Thursday, April 30, 2009

Penyakit Buerger

1. LATAR BELAKANG MASALAH
Kebiasaan merokok bla…bla…bla…
Penyakit Buerger, adalah penyakit pembuluh darah nonatherosclerotic yang juga dikenal sebagai thromboangiitis obliterans (TAO), yang ditandai peradangan pada pembuluh darah, fenomena vasoocclusive, dan keterlibatan pembuluh darah (vena dan arteri) sedang dan kecil yang terletak di bagian yang lebih distal dari tubuh. Penyakit ini dilaporkan pertama kali pada tahun 1908 oleh Mr. Leo BuergerKondisi ini sangat dipengaruhi oleh penggunaan tembakau terutama pada perokok, dan dan penyakit ini akan semakin parah apabila kebiasaan merokok tidak dihentikan. Gejala yang khas adalah nyeri ketika istirahat, ischemic ulcerations, dan kelayuhan anggota gerak, dan apabila tidak ada penanganan lebih lanjut, pasien mungkin memerlukan beberapa tindakan bedah amputasi.
Peran fisioterapi dalam penyakit buerger…………………………..

2. RUMUSAN MASALAH
“Bagaimanakah manajemen fisioterapi dari kasus Penyakit Buerger (Thromboangiitis Obliterans) ?”












ISI

1. DESKRIPSI MASALAH
i. Definisi Operasional

ii. Anatomi Fungsional


iii. Etiologi
Walaupun etiologi penyakit Buerger tidak diketahui, terpapar tembakau sangat penting bagi inisiasi dan perkembangan penyakit. Kondisi ini terkait oleh penyebab utama yakni tembakau, serta didukung oleh fakta bahwa penyakit ini lebih umum terjangkit di negara-negara dengan penggunaan tembakau yang berat dan diantaranya adalah Indonesia yang mana jenis rokok tertentu bahan baku tembakau dan pembuatannya asli berada di Indonesia. Sementara itu, banyak pula pasien dengan penyakit Buerger adalah perokok pasif. Beberapa kasus yang telah dilaporkan, pada orang yang tidak merokok yang terkena penyakit ini besar kemungkinan disebabkan karena tembakau kunyah.
Sebagian besar pasien dengan penyakit Buerger berusia produktif yakni sekitar 20-45 tahun. Meskipun penyakit ini umumnya terjadi pada laki-laki (laki-laki: perempuan = 3:1), insiden ini diyakini akan meningkat di kalangan perempuan, karena peningkatan prevalensi merokok di kalangan wanita.

iv. Patofisiologi
Penyakit Buerger mempunyai mekanisme yang tetap tapi tidak jelas, namun ada beberapa penelitian yang mengaitkan penyakit ini dengan reaksi autoimun tubuh, yakni sebuah fenomena yang mengarah ke vasodysfunction dan kobaran thrombi. Pasien dengan penyakit ini menunjukkan hypersensitivity pada penyuntikkan ekstrak tembakau intradermal, sehingga telah meningkatkan sensitivitas selular untuk tipe I dan kolagen III, telah ditinggikan serum anti-endothelial sel antibodi titers, dan pinggiran vasculature diburukkan endothelium-tergantung vasorelaxation. Peningkatan prevalensi HLA-A9, HLA-A54, dan HLA-B5 yang diamati dalam pasien, yang menunjukkan sebuah komponen genetik untuk penyakit tersebut.

v. Gejala Klinis

vi. Diagnosis Banding

vii. Prognosis

2. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
i. Anamnesis

Waktu anamnesa perlu ditanyakan apakah pasien merasa nyeri waktu bekerja, berjalan maupun berolahraga. Dan apakah nyeri tersebut hilang saat istirahat.
The most common symptoms of Buerger’s Disease are rest pain, skin ulcerations and gangrene of the fingers and toes. Sometimes people with the disease also experience coldness, numbness or tingling of the feet and hands.
"are you smoking?" I said yes. He then asked “how much and how long?” I told him not even a pack a day and for about 3 years.
ii. Pemeriksaan Fisik
 Vital Sign
Pengukuran :
 Blood pressure
 Heart rate
 Temperatur
 Tinggi badan
 Berat badan
 Inspeksi
 Palpasi
Area ekstremitas bagian distal teraba dingin.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan rabaan pulsasi agak berkurang,
Pulsasi arteri di proksimal harus teraba untuk mengkonfirmasi apakah aliran darah di proksimal baik. Palpasi harus dilakukan pada semua arteri yang terletak di superficial dari ekstremitas. Yaitu arteri femoralis, poplitea, dorsalis pedis dan tibialis posterior di tungkai bawah. Sedangkan di tungkai atas adalah arteri axillaris, cubiti, radialis dan ulnaris.

iii. Pemeriksaan Spesifik
 Buerger Assesment
 Tes Ischemia
 V A S
 Arthopometri
 Pengukuran L G S

iv. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang meliputi beberapa metode yaitu menggunakan oscillografi, rheografi, doppler dan arteriografi. Paling sering digunakan adalah doppler dan arteriografi. Doppler memakai ultrasound (sonografi), mengukur flow darah secara kualitatif. Sedangkan pemeriksaan arteriografi menggunakan imaging sinar X dan injeksi kontras. Arteriografi yang mendukung penyakit ini menunjukkan gambaran ’ular’ dan arteria halus.
 Artherio Radiography
 Angiography
Dokter memasukkan catheter ke dalam arteri utama pada kaki dekat lipat paha. Melalui chateter tersebut ditembakkan sebuah sinar pada aliran darah dengan menggunakan sinar X (X-ray). Hasilnya akan menunjukkan apakah terdapat gangguan sirkulasi aliran darah atau tidak.
 Ultrasound

Ultrasound dipakai sebagai teknik penggambaran nondestruktif di bidang kedokteran. Citra yang dihasilkan memakai gelombang ultrasonik (frekuensi tinggi, gelombang suara tak terdengar manusia).
Menggunakan transduser yang digerakkan di permukaan kulit,atau kadang disusupkan ke lubang tubuh (vagina atau anus). Kemudian tranduser tersebut akan mengirimkan gelombang ultrasonik ke dalam tubuh. Di tempat pertemuan jaringan yang berbeda kepadatan, atau
tempat jaringan bertemu cairan sehingga gelombang itu terpantulkan. Transduser menangkap pantulannya dan meneruskannya
ke komputer, membentuk citra di layar monitor. Citra terus diperbarui hingga gerakan bisa terlihat.
Peralatan ini akan menunjukkan jaringan tubuh mana yang tidak menerima cukup aliran darah.

v. Pendekatan Diagnostik
Baru-baru ini sebuah point-sistem telah diusulkan oleh Papa untuk mendukung penegakkan diagnosis Thromboangiitis Obliterans yang menggunakan kriteria sebagai berikut:
Sistem penegakkan diagnosisThromboangiitis Obliterans
Poin positif
Usia di mulai
Kurang dari 30 (2) 30-40 tahun (1)

Claudication Intermitten pada tungkai R P S (2) / R P D (1)

Ekstremitas atas
Menunjukkan gejala (2) / tidak menunjukkan gejala (1)
Migrasi dangkal trombosis pembuluh darah R P S (2) / R P D (1)

Fenomena Raynaud R P S (2) / R P D (1)

Angiography; Biopsi
Jika khas keduanya (2) / baik (1)

Negatif poin

Usia di mulai
45-50 (-1) / lebih dari 50 tahun (-2)

Jenis kelamin, merokok
Perempuan (-1) / nonsmoker (-2)

Lokasi
Satu cabang (-1) / tidak terlibat LE (-2)

Nadi tidak teraba
Brachial (-1) / yang berhubung dengan tulang paha (-2)
Arteriosclerosis, diabetes, hipertensi, hyperlipidemia Dibangun setelah diagnosa 5,1-10 tahun (-1) / 2,1-5 tahun kemudian (-2)


Jumlah poin mendefinisikan probabilitas dari diagnosisTthromboangiitis Obliterans
Jumlah poin Probabilitas dari diagnosa

0-1 Diagnostik dikecualikan

2-3 Diduga, kemungkinan rendah

4-5 Kemungkinan, kemungkinan sedang

6 atau lebih
Pasti, kemungkinan tinggi


vi. Diagnosis Fisioterapi
Impairment
 Nyeri
 Gangguan gerak

Functional Limitation
Adanya keterbatasan kemampuan dalam aktivitas-aktivitas pada bagian tubuh yang terkena penyakit Buerger

Participation Restriction
Adanya perasaan malu karena perubahan tropik pada bagian tubuh yang terkena penyakit Buerger

vii. Rencana dan Tujuan Terapi
• Jangka pendek
 Mengurangi nyeri
 Meningkatkan LGS
• Jangka panjang
 Mengembalikan sirkulasi darah pada ekstremitas agar tidak terdapat gangguan


viii. Modalitas Fisioterapi

ix. Evaluasi








PENUTUP

1. KESIMPULAN

2. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

























DAFTAR ISI



PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG MASALAH
2. RUMUSAN MASALAH

ISI
1. DESKRIPSI MASALAH
i. Definisi Operasional
ii. Anatomi Fungsional
iii. Etiologi
iv. Patofisiologi
v. Gejala Klinis
vi. Diagnosis Banding
vii. Prognosis
2. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
i. Anamnesis
ii. Pemeriksaan Fisik
 Vital Sign
 Inspeksi
 Palpasi
iii. Pemeriksaan Khusus
 Tes Ischemia
 Arthopometrti
 Pengukuran L G S
iv. Pemeriksaan Penunjang
 Artherio Radiography
 Angiography
 Ultrasound
v. Pendekatan Diagnostik
vi. Problematik Fisioterapi
vii. Rencana dan Tujuan Terapi
viii. Modalitas Fisioterapi
ix. Evaluasi

PENUTUP
1. KESIMPULAN
2. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

No comments:

Post a Comment

Popular Posts