yang lebih muda penyebabnya adalah perubahan pola makan danm gaya hidup.
Lihat saja anak anak SD-SMP perkotaan masa kini yang lebih suka mengonsumsi Junk food yang penuh kolestrol dan trigliserid, sehingga sering kita lihat dari 10 anak 6 diantaranya mengalami kegemukan (Obesitas). Akibatnya pada usia produktif, mereka akan terkena berbagai penyakit pembuluh darah stu diantarnya stroke.
Untuk menekan jumlah penderita stroke, kata Herman, sebelum kita menggiatkan kembali klub stroke berbasis masyarakat, kita harus perhatikan dahulu para IPS agar mereka mandiri, baru kita sosialisasikan kepada masyarakat. RIS

No comments:

Post a Comment

Popular Posts